Sabtu, 30 Oktober 2010

TOPIK LINGKUNGAN : EDISI OKTOBER 2010

Topik : Miss Unverse Tanam Bakau, LoI Norwegia Gerus Pendapatan Sektor Kehutanan, 1 Ha Hutan Netralkan CO2 20 Kendaraan, Tanaman Menyerap Lebih Banyak Polusi, 20% Garis Pantai Alami Kerusakan, Fakta tentang satwa Indonesia, Mangrove Hilang, Kehidupan Nelayan Terancam, Relokasi Harimau bukan Solusi Utama, Program Pemerintah : Masyarakat Bisa Pelihara Harimau, Ahli dari AS Teliti Kematian Badak Jawa, Program Pemerintah : Masyarakat Bisa Pelihara Harimau, Otak Kecoa Kandung Antibiotik, Seluruh Sungai di Kota Bandung Tercemar Berat, Hukum Adat Bangli Selamatkan Hutan dengan Awig-awig, dan Kekah Hewan Khas Natuna hampir Punah.

Daftar Isi
●  Miss Unverse Tanam Bakau dan Jaipongan (Tribunnews.com, 10 Oktober 2010)
●  LoI Norwegia Gerus Pendapatan Sektor Kehutanan (Harian Media Indoesia, 27 September 2010)
●  Satu Ha Hutan Netralkan Karbondioksida 20 Kendaraan (mediaindonesia.com, 27 September 2010)
●  Tanaman Menyerap Lebih Banyak Polusi (Harian Media Indonesia, 25 Oktober 2010)
●  20% Garis Pantai Alami Kerusakan (Mediaindonesia.com, 30 September 2010)
●  Mangrove Hilang, Kehidupan Nelayan Terancam (Harian Media Indonesia, 21 September 2010)
●  Fakta tentang satwa Indonesia (profauna.org)
●  Relokasi Harimau bukan Solusi Utama (mediaindonesia.com, 04 Oktober 2010)
●  Program Pemerintah : Masyarakat Bisa Pelihara Harimau (gatra.com, 28 Agustus 2010)
●  Ahli dari AS Teliti Kematian Badak Jawa (Antara, 29 Agustus 2010)
●  Otak Kecoa Kandung Antibiotik (Kompascom, 9 September 2010)
●  Seluruh Sungai di Kota Bandung Tercemar Berat (seputar-indonesia.com, 29 October 2010).
●  Hukum Adat Bangli Selamatkan Hutan dengan Awig-awig. (gatra.com, 15 Oktober)
●  Aduh... Kekah Hewan Khas Natuna hampir Punah (Tribunnews.com, 10 Oktober 2010)

Miss Universe Tanam Bakau dan Jaipongan (Tribunnews.com, 10 Oktober 2010)
Jakarta - Di tengah teriknya panas matahari, Miss Universe 2010 asal Meksiko Ximena Navarrete Rosette datang ke Indonesia untuk menanam mangrove demi menyelamatkan dunia dari bahaya pemanasan global.
"Saya sangat senang sekali bisa melakukan ini. Dan ini penting sekali untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang semakin berubah akibat pemanasan global. Makanya saya mengajak semua orang untuk menjaganya," kata Ximena sembari memberikan senyuman manis, di Taman Wisata Mangrove, Pantai indah kapuk, Jakarta Utara, minggu (10/10/2010).

Miss Universe 2010 dan Putri Indonesia 2010 menanam mangrove di Jakarta, Minggu (10/10/2010)

Wanita asal Amerika Selatan ini sangat senang bisa berkunjung ke tanah air. Menurut dia keramahtamahan penduduk yang bisa ikut berpartisipasi langsung melakukan penanaman pohon Bakau.
"Saya mengajak setiap individu untuk lakukan penghijauan, tentunya harus dimulai dari diri sendiri, kalau kita sudah bisa melakukannya diharapkan bisa mencegah dampak global warming itu sendiri," ucap Ximena
Pada acara itu Ximena didampingi oleh Puteri Indonesia 2010, Nadine Alexandra Dewi Ames, Puteri Indonesia Lingkungan, Reisa Kartikasari dan Kepala satpol PP DKI HM Effendi Anas. Ketika Ximena datang ke perkebunan Mangrove, ratusan anggota Satpol PP memberikan suguhan berupa tarian daerah dari Jawa Barat, tarian perang dari Papua, dan tari Samad dari Provinsi Aceh.
Rupa-rupanya Miss Universe 2010 itu tertarik melihat gerakan-gerakan dari tari Jaipong. Dara Mexico ini tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut menari Jaipong bersama para penari, dengan wajah penuh kegembiraan. Sembari mengacung-acungkan kedua jempolnya, Ximena ikut kedalam 'pesta' tarian daerah tersebut.

LoI Norwegia Gerus Pendapatan Sektor Kehutanan (Harian Media Indoesia, 27 September 2010)
Letter of intent (Lol) antara Indonesia dan Nonvegia yang akan diterapkan pada tahun depan diperkirakan dapat menurunkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor kehutanan.
"Lol ini berpotensi menu¬runkan PNBP dari izin pemanfaatan kayu (IPK) di Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua sekitar 35 ribu hektare atau sekitar Rp 473 miliar," ujar Sekretaris Jenderai Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Hadi Daryanto di Kantor Kemenhut, Jakarta, akhir pekan lalu.
Hadi menuturkan, penurunan PNBP itu terdiri atas provisi sumber daya hutan (PSDH) sebesar Rp 157 miliar dan dana reboisasi (DR) sebesar Rp316 miliar, Adapun, tanpa rnemperhitungkan dampak Lol, Kemenhut sebelurnnya menargetkan PNBP dari dana reboisasi Rp 1,315 triliun, dan provisi sumber daya hutan senilai Rp 966,308 miliar.
"Tren penurunan ini karena Volume tebangan dari pembersihan tanah dari kawasan hutan alam untuk hutan tanaman industri," tuturnya.
Lol tersebut, lanjut Hadi, membuat tren produksi sektor kehutanan berubah. Sebelum Lol, tren produksi adalah penebangan hutan alam yang menghasilkan penerimaan berupa provisi sumber daya hutan dan dana reboisasi, setelah Lol, tren. produksi menjadi hutan tanaman yang hanya memberi pemasukan berupa provisi sumber daya hutan.
Untuk antisipasi penurunan PNBP, kata Hadi, DPR telah me minta Kemenhut inovatif dalam menggali penerimaan, seperti menaikkan harga tiket masuk objek wisata alam serta pungutan izin pariwisata alam.
Adapun realisasi PNBP sektor kehutanan untuk tahun ini bakal mencapai Rp 2,8 triliun dari target APBN-P 2010 yang sebesar Rp 2,9 triliun. "Realisasi sampai Agustus Rp l,9 trittun," jelasnya.
Dari target tersebut, penerimaan berupa provisi sumber daya hutan diproyeksikan Rp l,123 trilnm, dan dana reboisasi Rp l,631 tahun 2010. Selain itu, Kemenhut juga memproyeksikan penerimaan dari iuran izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IIUPHHK) dan iuran izin usaha pemanfaatan pinjam pakai kawasan hutan untuk tambang dan non tambang.
Pada akhir Mei 2010, pemerintah dan Norwegia telah meneken perjanjian kerja sama pengurangan emisi gas karbon. Di dalam perjanjian yang dimulai pada 2011 itu disebutkan bahwa Indonesia akan melakukan moratorium izin baru konversi hutan alam dan gambut selama dua tahun. (*/E-4)

Satu Hektare Hutan Netralkan Karbondioksida 20 Kendaraan (mediaindonesia.com, 27 September 2010)
Samarinda-MI: Gubernur Kaltim mengajak warganya lebih giat menanamkan pohon. Pasalnya, setiap satu hektare pepohonan mampu menetralkan karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan oleh 20 kendaraan bermotor.
"Selain itu, setiap 93 meter persegi pepohonan juga mampu menyerap kebisingan suara sebesar delapan desibel," kata Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Awang Faroek Ishak di Balikpapan saat membuka Muswil Hidayatullah III.
Berdasarkan suatu penelitian para pakar lingkungan menyebutkan bahwa setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi bersenyawa dengan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen. Tumbuhan tersebut juga membebaskan 400.000 juta ton oksigen ke atmosfer serta menghasilkan 450.000 juta ton zat organik.
Setiap jam, satu ha dedaunan hijau itu menyerap delapan kilogram CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata lima pendingin udara (AC) yang dioperasikan 20 jam terus-menerus setiap harinya.
Begitu pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini, dia menegaskan bahwa penghijauan merupakan suatu kegiatan penting yang harus digalakkan secara luas di dalam masyarakat dalam rangka mewujudkan Program Kaltim Hijau. Program ini telah dicanangkan Pemprov Kaltim untuk mendukung terlaksananya pembangunan yang beretika dan berwawasan lingkungan. (Ant/OL-5)

Tanaman Menyerap Lebih Banyak Polusi (Harian Media Indonesia, 25 Oktober 2010)
Tanaman ternyata memainkan yang besar dan tidak terduga sebelumnya dalam pembersihan atmosfer,
Lewat observasi, study gen, dan pemodelan komputer, tim peneliti berfokus pada bahan kimia yang dikenal sebagai oxygenated volatile organic compounds (oVOCs) yang dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Temuan ini menunjukkan bahwa tanaman yang gugur menyerap sepertiga lebih polusi udara dari bahan kimia itu di luar perkiraan sebelumnya.
"Tanaman membersihkan udara kita ke tingkat yang lebih besar daripada yang kita telah sadari," kata Thomas Karl ilmuwan di National Center for Atmospheric Research (NCAR) di Boulder, Colorado.
Studi yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Science Express edisi Oktober itu dilakukan bersama-sama oleh para peneliti dari NCAR, Universitas Northern Colorado, dan Universitas Arizona. (Xihhua/OL-5)

20% Garis Pantai Alami Kerusakan (Mediaindonesia.com, 30 September 2010)
Jakarta -Sebanyak 20 persen dari garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami kerusakan akibat berbagai permasalahan antara lain perubahan lingkungan dan abrasi pantai.
"20 persen garis pantai di Indonesia mengalami kerusakan," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Dr Moch Amron, di Kementerian PU, Jakarta, Kamis (30/9).
Amron mencontohkan, panjang garis pantai di Pulau Bali telah mengalami abrasi sekitar 91 kilometer atau 20,8 persen dari garis pantai pulau tersebut.
Hal itu sangat disayangkan karena Indonesia memiliki garis pantai sekitar 95.000 kilometer, merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Ia mengemukakan, kerusakan garis pantai itu disebabkan oleh perubahan lingkungan dan abrasi pantai yang juga mengancam keberadaan lahan produktif dan pariwisata.
"Abrasi pantai juga menyebabkan bergesernya garis perbatasan dengan negara lain," kata Amron.
Sementara penutupan muara sungai dan pompa, lanjutnya, berdampak pada lalu lintas navigasi dan drainase.
Ia menuturkan, kondisi yang memprihatinkan itu tidak terlepas dari kurangnya alokasi anggaran untuk kegiatan pengamanan pantai yang tidak banyak berubah dan belum ada ketentuan yang mengatur penyelenggaraan pengamanan pantai.
Pengamanan pantai belum diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) dan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Untuk itu, Ditjen SDA Kementerian PU telah menetapkan arah kebijakan pengamanan pantai yang dilaksanakan dengan urutan prioritas penanganan abrasi pantai, pengamanan banjir di kawasan pantai, stabilitas muara sungai dan drainase yang langsung ke laut, menjaga kedaulatan NKRI dan mendukung revitalisasi kawasan pantai.
Sedangkan strategi yang akan dilakukan dalam pembangunan pengamanan pantai adalah memprioritaskan pembangunan konstruksi pengamanan pantai.
Selain itu menyusun program pemeliharaan berkelanjutan, mendukung upaya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kelestarian ekosistem pantai, menggunakan bahan material ramah lingkungan serta meningkatkan anggaran.
Amron mencontohkan, pengamanan pantai di Indonesia yang diprakarsai Kementerian PU antara lain adalah pembangunan tembok laut di pantai Bau-Bau (Sulawesi Tenggara), dan di pantai Punggur (Bengkulu).
Selain itu untuk menjaga kedaulatan NKRI juga telah dilaksanakan reklamasi di Pulau Nipah, Kepulauan Riau. (Ant/OL-9)
Mangrove Hilang, Kehidupan Nelayan Terancam (Harian Media Indonesia, 21 September 2010)
Hutan mangrove di pesisir pantai Bangka Belitung mengalami kerusakan parah akibat pengoperasian kapal isap timah dan tambang inkonvensional apung. Dua wilayah pantai yang sudah kehilangan hutan bakau adalah Jebus dan Belinyu.
"Aktivitas penambangan sudah menyebabkan bakau sulit tumbuh dan biota laut mati, Padahal, kehidupan warga di sekitarnya sangat tergantung pada hasil laut," kata Kepala Dinas Kehutanan Bangka Belitung Sukandar, kemarin, Ke depan, pihaknya akan mengusulkan penghentian kegiatan penambangan di sekitar pantai. Masyarakat juga akan digerakkan untuk menanam dan memelihara mangrove. (RF/N-3).

Fakta Tentang Satwa Indonesia (profauna.org)
Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Indonesia nomer satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia.
Meskipun kaya, namun Indonesia dikenal juga sebagai negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah jenis satwa liar Indonesia yang terancam punah adalah 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 91 jenis ikan dan 28 jenis invertebrata (IUCN, 2003). Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkanya.
Perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar Indonesia. Lebih dari 95% satwa yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari alam, bukan hasil penangkaran. Lebih dari 20% satwa yang dijual di pasar mati akibat pengangkutan yang tidak layak. Berbagai jenis satwa dilindungi dan terancam punah masih diperdagangkan secara bebas di Indonesia. Semakin langka satwa tersebut semakin mahal pula harganya.
Beberapa fakta lain:
●  Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati akibat proses penangkapan yang menyakitkan, pengangkutan yang tidak memadai, kandang sempit dan makanan yang kurang. Perdagangan satwa liar itu adalah kejam!
●  60% mamalia yang diperdagangkan di pasar burung adalah jenis yang langka dan dilindungi undang-undang. Perdagangan satwa liar itu adalah tindakan kejahatan!
●  70% primata dan kakatua yang dipelihara masyarakat menderita penyakit dan penyimpangan perilaku. Banyak dari penyakit yang diderita satwa itu bisa menular ke manusia.
●  Lebih dari 100.000 burung paruh bengkok setiap tahunnya ditangkap dari alam Papua dan Maluku. Penangkapan ini juga melibatkan oknum militer. Sebagian besar burung tersebut adalah ditangkap secara ilegal dari alam.
●  Burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ditangkap dari alam dengan cara-cara yang menyiksa dan menyakitkan satwa. Bulunya dicabuti agar tidak bisa terbang.
●  Setiap tahunnya ada sekitar 1000 ekor orangutan Kalimantan yang diselundupkan ke Jawa dan juga luar negeri. Sebagian besar orangutan yang diperdagangkan adalah masih bayi. Untuk menangkap seekora bayi orangutan, pemburu harus membunuh induk orangutan itu yang akan mempertahankan anaknya sampai mati.
●  Sekitar 3000 owa dan siamang setiap tahunnya diburu untuk diperdagangkan di dalam negeri dan diselundupkan ke luar negeri.

Relokasi Harimau bukan Solusi Utama (mediaindonesia.com, 04 Oktober 2010)
Pekanbaru - Organisasi konservasi dunia World Wildlife Fund menilai, kebijakan merelokasi harimau liar yang berkonflik dengan warga di kawasan penyangga Cagar Biosfer Bukit Batu bukan solusi utama.
"Translokasi atau merelokasi harimau dari habitat aslinya bukan satu-satunya solusi dari permasalan konflik manusia versus harimau yang terus terjadi," kata Humas WWF Riau Syamsidar di Pekanbaru, Minggu (3/10).
Beberapa hari lalu Kasi Wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Hutomo, menyatakan, sesuai aturan maka harimau liar yang berkonflik dengan manusia di kawasan penyangga Cagar Biosfer Bukit Batu akan direlokasi.
Kebijakan itu diambil menyusul memanasnya konflik manusia versus harimau di kawasan penyangga Cagar Biosfer Bukit Batu yang memangsa seorang warga dan seekor sapi, meski kemudian harimau itu tewas setelah dijebak warga menggunakan jerat seling di depan mata petugas BBKSDA.
Menurut Syamsidar, rencana relokasi harimau dari cagar biosfer ke kawasan Konservasi Harimau Sumatera Sinepis/Buluhala, Bengkalis bukan merupakan habitat yang aman bagi hewan mamalia yang dilindungi itu.
Pasalnya, di kawasan konservasi "kucing besar" itu terjadi pembukaan lahan baik yang dilakukan warga ataupun aktivitas perusahaan yang telah menimbulkan konflik antara manusia versus harimau karena semakin sempitnya habitat satwa.
"Jika dipindahkan, belum tentu lebih baik dari habitat aslinya. Sebab sekitar kawasan Sinepis tidak membuat harimau itu lebih aman dan bisa jadi membuat konflik baru disamping konflik yang ada," jelasnya.
Pada awal Agustus 2010 seorang warga tewas diterkam harimau di area konsesi hutan produksi PT Ruas Utama Jaya, mitra pemasok bahan baku industri kertas Sinar Mas Forsetry di lanskap konservasi harimau hutan Sinepis.
"Solusi terbaik adalah mempertahankan habitat asli, bukan malah merelokasi harimau dari habitatnya aslinya di ekosistem kawasan konservasi cagar biosfer," ujarnya.
Berdasarkan data WWF Riau, kebijakan merelokasi satwa dilindungi pernah dilakukan tahun 2006 terhadap delapan ekor gajah Sumatra (Elephant maximus sumatranus) yang dipindah dari habitat aslinya dari kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja ke Taman Nasional Tesso Nilo.
Walhasil sebanyak dua dari enam ekor gajah yang dipindah mati akibat sulit beradaptasi, sedangkan gajah yang lainnya menimbulkan konflik baru dengan manusia sehingga menimbulkan korban di kedua belah pihak. (Ant/OL-2)

Program Pemerintah : Masyarakat Bisa Pelihara Harimau (gatra.com, 28 Agustus 2010)
Bengkulu - Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan sedang memprogramkan agar masyarakat bisa memelihara anak harimau, sehingga binatang langka itu dapat berkembang dengan baik.
"Anak harimau yang diperbolehkan untuk dipelihara secara perorangan itu merupakan hasil budidaya, bukan harimau berasal dari kawasan hutan," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pengamanan Hutan dan Konservasi Kementerian Kehutanan Darori di Bengkulu, Sabtu (28/8). Selengkapnya.

Ahli dari AS Teliti Kematian Badak Jawa (Antara, 29 Agustus 2010)
Pandeglang - Dr Terry Roth Seorang ahli penyakit hewan asal Amerika Serikat meneliti penyebab kematian Badak Jawa di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang, Provinsi Banten.
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang Agus Priambudi ketika dikonfimasi, Minggu, menjelaskan ahli asal Amerika Serikat (AS) itu meneliti kematian badak karena khawatir diakibatkan oleh penyakit antraks.
"Mereka khawatir kematian badak itu karena antraks, tapi setelah diteliti ternyata bukan karena penyakit itu," katanya.
Terry Roth, kata dia, merupakan Direktor of Crem and Vice President of conservation and Sciene Concinati itu, melihat langsung lokasi kematian badak jawa di TNUK dan meneliti tulang badak yang ada di Kantor TNUK.
Seekor badak jawa yang diperkirakan berjenis kelamin jantan ditemukan mati oleh anggota Tim Inventarisasi Badak Jawa yang sedang melakukan penelurusan hewan langka itu di kawasan TNUK.
Penemuan kerangka badak jawa itu, berawal ketika anggota Tim Inventarisasi Badak Jawa (TIBJ), Basuki melakukan penelusuran di kawasan TNUK, pada Kamis (20/5), tiba-tiba melihat tumpukan tulang, dan setelah diteliti ternyata tulang kerangka badak jawa.
Lokasi penemuan kerangka badak jawa itu, selama ini dikenal sebagai jalur lintasan/pergerakan hewan langka tersebut, tepatnya di Blok Nyiur. Badak mati tepat di bawah sebatang pohon.
Saat ditemukan, badan badak tersebut berbaring pada sisi kanan, dan kuku kaki belakang terbenam ke dalam tanah sedalam 5-7 centimeter (cm), lebih dalam dibandingkan kuku kaki depan.
Agus juga menjelaskan, kerangka badak jawa yang mati ditemukan dalam kondisi utuh, tidak ada bagian tubuhnya yang hilang, termasuk culanya yang selama ini paling diincar para pemburu.
Badak yang mati itu diperkirakan berumur 40 tahun. Tulang yang kini tersimpan itu yakni satu cula dengan tinggi 16 cm lebar 13 cm, dua taring masing-masing berukuran 15 cm, tulang panggul pelakan dua potong, sumsum belakang 26 potong, kaki belakang 20 potong, telakop kuku belakang enam potong.
Selain itu, kuku jari belakang 34 buah, engsel sumsum 13 potong, serpihan 27 potong, kepala satu buah, gigi 27 buah, paha belakang lima potong, rusuk kanan 14 potong, rusuk kiri 25 potong, leher tiga potong, selangka dua potong, pangkal kaki dua potong.
Kemudian, tulang ekor 14 potong, kaki belakang enam ekor, kaki depan enam ekor, telakop kaki depan enam potong dan kuku depan 13 buah.

Otak Kecoa Kandung Antibiotik (Kompascom, 9 September 2010)
Jakarta- Kecoa biasanya dilihat sebagai hewan yang membahayakan kesehatan, bisa ditemukan di tempat lembab dan hotel yang kotor.
Namun, para ilmuwan percaya bahwa mereka bisa memegang rahasia untuk memperlakukan serangga yang paling tangguh itu.
Menurut laporan Daily Mail, pengujian telah menemukan jaringan dari otak dan sistem saraf serangga bisa membunuh lebih dari 90 persen infeksi MRSA dan E-coli tanpa merugikan sel manusia.
Simon Lee, seorang peneliti pascasarjana dari University of Nottingham, mengatakan, kecoa memiliki sifat antibiotik yang kuat setelah menemukan sembilan molekul yang berbeda dalam jaringan kecoa yang beracun bagi bakteri.
"Kami berharap molekul akhirnya dapat dikembangkan menjadi obat untuk E-coli dan infeksi MRSA yang semakin rawan terhadap obat-obatan saat ini," katanya.
Antibiotik baru ini, menurut Kee, berpotensi memberikan alternatif lain untuk obat yang tersedia saat ini. Obat-obatan saat ini mungkin efektif, tetapi memiliki efek samping yang serius dan tidak diinginkan.
Dia menambahkan bahwa serangga sering hidup dalam lingkungan yang tidak sehat dan tidak higienis, di mana mereka menghadapi berbagai jenis bakteri. Oleh karena itu, logis cara-cara serangga mengembangkan pertahanan untuk melindungi diri terhadap mikro-organisme.
Penelitian Mr Lee difokuskan pada studi tentang sifat-sifat khusus dari molekul antibakteri yang saat ini sedang diuji pada serangga super tersebut.
Menurut Society for General Microbiology, industri farmasi menghasilkan lebih sedikit antibiotik baru karena kurangnya insentif keuangan sehingga permintaan tinggi untuk sumber-sumber alternatif obat baru.
Mr Lee akan memaparkan penemuannya di hadapan teman ilmuwan di pertemuan masyarakat musim gugur di University of Nottingham.
Dr Naveed Khan bertugas mengawasi kerja Lee. Dia berkata, "Serangga super seperti MRSA telah mengembangkan perlawanan terhadap standar terapi dan perawatan yang kami lakukan."
"Mereka telah menunjukkan kemampuan untuk infeksi yang tidak dapat diobati, dan telah menjadi ancaman utama dalam perjuangan kita melawan penyakit bakteri. Jadi, ada kebutuhan terus-menerus untuk menemukan sumber tambahan antimikroba baru untuk menghadapi ancaman ini."

Seluruh Sungai di Kota Bandung Tercemar Berat (seputar-indonesia.com, 29 October 2010).
Bandung (SINDO) – Hasil pantauan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung pada tahun ini, terungkap fakta bahwa ke-32 sungai di kota ini kondisinya sudah tercemar berat. Bahkan, hewan pun tidak layak meminumnya dan hanya bisa dimanfaatkan untuk tanaman.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah BPLH Kota Bandung Teti Mulyawati mengatakan, seluruh air sungai di Kota Bandung sudah tidak memenuhi baku mutu.Tingginya kadar amoniak, ecoli, fenol, nitrit, detergen, dan tembaga di bagian hulu, tengah, hingga hilir menunjukkan jika air sungai sudah tercemar berat.“ Beberapa waktu yang lalu,kita melakukan penelitian air sungai.
Kesimpulannya, kualitas air sungai Kota Bandung tidak layak dikosumsi manusia dan hewan,” ungkap Teti di ruang kerjanya, Jalan Sadang Serang,kemarin. Fakta ini terungkap setelah Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung melakukan uji kualitas air sungai hingga tahun 2010 ini. Parahnya lagi bukan hanya di kawasan Kota Bandung,mulai dari hulu hingga ke hilir, air sungai sudah tercemar.
Tetapi, tingkat pencemaran lebih tinggi saat air dari hulu sungai menjangkau kawasan perkotaan karena banyaknya limbah domestik yang langsung dibuang ke sungai. Sedangkan di bagian hilir, pencemaran diperparah dengan tingginya kandungan logam yang didominasi oleh seng dan tembaga. “Selama dua tahun terakhir, kami sudah memanggil beberapa perusahaan tekstil, rumah sakit hingga hotel,”jelasnya. (agung bakti sarasa)

Hukum Adat Bangli Selamatkan Hutan dengan Awig-awig. (gatra.com, 15 Oktober)
Bangli - Warga Desa Pengotan, Kecamatan/Kabupaten Bangli, Bali, memiliki tradisi khas dalam upaya penyelamatan hutan lindung, yakni menggunakan awig-awig, berupa peraturan desa yang bersumber dari hukum adat.
"Untuk menyelamatkan hutan, di Desa kami sudah menjalankan awig-awig sejak zaman dahulu," kata Bendesa Pekraman atau Ketua Adat Desa Pengotan I Wayan Kopok di Bangli, Jumat (15/10). Selengkapnya

Aduh... Kekah Hewan Khas Natuna hampir Punah (Tribunnews.com - Minggu, 10 Oktober 2010).
NATUNA – Keberadaan Kekah, salah satu hewan khas asli Kepulauan Natuna, dipastikan hampir punah. Kekah yang dikenal dengan nama latin Presbytis Natunae, kini sulit ditemukan di hutan-hutan yang tersisa.
Aktifis Lsm Gerbang Utara, Natuna Rizal mengungkapkan, kini populasi Kekah terus menyusut akibat kehilangan habitat tinggal efek dari konversi lahan dan perburuan oleh penduduk sekitar. Perburuan ini makin marak karena Kekah memiliki nilai jual yang tinggi.
"Untuk harga jual Kekah Natuna, antara Rp 300 ribu hingga Rp 800 ribu per ekor. Biasanya Kekah yang masih muda memiliki nilai jual lebih tinggi. Begitu juga Kekah dewasa yang sudah terlatih dan jinak" terangnya.

Kekah hewan khas Natuna disinyalir hampir punah


Selain Kekah, ungkapnya, berdasarkan data yang ada, jenis primata asli Natuna yang juga terancam punah adalah Kukang atau Nycticebus Coucang Natunae dan kera ekor panjang atau Macaca Fascicularis Pumila. Selain primate, ada juga duyung atau Dugong-dugong, penyu belimbing atau Dermochelys Coreacea dan buaya muara atau Crocodilus Porosus. Ketiga hewan ini juga terdapat di Pulau Natuna.
Untuk satwa Kekah, kata Rizal, sempat terekspose melalui film Anakondah yang mengambil lokasi shoting di Muara Sungai Kalimantan tahun 2007.
"Ini menggambarkan bahwa Kekah, satwa langka yang cukup menarik perhatian sehingga ikut dipublikasikan melalui media film oleh sutradara film Hollywood" ujarnya.
Banyak orang ingin memelihara Kekah karena bentuknya yang lucu. Selain itu, hewan ini juga mudah jinak, dan dianggap memiliki nilai prestisius bila dipelihara.
Memelihara Kekah mudah dalam hal perawatanya. Apalagi primata tersebut mau diberi makan apa saja, layaknya apa yang dimakan manusia. Misalnya, nasi, roti, susu, pisang dan sayur-sayuran. Sedangkan asus kekah yang mati saat pemeliharaan, sebagai akibat konsumsi pakan yang tidak sesuai.
Karena itu, Rizal menghimbau agar Kekah serta sejumlah satwa langka lainnya yang asli Natuna, dapat dijaga dan dilestarikan. Masyarakat juga diminta untuk menghentikan perburuan, demi keuntungan pribadi semata.
Sementara itu berdasarkan hasil riset kalangan peneliti dari Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi (PSBK) dan mahasiswa Program Pasca Sarjana, Biologi Konservasi, Universitas Indonesia (UI), Ferdi N Rangkuti yang melakukan riset di Natuna berapa waktu lalu, menyimpulkan bahwa penyebab kepunahan Kekah yang paling besar adalah permasalahan habitat hidup yang terus berkurang.
Hal ini didasari pada fakta bahwa hingga tahun 2000, penebangan liar di Natuna hampir menghabiskan hutan dataran rendah yang menjadi habitat Kekah. Sedangkan kini, Kekah lebih sering dijumpai di kebun karet tua yang telah menyerupai hutan sekunder.
Sayangnya, kondisi kebun karet tersebut yang merupakan kebun tidak produktif, juga akan diremajakan dengan jenis tanaman baru. Dikuatirkan hal ini akan mempersempit habita Kekah bahkan mengancam kepunahan yang semakin parah.
Sejauh ini, dari penelitian yang dilakukan mereka, bahwa keberadaan Kekah tinggal Bunguran Besar. Di daerah itu, Kekah tersebar dalam beberapa tipe habitat dan ketinggian gunung. Misalnya di gunung Ranai yang ketinggiannya mencapai 1.035 M diatas permukaan laut. Selain di gunung, Kekah juga masih ditemui di hutan primer pegunungan, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian dan juga di wilayah perbatasan hutan mangrove dan perkebunan warga.
Komunitas Pecinta Kekah Natuna, mendesak Pemkab Natuna dan DPRD Natuna untuk membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang Perlindungan Satwa Langka dan Tanaman Langka di Natuna. Tindakan ini dinilai sebagai langkah awal untuk melindungi kekayaan alam Natuna tersebut. (Riky Rinovsky-Detikkepri.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar