Jumat, 17 Mei 2013

Kisah : Perlindungan Seekor Burung


Dikemas oleh : Isamas54
Kisah istri yang merasa teraniaya dan memotong organ tubuh suaminya, dari mulai kejadian, pengadilan, tidak kapok sampai bersatu kembali.


Juri di Pengadilan Negeri Mannasas- Virginia, sekitar 50 km dari Washington DC-AS, akhirnya memutuskan Lorena Bobbitt, 25,  tidak bersalah (1/94), wanita yang telah memotong putus penis suaminya yang sedang tidur pulas (23/6/94) dan diajukan ke pengadilan sejak tahun sebelumnya (4/8) dengan tuduhan penganiayaan.   Di pengadilan Manassas ini juga sebelumnya (10/11) telah membebaskan John Bobbitt dari tuduhan menyerang istrinya secara seksual (Kompas 12/11/1993)

*
Pada malam yang nahas itu (23/6) …
Ketika John Bobbitt, 26, bekas mariner yang gemar minum, sepulang berkunjung ke beberapa tempat minum selanjutnya dia memaksakan nafsu pada istrinya, maka ketika  Bobbitt tidur pulas terjadilah "penganiayaan” yang sudah tidak tertahankan".
Begitu usai memotong, ia kabur dengan mobil sambil membawa "barang" suaminya dan membuangnya melalui jendela mobil di semak-semak dekat toko 7-Eleven di pinggir jalan, untunglah ia kemudian menyesal. Perempuan manis berusia 24 tahun kelahiran Ekuador ini kemudian menelepon polisi, melaporkan apa yang telah dilakukan sambil menunjuk lokasi tempat anggota tubuh John Wayne Bobbitt itu dibuang, beruntung pula polisi berhasil menemukan potongan tubuh itu dengan segera.
Dalam persidangan sebelumnya yang membebaskan tuduhan atas pemaksaan seksual oleh John (suami), si suami berkilah bahwa dia tidak memaksa istrinya untuk berhubungan badan, dan baru sadar penisnya sudah hilang ketika ia berdiri di depan cermin (Kompas 12/11/1993).
Tim dokter, setelah melakukan operasi selama sembilan setengah jam, berhasil menyambung potongan itu ke tempat asalnya dan memperkirakan keadaan akan kembali normal setelah dua tahun.
Yang tidak normal adalah reaksi yang menggugah perhatian jutaan penduduk masyarakat AS. Padahal, ini bukan kasus pertama yang terjadi di AS --di Thailand, kasus ini bahkan cukup kerap terjadi--, tak urung, 300-an wartawan berbagai media meliput persidangan di ruang yang hanya mampu menampung 43 penonton itu. Sekitar 20 truk milik stasiun televisi, lengkap dengan antena parabolanya, nangkring di tempat parkir. Dari antena parabola itulah jalannya sidang dipancarkan ke satelit untuk dipancarkan ulang ke seluruh dunia, termasuk oleh stasiun TV CNN dengan rating peliputan yang tinggi. Pol yang dilakukan majalah Newsweek malah menunjukkan 60% penduduk AS mengikuti jalannya persidangan ini, tak peduli pria atau wanita.
Reaksi masyarakat atas keputusan "tak bersalahnya" Lorena?. Ada yang simpati pada penderitaan yang dialami Lorena Bobbitt, namun tetap beranggapan apa yang dilakukannya itu merupakan tindakan kriminal, namun ada juga yang berpendapat kliennya melakukan pemotongan terpaksa karena dia selama empat setengah tahun terus-menerus menerima penganiayaan suaminya yang kejam.
*

Bobbitt terbukti bukan suami yang baik. Berbagai saksi, seperti tetangga, menuturkan bagaimana mereka acap menemukan Lorena memar akibat siksaan suaminya. Lorena bahkan menuturkan bagaimana suaminya mempraktekkan "teknik-teknik penyiksaan marinir" terhadap dirinya. Bahkan, setelah kasus pemotongan ini, Lorena sempat mengajukan suaminya ke sidang pengadilan dengan tuduhan penyiksaan terhadap istri. Pengadilan memutuskan John Bobbitt tak terbukti bersalah. Dan pekan lalu, tim juri yang terdiri dari 7 wanita dan 5 pria juga menyatakan Lorena tak bersalah atau terbebas dari ancaman hukuman maksimum 20 tahun dan deportasi ke negara asalnya. Para juri membebaskan Lorena dengan alasan ketidakwarasan. Itulah sebabnya Lorena segera dilarikan polisi ke rumah sakit jiwa begitu keputusan pengadilan usai dibacakan.
Sindrom
Para pakar kejiwaan yang diajukan penuntut umum sebagai saksi ahli pun mengakui bahwa wanita yang ber-IQ 83 ini menderita gangguan kejiwaan dalam tiga tahun terakhir perkawinannya. Lorena dianggap menderita sindrom battered wife alias istri teraniaya. Sindrom ini pertama kali dimunculkan oleh Psikolog Lenore Walker pada tahun 1970-an. Penderitanya acap bereaksi atas penyiksaan suaminya dengan menyalahkan dirinya sendiri. Karena itu, mencari jalan keluar dengan perceraian jauh dari bayangannya. Hingga, pada suatu saat, akhirnya tak tahan lagi dan meledak dalam aksi kekerasan. "Ini adalah wanita yang mengidentikkan dirinya begitu kuat dengan suaminya yang kejam, yang begitu menjajah hingga tak mungkin meninggalkannya, dan akhirnya malah meledak dalam bentuk kekejaman pula," kata Cynthia Heimel, kolumnis yang banyak membahas masalah feminisme.
Di Indonesia, teori sindrom istri teraniaya pada waktu itu belum pernah digunakan di persidangan. Jangan-jangan, di sini juga banyak narapidana wanita yang dihukum akibat terkena sindrom tadi.
*

Kapokkah si Bobbit sang suami?
Upaya ‘sambung-menyambung menjadi satu’ yang dilakukan dokter telah berhasil?, karena dokter sendiri memperkirakan keadaan akan normal kembali normal setelah dua tahun.
Nikh ceritanya ..
Dalam pengadilan yang berlangsung di Las Vegas, John  Wayne Bobbitt  (27) yang namanya pernah menghiasi halaman depan media massa AS tahun lalu karena ‘P’-nya dipotong   oleh   sang   istri,   me­nyatakan tak bersalah atas tuduhan menganiaya bekas pacarnya, dia mengatakan, "Sama sekali 100 persen tak bersalah" menganiaya bekas penari to­pless Kristina Elliott (21).
Kata-kata pembelaan yang diucapkannya itu ("sama sekali 100 persen tak bersalah") sebenarnya meniru kata-kata, yang diucapkan tokoh American football O.J. Simpson yang didakwa membunuh bekas istri serta seorang kawan prianya.  Kepada para wartawan Bobbitt  mengatakan,  ia  memilih kata-kata itu karena dia dulu dibesarkan di Buffalo, New York, dan Simpson adalah pahlawannya.
Atas tuduhan penganiayaan itu, Bobbitt menghadapi ancaman hukuman dua tahun penjara.
Yang agak aneh, tokoh ini dulu dipotong penisnya juga gara-gara ringan tangan terha­dap istrinya. Setelah insiden itu dia terlibat lagi, konon memukuli bekas pacar. Dia, seperti tidak kapok dipotong "rudal"-nya oleh wanita. (Kompas 27/7/1994).

Bersatu kembali setelah 16 tahun
http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/01396/Bobbitt_1396509c.jpg
John Wayne Bobbitt dan mantan istrinya telah bersatu kembali untuk pertama kalinya sejak ia dipotong setengah Mr P-nya dengan pisau 16 tahun yang lalu.
Lorena Bobbitt, yang sekarang menggunakan nama gadisnya Gallo, telah mengklaim bahwa Bapak Bobbitt masih memendam perasaan untuk dia dan terus mengirim kartu Valentine-nya dan bunga, walaupun sebelumnya telah ada insiden.
Pasangan ini muncul di sebuah episode dari televisi tabloid AS yang menunjukkan Insider pada Senin malam dan berdebat apa yang salah dalam hubungan mereka.
"John, kamu melakukan banyak hal bagi saya yang sangat menyakitkan," kata Miss Gallo, mengklaim ia telah memaksanya untuk melakukan aborsi.
"Anda membuat saya gila Anda membuat saya gila. Tidak ada wanita harus melalui yang saya alami."
"Saya tidak benar-benar memahami seberapa sensitif Anda," jawab Bapak Bobbitt, 42, dari Buffalo-New York,. "Anda mengambil sesuatu benar-benar serius."
Seperti telah diceritakan sebelumnya, bahwa pada 23 Juni 1993 yang Nona Gallo, 23, memotong lebih dari setengah dari penis suaminya saat ia tidur. Dia berada dalam "cocok kemarahan" setelah ia kembali ke rumah mabuk dari malam di kota dan diduga memperkosanya. Dia meninggalkan rumah dengan objek terputus dan melemparkannya keluar dari jendela mobil ke dalam lapangan, di mana ia ditemukan dan pembedahan disambungkan.
Atas kasus tersebut, Bapak Bobbitt dibebaskan dari perkosaan suami dan Miss Gallo dinyatakan tidak bersalah dari melukai berbahaya dengan alasan kegilaan sementara. Pasangan ini kemudian bercerai setelah enam tahun menikah.
Bapak Bobbitt, yang menggunakan ketenaran untuk menjadi seorang bintang film dewasa, menggambarkan malam itu terjadi : "Saya berdarah sampai mati. Itu adalah salah satu hal paling mengerikan yang pernah saya lalui," katanya.
Nona Gallo berkata:. "Saya ingat mengemudi dengan ‘P’ yang terpotong di tanganku, dan di sisi lain saya memiliki pisau saya bahkan tidak tahu bagaimana saya masuk ke mobil, dan tampaknya aku harus melemparkannya di suatu tempat karena aku tak bisa memutar roda mobil saya, jadi Aku menyingkirkan hal. Kemudian saya belajar di rumah sakit di kemudian hari bahwa itu adalah P-nya.. "
*

Ngeri ceritanya?  
Nikh!,  ada ‘sabuk pengamanan’-nya.
Seorang seniman pematung Italia , Angelo Camerino (62), memamerkan sabuk ciptaannya bersama karya-karyanya yang lain di Roma.  Sabuk bernama "Sabuk Bobbin" (Bobbitt Belt),  dibuat untuk melindungi ‘P’ pria agar tidak dipotong.  Bentuknya menyerupai alat sejenis yang pernah dikenal pada abad pertengahan dengan ukuran all size (tapi bisa dibuat sesuai ukuran pemesan). Harganya?, dua juta lira (sekitar Rp 2,5   juta).
"Kalau pameran sudah selesai. ini akan saya kirim kepada Lorena Bobbitt sebagai hadiah." kata seniman itu.  (Kompas, 10-3-1994)

Cerita cukup lama!, mudah-mudahan masih menarik.

Keterangan gambar : sebagian ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber a.l : majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1994/01/29, Kompas 7/8/1993, translate.google.co.id telegraph.co.uk 2009/5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar