Kamis, 28 Oktober 2010

CATATAN SEJARAH LETUSAN GUNUNG MERAPI


Sepanjang sejarahnya, Gunung Merapi diperkirakan telah meletus lebih dari 100 kali. Entah sejak kapan Merapi mulai meletus. Namun setelah dikenalnya tradisi tulisan di Indonesia pada abad ke-5, baru pada abad ke-9 ada informasi penting tentang letusan Merapi yang begitu hebat. Sebelumnya, para pakar hanya menduga-duga saja berdasarkan sedimen (lapisan tanah) yang ditimbulkannya.
Saat ini di Indonesia masih terdapat sejumlah gunung api aktif yang antara lain Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Letusan pada tanggal 26 Oktober 2010 ternyata tidak seberapa bila dibandingkan dengan letusan-letusan sebelumnya.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di bumi Nusantara, sejarah mencatat setidaknya letusan gunung Merapi sudah terjadi sejak 1000 tahun lalu. Dan karena aktivitas Merapi lah yang mengakibatkan berpindahnya kebudayaan kerajaan Mataram kuno ke daerah Jawa Timur.
Selain itu banyak desa dan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram Hindu maupun Budha tertimbun abu vulkanik, candi-candi tersebut berada di dusun-dusun seperti Kadisoka, Kedulan, dan Sambisari (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Selain itu letusan Gunung Merapi merubah wujud asli Candi Borobudur yang mulanya berada di tengah-tengah danau.

Catatan sejarah letusanKetika itu, kira-kira sebelas abad yang lampau, di Jawa berdiri sebuah kerajaan besar, Mataram (Hindu). Karena pemerintahan Raja Rakai Sumba Dyah Wawa berakhir dengan tiba-tiba, para pakar menghubungkannya dengan letusan Merapi. Menurut R.W. van Bemmelen dalam bukunya The Geology of Indonesia (1949), letusan itu demikian dahsyat dan mengakibatkan sebagian besar puncak Merapi lenyap, bahkan terjadi pergeseran lapisan tanah ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan yang antara lain membentuk Gunung Gendol. Letusan tersebut juga disertai gempa bumi, banjir lahar, serta hujan abu dan batu-batuan yang sangat mengerikan (Sejarah Nasional Indonesia II, 1985).  Bencana alam ini, sebagaimana disebutkan oleh Boechari - seorang arkeolog yang mendalami bidang epigrafi - mungkin merusak ibu kota Medang dan banyak daerah permukiman di Jawa Tengah. Oleh rakyat, bencana ini disebut pralaya atau kehancuran dunia. Bencana hebat itu diperkirakan melanda Mataram pada abad ke-9 hingga ke-10.
Secara tersirat, prasasti Rukam (829 Saka atau 907 Masehi) menyebutkan peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api (mungkin yang dimaksud adalah Merapi). Hal ini mengingat prasasti Rukam ditemukan di daerah Temanggung, Jawa Tengah.
Letusan yang hebat konon kembali terjadi pada 1672. Naskah klasik Babad Tanah Jawi mengatakan demikian, “Kala itu berbarengan dengan meletusnya Merapi, suaranya menggelegar menakutkan. Batu-batu besar beradu beterbangan bercampur api. Jika diamati seperti hujan batu. Lahar mengalir kencang di sungai. Banyak desa terkubur dan hancur. Banyak orang desa meninggal, rakyat Mataram ketakutan kena terjang lahar panas dan hujan abu” (Bambang Soelist, 2002).Akibat letusan itu, langit di atas kerajaan Mataram (Islam) dikabarkan gelap gulita selama 24 jam. Peristiwa tersebut terjadi pada 4 Agustus 1672, ketika kapal Marken milik Belanda sedang berlayar di Samudra Indonesia, di sebelah Selatan Kedu. Letusan Merapi memakan korban 3.000 orang, belum termasuk sawah, ladang, dan harta benda lainnya.
Seberapa dahsyatnya bencana Merapi dulu kala, antara lain terekam dari jejak penemuan Candi Sambisari (abad ke-8). Candi yang terletak beberapa kilometer dari Candi Prambanan itu ditemukan pada kedalaman sekitar tujuh meter. Karena bentuknya masih relatif utuh, tentulah orang menafsirkan bukanlah akibat gempa bumi yang menimbunnya, tetapi material gunung api yang menutupinya. Dari hasil penelitian diketahui material tersebut berasal dari bahan-bahan vulkanik. Dengan demikian jelas letusan Merapi begitu kuat, apalagi kalau dicermati, lokasi Candi Sambisari berada dalam radius belasan kilometer dari Merapi.
Selain Sambisari, candi-candi lain yang pernah menjadi korban Merapi adalah Kajangkoso, Asu, Pendem, Gebang, Morangan, Kedulan, Purwomartani, dan Pacitan.
Banyak benda arkeologis juga pernah ditemukan dari sekitar Merapi. Tak dimungkiri, berkali-kali letusan Merapi telah mengubur kota-kota kuno di sekitarnya. Sayang, sampai kini para arkeolog belum pernah menemukan kota-kota kuno itu.
Kendalanya adalah banyak situs sudah tertutup lahan permukiman, perkebunan, dan persawahan penduduk. Karena itu, penelitian situs perkotaan membutuhkan pembiayaan dan waktu sangat besar. Ini karena untuk menemukan situs perkotaan, arkeolog harus melakukan ekskavasi secara horizontal dan bersifat massal. n
Letusan pada 1930 setidaknya telah membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan letusan terbesar.
●  1006 M – Merupakan letusan terbesar , saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik, sayangnya tidak diketahui berapa korban akibat letusan itu.
●  Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Merapi mengalami letusan pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2 – 5 tahun, dan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi adalah 71 tahun, jeda letusan 1587-1658.
Pusat Vulkanologi mencatat, letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.

Erupsi Gunung Merapi Yogyakarta pada Selasa 26 Oktober 2010 (Antara/ Wahyu Putro A)


●  Letusan sebelumnya terjadi empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006 pukul 09.03. Saat itu pemerintah mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru terpanggang awan panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat celcius.
●  Selasa petang, 26 Oktober, Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit. Kemudian berulang hingga erupsi terakhir pukul 18.21 yang menyebabkan awan panas selama 33 menit. Awan panas ini telah meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng Merapi. Setidaknya 30 orang meninggal atas musibah ini, termasuk juru kunci Mbah Maridjan dan redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Nugroho.

Jurnal letusan
Saat ini Gunung Merapi yang berada di 4 Kabupaten di Jawa Tengah itu mulai beraktivitas lagi, berikut jurnal letusan Gunung Merapi paling dahsyat yang terekam sejarah :
●  Tahun 1006 M, menurut Van Bemmelen (1949) Gunung Merapi pernah meletus. Akibat letusan ini sebagian puncak runtuh dan longsor ke arah barat daya, tertahan oleh Perbukitan Menoreh, kemudian membentuk gundukan-gundukan bukit yang dikenal sebagai Gendol Hills. Letusan di tahun ini menurut Wikipedia tercatat sebagai salah satu ledakan Gunung Merapi paling hebat membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram kuno harus berpindah ke Jawa Timur, karena tersapu lumpur, namun catatan Van Bemmelen ini masih banyak dipertentangkan dikalangan sejarahwan.
●  abad 9-11 Masehi - menurut catatan sejarah Gunung Merapi meletus, namun tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban jiwa dalam letusan kali ini, diduga akibat letusan ini mengakibatkan candi-candi yang berada di kawasan sekitar Jawa Tengah bagian selatan terkubur akibat abu vulkanik ini.
●  1672 M - akibat letusan itu 3000 orang meninggal dunia.
●  1786 M, - - jumlah korban yang tewas.
●  1822,M - setidaknya 100 orang meninggal dunia.
●  1832 M – korban meninggal dunia 32 orang
●  1872 M – (selang 50 tahun) menghamburkan abu vulkanik secara
    dahsyat akibatnya 200 orang meninggal dunia.
●  1904 M – 16 orang
●  1920 M – korban meninggal 35 orang
●  1930 M - letusan hebat, kali ini aliran lava, piroklastika, dan lahar
    hujan, mengguyur dan menghancurkan 13 desa akibatnya 1369
    orang tewas akibat peristiwa alam ini.
●  1954 – korban meninggal 64 orang dan luka 57 orang
●  1961 - korban meninggal 3 orang
●  1969 korban meninggal 3 orang
●  1976 – korban 29 orang dan luka 2 orang
●  1994 (22 November 1994) – korban meninggal 66 orang dan
    luka 6 orang
●  1997, 1998 dan 2001, tidak ada korban
●  Mei 2006 – korban 2 orang meninggal
  26 Oktober 2010 - korban ~ 30 orang (?)

sumber: vivanews, suaramerdeka.com dan Harian umum Sinar Harapan tgl 29 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar