Dikemas oleh :
Isamas54
Kisah istri yang
merasa teraniaya dan memotong organ tubuh suaminya, dari mulai kejadian, pengadilan,
tidak kapok sampai bersatu kembali.
Juri di Pengadilan
Negeri Mannasas- Virginia, sekitar 50 km dari Washington DC-AS, akhirnya
memutuskan Lorena Bobbitt, 25, tidak
bersalah (1/94), wanita yang telah memotong putus penis suaminya yang sedang
tidur pulas (23/6/94) dan diajukan ke pengadilan sejak tahun sebelumnya (4/8) dengan
tuduhan penganiayaan. Di pengadilan
Manassas ini juga sebelumnya (10/11) telah membebaskan John Bobbitt dari
tuduhan menyerang istrinya secara seksual (Kompas 12/11/1993).
*
Pada malam yang
nahas itu (23/6) …
Ketika John
Bobbitt, 26, bekas mariner yang gemar minum, sepulang berkunjung ke beberapa
tempat minum selanjutnya dia memaksakan nafsu pada istrinya, maka ketika Bobbitt tidur pulas terjadilah "penganiayaan”
yang sudah tidak tertahankan".
Begitu usai
memotong, ia kabur dengan mobil sambil membawa "barang" suaminya dan
membuangnya melalui jendela mobil di semak-semak dekat toko 7-Eleven di pinggir
jalan, untunglah ia kemudian menyesal. Perempuan manis berusia 24 tahun
kelahiran Ekuador ini kemudian menelepon polisi, melaporkan apa yang telah
dilakukan sambil menunjuk lokasi tempat anggota tubuh John Wayne Bobbitt itu
dibuang, beruntung pula polisi berhasil menemukan potongan tubuh itu dengan
segera.
Dalam persidangan
sebelumnya yang membebaskan tuduhan atas pemaksaan seksual oleh John (suami),
si suami berkilah bahwa dia tidak memaksa istrinya untuk berhubungan badan, dan
baru sadar penisnya sudah hilang ketika ia berdiri di depan cermin (Kompas
12/11/1993).
Tim dokter, setelah
melakukan operasi selama sembilan setengah jam, berhasil menyambung potongan
itu ke tempat asalnya dan memperkirakan keadaan akan kembali normal setelah dua
tahun.
Yang tidak normal
adalah reaksi yang menggugah perhatian jutaan penduduk masyarakat AS. Padahal,
ini bukan kasus pertama yang terjadi di AS --di Thailand, kasus ini bahkan
cukup kerap terjadi--, tak urung, 300-an wartawan berbagai media meliput
persidangan di ruang yang hanya mampu menampung 43 penonton itu. Sekitar 20
truk milik stasiun televisi, lengkap dengan antena parabolanya, nangkring di
tempat parkir. Dari antena parabola itulah jalannya sidang dipancarkan ke
satelit untuk dipancarkan ulang ke seluruh dunia, termasuk oleh stasiun TV CNN
dengan rating peliputan yang tinggi. Pol yang dilakukan majalah Newsweek malah
menunjukkan 60% penduduk AS mengikuti jalannya persidangan ini, tak peduli pria
atau wanita.
Reaksi masyarakat atas
keputusan "tak bersalahnya" Lorena?. Ada yang simpati pada
penderitaan yang dialami Lorena Bobbitt, namun tetap beranggapan apa yang
dilakukannya itu merupakan tindakan kriminal, namun ada juga yang berpendapat
kliennya melakukan pemotongan terpaksa karena dia selama empat setengah tahun
terus-menerus menerima penganiayaan suaminya yang kejam.
*
Bobbitt terbukti
bukan suami yang baik. Berbagai saksi, seperti tetangga, menuturkan bagaimana
mereka acap menemukan Lorena memar akibat siksaan suaminya. Lorena bahkan
menuturkan bagaimana suaminya mempraktekkan "teknik-teknik penyiksaan
marinir" terhadap dirinya. Bahkan, setelah kasus pemotongan ini, Lorena
sempat mengajukan suaminya ke sidang pengadilan dengan tuduhan penyiksaan
terhadap istri. Pengadilan memutuskan John Bobbitt tak terbukti bersalah. Dan
pekan lalu, tim juri yang terdiri dari 7 wanita dan 5 pria juga menyatakan
Lorena tak bersalah atau terbebas dari ancaman hukuman maksimum 20 tahun dan deportasi
ke negara asalnya. Para juri membebaskan Lorena dengan alasan ketidakwarasan.
Itulah sebabnya Lorena segera dilarikan polisi ke rumah sakit jiwa begitu
keputusan pengadilan usai dibacakan.
Sindrom
Para pakar kejiwaan
yang diajukan penuntut umum sebagai saksi ahli pun mengakui bahwa wanita yang
ber-IQ 83 ini menderita gangguan kejiwaan dalam tiga tahun terakhir
perkawinannya. Lorena dianggap menderita sindrom battered wife alias istri
teraniaya. Sindrom ini pertama kali dimunculkan oleh Psikolog Lenore Walker
pada tahun 1970-an. Penderitanya acap bereaksi atas penyiksaan suaminya dengan
menyalahkan dirinya sendiri. Karena itu, mencari jalan keluar dengan perceraian
jauh dari bayangannya. Hingga, pada suatu saat, akhirnya tak tahan lagi dan
meledak dalam aksi kekerasan. "Ini adalah wanita yang mengidentikkan
dirinya begitu kuat dengan suaminya yang kejam, yang begitu menjajah hingga tak
mungkin meninggalkannya, dan akhirnya malah meledak dalam bentuk kekejaman
pula," kata Cynthia Heimel, kolumnis yang banyak membahas masalah
feminisme.
Di Indonesia, teori
sindrom istri teraniaya pada waktu itu belum pernah digunakan di persidangan.
Jangan-jangan, di sini juga banyak narapidana wanita yang dihukum akibat
terkena sindrom tadi.
*
Kapokkah si Bobbit
sang suami?
Upaya
‘sambung-menyambung menjadi satu’ yang dilakukan dokter telah berhasil?, karena
dokter sendiri memperkirakan keadaan akan normal kembali normal setelah dua
tahun.
Nikh ceritanya ..
Dalam pengadilan
yang berlangsung di Las Vegas, John
Wayne Bobbitt (27) yang namanya pernah
menghiasi halaman depan media massa AS tahun lalu karena ‘P’-nya dipotong oleh
sang istri, menyatakan tak bersalah atas tuduhan
menganiaya bekas pacarnya, dia mengatakan, "Sama sekali 100 persen tak bersalah"
menganiaya bekas penari topless Kristina Elliott (21).
Kata-kata pembelaan
yang diucapkannya itu ("sama sekali 100 persen tak bersalah")
sebenarnya meniru kata-kata, yang diucapkan tokoh American football O.J.
Simpson yang didakwa membunuh bekas istri serta seorang kawan prianya. Kepada para wartawan Bobbitt mengatakan,
ia memilih kata-kata itu karena
dia dulu dibesarkan di Buffalo, New York, dan Simpson adalah pahlawannya.
Atas tuduhan
penganiayaan itu, Bobbitt menghadapi ancaman hukuman dua tahun penjara.
Yang agak aneh,
tokoh ini dulu dipotong penisnya juga gara-gara ringan tangan terhadap
istrinya. Setelah insiden itu dia terlibat lagi, konon memukuli bekas pacar.
Dia, seperti tidak kapok dipotong "rudal"-nya oleh wanita. (Kompas
27/7/1994).
Bersatu
kembali setelah 16 tahun
http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/01396/Bobbitt_1396509c.jpg
John Wayne Bobbitt
dan mantan istrinya telah bersatu kembali untuk pertama kalinya sejak ia
dipotong setengah Mr P-nya dengan pisau 16 tahun yang lalu.
Lorena Bobbitt,
yang sekarang menggunakan nama gadisnya Gallo, telah mengklaim bahwa Bapak
Bobbitt masih memendam perasaan untuk dia dan terus mengirim kartu
Valentine-nya dan bunga, walaupun sebelumnya telah ada insiden.
Pasangan ini muncul
di sebuah episode dari televisi tabloid AS yang menunjukkan Insider pada Senin
malam dan berdebat apa yang salah dalam hubungan mereka.
"John, kamu
melakukan banyak hal bagi saya yang sangat menyakitkan," kata Miss Gallo,
mengklaim ia telah memaksanya untuk melakukan aborsi.
"Anda membuat
saya gila Anda membuat saya gila. Tidak ada wanita harus melalui yang saya
alami."
"Saya tidak
benar-benar memahami seberapa sensitif Anda," jawab Bapak Bobbitt, 42,
dari Buffalo-New York,. "Anda mengambil sesuatu benar-benar serius."
Seperti telah
diceritakan sebelumnya, bahwa pada 23 Juni 1993 yang Nona Gallo, 23, memotong
lebih dari setengah dari penis suaminya saat ia tidur. Dia berada dalam
"cocok kemarahan" setelah ia kembali ke rumah mabuk dari malam di
kota dan diduga memperkosanya. Dia meninggalkan rumah dengan objek terputus dan
melemparkannya keluar dari jendela mobil ke dalam lapangan, di mana ia
ditemukan dan pembedahan disambungkan.
Atas kasus
tersebut, Bapak Bobbitt dibebaskan dari perkosaan suami dan Miss Gallo
dinyatakan tidak bersalah dari melukai berbahaya dengan alasan kegilaan
sementara. Pasangan ini kemudian bercerai setelah enam tahun menikah.
Bapak Bobbitt, yang
menggunakan ketenaran untuk menjadi seorang bintang film dewasa, menggambarkan
malam itu terjadi : "Saya berdarah sampai mati. Itu adalah salah satu hal
paling mengerikan yang pernah saya lalui," katanya.
Nona Gallo
berkata:. "Saya ingat mengemudi dengan ‘P’ yang terpotong di tanganku, dan
di sisi lain saya memiliki pisau saya bahkan tidak tahu bagaimana saya masuk ke
mobil, dan tampaknya aku harus melemparkannya di suatu tempat karena aku tak
bisa memutar roda mobil saya, jadi Aku menyingkirkan hal. Kemudian saya belajar
di rumah sakit di kemudian hari bahwa itu adalah P-nya.. "
*
Ngeri ceritanya?
Nikh!, ada ‘sabuk pengamanan’-nya.
Seorang seniman
pematung Italia , Angelo Camerino (62), memamerkan sabuk ciptaannya bersama
karya-karyanya yang lain di Roma. Sabuk
bernama "Sabuk Bobbin" (Bobbitt Belt), dibuat untuk melindungi ‘P’ pria agar tidak
dipotong. Bentuknya menyerupai alat
sejenis yang pernah dikenal pada abad pertengahan dengan ukuran all size (tapi
bisa dibuat sesuai ukuran pemesan). Harganya?, dua juta lira (sekitar Rp
2,5 juta).
"Kalau pameran
sudah selesai. ini akan saya kirim kepada Lorena Bobbitt sebagai hadiah." kata seniman itu. (Kompas, 10-3-1994)
Cerita
cukup lama!, mudah-mudahan masih menarik.
Keterangan
gambar : sebagian ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber a.l :
majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1994/01/29, Kompas 7/8/1993,
translate.google.co.id telegraph.co.uk 2009/5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar