Minggu, 09 Maret 2014

Es Kutub dan Pemanasan Global



Dikemas oleh Isamas54
Akibat pemanasan global es kutub mencair sehingga dapat meninggikan permukaan air laut dan dapat menenggelamkan beberapa kota.  Bagaimana dengan berbagai pendapat dan hasil penelitian?

Saat ini Bumi menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang cukup pelik, hal ini berujung pada perubahan pola iklim yang tidak menentu serta kondisi bumi yang semakin panas.  Pemanasan global ini antara lain menyebabkan percepatan laju penipisan lapisan es laut, dimana hal ini menjadi faktor yang sangat menentukan dalam perubahan cuaca.

Data dan Batasan (minimal dalam tulisa ini)
Pemanasan global terjadi karena terperangkapnya panas matahari di atmosfer bumi yang mengandung sejumlah gas (gas rumah kaca) secara berlebihan.
Emisi gas rumah kaca terjadi antara lain akibat ulah manusia, melalui aktivitasnya yang memompa CO2 ke atmosfer bumi, seperti knalpot mobil dan sepeda motor, melalui peralatan elektronik rumah dan kantor, cerobong pabrik dan industri, dan lain sebagainya.
Es di Kutub Utara (Arktik) dan Kutub Selatan (Antartika) membentuk 10% dari seluruh permukaan Bumi, artinya Bumi berisi 5 juta mil kubik air beku.  Kutub Selatan yang mengandalkan Benua Antartika memiliki kandungan air terbesar, yakni sekitar 80% dari total semua es di Planet Bumi ini.

Suhu Bumi meningkat sekitar setengah derajat Celcius dibandingkan seabad lalu, hal ini dapat menyebabkan permukaan air laut naik sekitar 7 inci (menurut Badan Pemelihara Lingkungan AS).
Sejak tahun 1992, lapisan es yang mengambang di barat Kutub Selatan telah meleleh karena pemanasan global, bahkan National Geographic melaporkan bahwa Kutub Selatan telah kehilangan 65 juta meter kubik setiap tahunnya.
Luas es Kutub Utara (Arktik) di musim panas 2012 menyusut menjadi jadi 4,21 juta km2 sehingga tercatat sebagai yang terkecil sejak pengamatan satelit dimulai pada 1979, sedangkan luas es terkecil sebelumnya di wilayah tersebut adalah 4,25 juta km2 yang terjadi pada 24 September 2007. 

Bagaimana jika semua es beku yang ada di kedua kutub mencair?
Mencairnya es di kedua kutub dapat menyebabkan permukaan air laut naik setinggi 216 meter, melahap kota dan bahkan negara-negara serta mengubah bentuk seluruh benua dan memusnahkan seluruh populasi.  Para ilmuwan percaya hal itu bisa memakan waktu sekitar 5.000 tahun untuk melelehkan semua es di planet ini dikarenakan kenaikan suhu yang sangat signifikan.   Tanda-tanda itu sudah dapat dilihat sekarang, dimana pemanasan global mempercepat melelehnya lapisan es di daerah Kutub.
Berikut beberapa kejadian, penelitian dan pendapat mengenai es kutub mencairnya es kutub

(1).  Es kutub utara (Arktik)

(1.1).  Menyusut 1,4 juta km2
Suhu di lautan Arktika yang membentang antara Greenland dan Alaska telah naik 5 derajat Celcius sejak tahun 1950. Akibatnya, dalam satu tahun rata-rata lapisan es di Arktika menyusut 1,4 juta kilometer persegi.  Demikian hasil studi para meteorology pada Free University Berlin (Kompas, 1994).   Jika temperatur terus meningkat maka lapisan es di kutub itu akan mencair ke laut. Akibatnya, kota-kota di Eropa termasuk London di Inggris dan Venesia di Italia akan hilang terendam air laut. Bahkan seluruh negara Belanda dan Denmark dipastikan akan tenggelam.
(1.2).  Penyusutan tingkat terendah (2012)
Volume es di Arktik sangat penting karena wilayah ini berpotensi besar mempengaruhi cuaca global.
Peneliti Amerika Serikat (AS) memperingatkan kini (2012) wilayah permukaan es telah menyusut hingga tingkat terendah sejak pertama kali pencatatan dilakukan (Media Indonesia, 21/9/2012).  Secara keseluruhan, penyusutan gugusan es Arktik terjadi di musim panas 2012 lebih awal (10 hari-2 minggu) dari biasanya cepat dari yang diproyeksikan, hal ini kemungkinan dipicu oleh aktivitas manusia, terutama karena efek perangkap panas gas rumah kaca, temasuk karbondioksida.  Sebagian dampak dari mencairnya es Arktik di tahun 2012 adalah terjadinya cuaca panas dan kekeringan di belahan bumi utara, terutama di Amerika Serikat.  (teknologi.news.viva.co.id 2012/08/21)
The National Snow and Ice Data Center (NSIDC) menga­takan gambar satelit menun­jukkan sampai 16 September 2012 es sudah mencair hingga tersisa 3,4 juta km2. Hal ini merupakan lapisan Kutub Utara terkecil sejak pencatatan yang dimulai 1979 lalu.  Dalam dua minggu terakhir, lapisan es yang mencair mencapai 517 ribu km2, ini merupakan angka yang sangat besar untuk pelelehan pada akhir musim panas.  Gejala ini mengindikasikan betapa tipisnya lapisan es yang ada di Kutub Utara saat ini (2012).  
Permukaan es telah menyu­sut pada 2007 sampai dengan 22%, namun pada musim panas 2012 es yang mencair lebih luas. 
Ini merupakan kerusakan yang tertinggi. 
(1.3).  Susut menjadi 4,21 juta km2
Data mengenai perkembangan luasan es di Kutub, sesuai laporan Badan Eksplorasi Antariksa Jepang/JAXA (2012), seperti dalam antaranews.com (2012/08/27)  adalah sebagai berikut :
(1.3.1).  Musim panas 2012 menyebabkan luas es di Kutub Utara (Arktik) menyusut jadi 4,21 juta kilometer persegi sehingga tercatat sebagai yang terkecil sejak pengamatan satelit dimulai pada 1979, sedangkan luas es terkecil di wilayah tersebut adalah 4,25 juta kilometer persegi pada 24 September 2007. 
(1.3.2).  Luas es yang mengapung di laut akan terus berkurang hingga pertengahan September 2012.  Hal ini sesuai dengan laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (pada Maret 2012) yang menyebutkan bahwa penyusutan tersebut terjadi akibat dari suhu yang menghangat secara tidak normal pada 2011.
(1.4).  Data lain
Pusat Data Es dan Salju Nasional Amerika Serikat (NSIDC) secara terpisah melaporkan :
(1.4.1).  Jumlah luas es di kawasan Kutub Utara tercatat lebih sedikit dari 2007.  Namun, luas yang ada pada saat ini masih lebih lebar ketimbang catatan es terkecil sepanjang masa, yakni 4,17 juta kilometer yang terjadi pada 16 September 2007.
(1.4.2).  Lonjakan penyusutan es dalam beberapa hari pada awal Agustus 2012 hampir mendekati 200.000 kilometer persegi per hari dari sebelumnya sekitar 100.000 kilometer persegi per harinya pada beberapa bulan terakhir yang bersamaan dengan badai besar di Samudera Kutub Utara (Arctic), dimana pergerakan sirkulasi di atmosfer yang cepat menjadi faktor yang menyebabkan penyusutan luas es.
(1.4.3).  Sirkulasi yang cepat di Kutub Utara telah terjadi sejak lama, dan menyebabkan pergerakan es dari Samudera Kutub Utara menuju Samudera Atlantik menjadi lebih cepat ketimbang biasanya.

(2).  Kutub Selatan (Antartika)
(2.1).  Berpotensi pecah
Semenanjung Antartika akan mencair beberapa puluh tahun lagi jika pemanasan global terus berlangsung seperti sekarang. Ujung Antartika yang mengarah ke wilayah Amerika Selatan menjadi target penelitian ahli iklim karena memanas lebih cepat dari bagian lain di dunia.  "Jika pemanasan berlanjut, lapisan es di selatan ujung semenanjung yang stabil sejak zaman es akan mencair beberapa puluh tahun lagi," kata Robert Mulvaney, peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) (22/8/2012) di Oslo-Norwegia.
(2.2).  Naik dua derajat. 
Berdasarkan penelitian, sete­lah mendingin beberapa abad, suhu di wilayah Antartika naik perlahan sejak sekitar 600 tahun lalu. Namun, dalam 50 tahun terakhir terjadi kenaikan drastis, yaitu 2 derajat celsius.  Kenaikan sebelumnya terjadi bertahap, 0,2 derajat celsius da­lam 100 tahun dimana pemanasan berlangsung secara eksponensial. Kenaikan tajam terjadi pada 100 tahun terakhir, mencapai 1,5 de­rajat celsius. Hasil penelitian di­muat pada jurnal ilmiah The Na­ture (2012).
Penelitian dilakukan dengan mengebor 364 meter lapisan es di Pulau James Ross di Semenanjung An­tartika. Potongan es itu diteliti empat tahun di beberapa laboratorium di Eropa. Itu untuk mencari penanda pergeseran ik­lim dalam 15.000 tahun.
Catatan kenaikan temperatur tersebut "konsisten dengan pendapat, pemanasan yang lebih ce­pat akibat aktivitas manusia dibandingkan pemanasan yang berlangsung lambat sebelum­nya".
Lapisan es di Antartika menempel pada garis pantai An­tartika Beberapa tahun terakhir lapisan es berukuran besar telah terpisah dari garis pantai. Hal itu, menurut para ahli, disebabkan aliran arus naik yang hangat dari Laut Selatan.

(3).  Komentar dan pendapat
Berikut beberapa pendapat dan komentar …….

(3.1).  Kebalikannya
Saat lapisan es di kutub selatan (Antartika) dilaporkan meleleh, ternyata ku­tub es di utara (Arktik) seakan tak terpengaruh, bahkan kebalikannya  bertambah luas dan mencapai rekor lautan es Antartika seluas 7.510.000 mil persegi pada September (2012), itu terjadi beberapa hari setelah peristiwa mencairnya lapisan es Kutub Utara yang tercatat paling tinggi dalam sejarah.
Sementara di Pegunungan Hi­malaya yang juga rentan, pene­litian menggunakan gelombang laser dan satelit NASA sejak 2003 mendapati hasil, lapisan es ba­gian selatan -- termasuk Nepal dan Butan -- menipis. Di utara daerah Karakoram, menurut pe­neliti dari University of Oslo, Andreas Kaab, tak berubah. Bahkan ada indikasi menebal.
(3.2).  Tidak mengalami pemanasan
Dengan melihat fakta di Antartika (2012) maka para penolak peru­bahan iklim menyatakan bahwa dunia tidak mengalami pemanasan. Sebaliknya, para ilmuwan mengatakan itu pendapat yang salah dalam mengartikan kejadian tersebut bahwa ‘pemanasan dunia dapat memiliki konsekuensi yang kompleks dan kadang-kadang mengejutkan’. (Media Indonesia, 12/10/2012)
(3.3).  Berbagai factor
Badan Pemelihara Lingkungan Amerika Serikat mengatakan pengurangan es secara keseluruhan dapat dipengaruhi dari beberapa faktor, termasuk efek rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu global. “Jika kita membakar pasokan semua batu bara, minyak, dan gas di Bumi maka akan menambahkan sekitar  5 triliun ton lebih karbon ke atmosfer , kita akan membuat planet ini panas dengan suhu rata-rata mencapai 80 derajat Fahrenheit, bukan seperti sekarang yang hanya 58 derajad Fahrenheit . Suhu itu mungkin menjadi terlalu panas untuk manusia,” ujar perwakilan National Geographic.
Satu-satunya daerah yang akan bertahan ketika es di kedua Kutub mencair adalah pegunungan yang membentang di sepanjang pantai Karibia dan Amerika Tengah.
(3.4).  Pemanasan Laut
Penyusutan drastis lapisan es di Samudra Kutub Utara dari 1997 sampai 1998, dipicu oleh oleh arus air hangat ke daerah itu dari Samudra Pasifik, bukan akibat dampak atmosfir sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya.  Air hangat itu juga menjadi alasan mengapa lapisan es tak kembali ke tingkat sebelumnya.  Demikian menurut sekelompok peneliti dari Lembaga Teknologi dan Sains Marinir-Bumi Jepang (JAMSTEC) di Yokosuka, Prefektur Kanagawa (8/6/2006).  
Koji Shimada dari JAMSTEC, wakil ketua kelompok tersebut, mengatakan penyusutan terjadi sangat parah di sisi Pasifik, Samudra Kutub Utara. Rasio daerah di Samudra tersebut yang ditutupi lapisan es selama musim panas berjumlah sekitar 60-80% dari 1980-an sampai pertengahan 1990-an, tapi jumlah itu turun jadi 15-30% setelah 1998.
Para ilmuwan mulanya percaya bahwa perubahan dalam pembagian tekanan atmosfir mendorong makin banyak lapisan es ke Samudra Kutub Utara, tapi yang lain mempertanyakan teori tersebut karena lapisan es tak pernah bertambah bahkan setelah pembagian atmosfir mengalami perubahan sejak itu.
Kelompok tersebut menyatakan temperatur air di Samudra Kutub Utara di pantai Alaska utara naik sekitar 4 derajat Celsius dari tahun sebelumnya, selama priode Agustus-Desember 1997, sekitar masa yang sama dengan ketika lapisan es menyusut drastis. Air dari Samudra Pasifik memanas di bagian timur Laut Bering, akibat terjadinya fenomena El Nino saat itu, kata kelompok tersebut.
Merka menyimpulkan : (a).  bahwa arus air hangat tersebut merupakan penyebab penyusutan lapisan es karena itu hanya menjadi bukti di daerah tempat air laut yang hangat mengalir masuk.  (b).  Segera setelah lapisan es menyusut, peristiwa tersebut akan menambah kuat arus laut yang membawa air hangat Pasifik ke bagian tengah Semudra Kutub Utara, sehingga memperpanjang keadaan yang menambah sulit pembentukan lapisan es. Karena itu lah, jumlah lapisan es belum pulih sampai sekarang, kata kelompok tersebut.
"Selama lapisan es tak pulih, keadaan itu akan mengubah pembagian tekanan atmosfir di atasnya, dan takkan membawa udara dingin bahkan pada musim dingin, kejadian yang mungkin berdampak pada cuaca di Jepang," kata Shimada.
(3.5).  Bisa naik satu meter
Kenaikan permukaan laut selama abad ini bisa sampai antara 70 cm sampai 1,2 meter pada tahun 2100 jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi, demikian menurut perkiraan tim ilmuwan yang menyurvei peningkatan muka air laut. Diperkirakan pada 2300 rata-rata kenaikan permukaan laut bisa mencapai 200-300 cm jika tidak ada mitigasi emisi. 
Sebaliknya, dengan adanya pengurangan emisi yang kuat, para ahli meramalkan kenaikan air laut hanya akan mencapai 40-60 cm tahun 2100 dan 60-100 cm pada 2300.  Demikian menurut 90 ahli dari AS dan Jerman yang terlibat dalam survei peningkatan muka laut. (antaranews.com  2013/11/23)
"Hasil skenario dengan mitigasi iklim menunjukkan peluang bagus untuk membatasi kenaikan muka laut menjadi satu meter,", "Skenario emisi tinggi akan mengancam keberlangsungan kota-kota tepi pantai dan pulau-pulau di dataran rendah,"  kata Stefan Rahmstorf dari Postdam Institute for Climate Impact Research seperti diberitakan laman Science Daily (2013).
(3.6).  Belum pasti
Meski demikian proyeksi kenaikan permukaan air laut tersebut masih diliputi ketidakpastian karena proses fisik yang menyebabkan kenaikan itu kompleks.   Proses itu mencakup perluasan air laut ketika menghangat, melelehnya gunung gletser dan tudung es dan dua lapisan es luas di Greenland dan Antartika, serta pemompaan air tanah untuk irigasi.  Pendekatan pemodelan yang berbeda akan memberikan hasil yang jauh berbeda dalam memperkirakan kenaikan permukaan air laut.
Laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbaru telah merevisi proyeksinya menjadi lebih dari 60% dibandingkan dengan laporan yang diterbitkan tahun 2007.
Penilaian kenaikan permukaan air laut yang dilakukan kelompok ilmuwan lain bahkan menghasilkan proyeksi yang lebih tinggi.  Kenaikan permukaan air laut yang diukur menggunakan satelit selama dua dekade lebih juga telah melampaui ekspektasi awal.
"Penting untuk mengetahui apa yang dipikirkan komunitas ahli tentang kenaikan muka air laut dan kami membuatnya transparan untuk publik,", "Kami melaporkan perolehan terbesar tentang kenaikan permukaan air laut masa depan dari para ahli terpilih dari 18 negara," kata penulis utama studi, Benjamin Horton, dari Institute of Marine and Coastal Sciences di Rutgers University, New Jersey-AS (2013).
(3.5).  Data hasil survei
Kebanyakan ahli memperkirakan angka kenaikan yang lebih besar dari estimasi terkini IPCC sekitar 28-98 cm pada 2100.   Dua per tiga responden memperkirakan ramalan kenaikan air laut lebih tinggi dari perkiraan IPCC, mengonfirmasi bahwa laporan IPCC cenderung konservatif dalam penilaian mereka.  Tanpa mitigasi emisi, 51% ahli berpendapat permukaan laut akan naik 1,5 meter atau lebih, 27% memperkirakan kenaikan dua meter atau lebih, dan 58%  menjawab laut akan naik empat meter pada 2300.
"Secara keseluruhan, hasil survei pada para ahli maupun laporan IPCC menggambarkan risiko kenaikan suhu akibat ketiadaan mitigasi emisi bisa menyebabkan kenaikan permukaan laut multi-meter dalam jangka panjang," kata Rahmstorf.


Bingung Nikh!, bagaimana nasib kami?
Keterangan gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : antaranews.com  2013/11/23; merdeka.com 2006/06/08; republika.co.id 2012/08/27; solopos.com/2013/11/08; Media Indonesia (21/9 & 12/10/2012); Kompas 24/8/2012).

Bacaan terkait :
10 kesalahfahaman tentang pemanasan global  (lihat topik/label 'kutub')
Es kutub dan kehidupan (lihat topik/label 'kutub')
Gunung es dan bobot mati kapal  (lihat topik/label 'kutub')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar