Dikemas oleh :
Isamas54
Maha luasnya alam
kita, namun ‘baru sedikit’ yang terungkap.
Di malam hari yang
cerah kita dengan mata telanjang bisa menyaksikan ribuan bintang yang
bertebaran di langit. Manusia mulai
mengelompokkan bintang terang di langit menurut persepsi tertentu yang dapat di
latarbelakangi takhayul (astrologi) ataupun untuk keperluan pengamatan ilmiah
(astronomi), khususnya dalam astronomi mengalami perkembangan yang cukup pesat
seiring dengan perkembangan teknologi.
Para astronom telah
melakukan berbagai pengamatan terhadap obyek di langit ini yang semula secara
deskriptif --khususnya bintang-- dengan hanya
melokalisasikan fenomena langit seperti menentukan jarak, terang sebenarnya
(terang mutlak), warna dan spectrum, akan tetapi dalam perkembangannya semakin
dipahami mengenai proses fisis yang berlangsung di dalamnya. Tentunya kesemuanya itu dimaksudkan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.
Melalui fenomena
alam dan teknologi yang telah dikuasai, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pengamatan iklim dan lain sebagainya, bahkan untuk keamanan bumi kita sendiri dari
tumbukan dengan benda angkasa lainnya.
Sebelum
dilanjutkan, berikut beberapa data dan pengertian.
Data
dan pengertian
Satu detik cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh
cahaya bergerak selama satu detik yaitu 300.000 km.
Satuan cahaya ini
merupakan acuan yang digunakan untuk mengukur jarak antara bintang yaitu 9,46 x
1012 km. Cahaya matahari
hanya membutuhkan sekitar 500 detik untuk sampai ke bumi, sedangkan dari
bintang terdekat setelah Matahari (Proksima Centauri) adalah selama 4,3 tahun
cahaya.
Bintang adalah merupakan benda langit
yang sangat besar dan memancarkan cahaya, diantaranya adalah Matahari. Sedangkan bintang yang paling dekat kita
adalah Matahari (berjarak 150 juta km) selanjutnya adalah bintang Proksima Centauri
(berjarak 40 triliun km).
Galaksi adalah merupakan sistem bintang
atau tata bintang yang jumlahnya dalam jagad raya ini jutaan, dimana tiap
galaksi terdiri dari ribuan juta bintang, sedangkan galaksi dimana Tata surya
kita (matahari sebagai pusat peredaran planet-planet)_ berada disebut Milk Way
(Inggris) atau Bima Sakti
Gerak dan periode
waktu edar
(a). Gerak rotasi adalah pergerakan Bumi
berputar dalam porosnya dari arah barat ke timur dengan periode waktu sekali
putaran selama 23 jam 56 menit (24 jam kurang 4 menit).
(b). Gerak bulan mengeliling bumi dalam
porosnya dengan periode waktu 29,5 hari atau selama satu bulan.
(c). Gerak revolusi adalah pergerakan Bumi mengeliling Matahari
dalam bidang porosnya --ekliptika-- dengan periode waktu sekali putaran selama
setahun yaitu 365 1/4 hari (tepatnya 365 hari 8 jam 9 menit dan 10 detik).
(d). Satu tahun kosmik (cosmic year),
adalah adalah waktu yang dibutuhkan Matahari
mengeliling pusat (nukleus) galaksi Bimasakti --kecepatan 220 km/detik-- dalam satu periode waktu (kala edar) yaitu
selama 2,4 x 10 8 tahun atau
240 juta tahun. Dengan asumsi tersebut
maka apabila usia Matahari kita 5 x 109 tahun (5 milyar tahun) maka matahari sampai saat
ini baru 20 kali mengedari pusat galaksi
Bimasakti.
Spektogram
dan cahaya bintang
Spektogram adalah
merupakan hasil foto dari spektrum dari cahaya bintang. Spektogram yang pertama kalai adalah dari
galaksi Andromeda yang diambil tahun 1899 oleh ahli astronomi Jerman J. Scheiner
pada observatorium Portsdam.
Awalnya spektrum
itu memperlihatkan garis-garis absorbsi sama yang ditemukan pada spektrum
matahari, kemudian dilakukan ke beberapa galaksi yang menunjukkan garis-garis
pancaran yang terang sesuai dengan galaksi kita.
Spektrum dari
sebuah galaksi tentu saja merupakan gabungan spektrum dari semua bintang yang
ada di dalamnya. Seperti halnya percobaan di bumi untuk mengetahui suhu gas
pijar dengan mengamati warna cahaya yang dipancarkan, kita dapat mengetahui
suhu gas pijar di bintang-bintang.
Kaitan suhu dengan
warna bintang yaitu sebagai berikut :
Suhu
dalam °F dan (Warna) : >> 55.000 (biru-putih), 36.000
(biru-putih), 20.000 (putih), 13.500
(putih-kuning), 11.000 (kuning), 7.500
(oranye),
5.500 (merah).
Dari data tersebut
menunjukkan bahwa semakin rendah suhunya sinar yang dipancarkan semakin
kemerah-merahan dan semakin tinggi suhunya warna cahaya yang dipancarkan
semakin putih kebiru-biruan. Maka dengan pengamatan warna spektrum yang
dipancarkan dari bintang pada suatu galaksi kita dapat mengklasifikasikan suhu
bintang-bintang tersebut.
Pengamatan
astronomi terhadap obyek langit khususnya bintang adalah bertujuan untuk
menentukan jarak, terang sebenarnya (terang mutlak), warna dan spectrum. Untuk hal ini dikenal diagram
Hertzprung-Russel (disingkat HR).
Dari diagram
Hertzprung-Russel (HR) dapat diidentifikaiskan populasi bintang-bintang
berdasarkan ukurannya yaitu :
(1). Bintang-bintang deret utama yang merupakan
mayoritas populasi bintang di alam semesta.
(2).
Bintang-bintang raksasa adalah bintang yang relatif "dingin" (suhunya
kurang dari 5000 K), akan tetapi memancarkan cahaya dalam jumlah yang lebih
besar (terangnya 100 kali terang matahari kita), sehingga untuk dapat bertahan
haruslah memiliki jari-jari besar, atau berukuran besar.
(3). Bintang-bintang maharaksasa merupakan ukuran
ekstrem besar dari populasi bintang (dengan jari-jari hingga 1000 kali matahari
kita).
(4). Bintang-bintang katai, yang sangat redup
dibanding matahari kita, akan
tetapi dari kelas spektrumnya memiliki suhu sangat tinggi. Oleh karena itu,
jari-jarinya haruslah sangat kecil, sekitar 1750 jari-jari matahari kita.
SELINGAN
(1). Peta Langit Hasil Teleskop
Badan
Penerbangan Antariksa Amerika Serikat (NASA), April 2011 merilis data berharga
dari misi pemetaan langit yang memungkinkan para ahli dan siapa saja mengakses
internet untuk memeriksa dengan teliti jutaan galaksi, bintang, asteroid, dan
obyek-obyek lain yang selama ini sulit dilihat. NASA meluncurkan wahana yang
disebut Widefield Infrared Survey Explorer yang membawa teleskop inframerah (Desember
2009), tujuannya adalah memindai kosmos dengan tingkat detail lebih baik
daripada misi-misi sebelumnya. Pesawat luar angkasa yang disebut WISE ini
memetakan langit 1,5 kali selama 14 bulan serta memotret lebih dari 2,5 juta
gambar.
Banyak
temuan dari misi itu dimuat dalam katalog (yang berhubungan dengan luar angkasa)
yang dirilis secara online pekan
lalu. Meskipun telah diobservasi, diyakini akan ada banyak temuan lebih
signifikan lagi. Misi khusus NASA itu, arrtara lain menemukan lebih dari 33.000
asteroid baru di antara planet Mars and Jupiter serta ditemukan pula 20 komet.
Pesawat
luar angkasa yang digunakan memungkinkan mengendus kondisi berdebu, dingin, dan
jarak antarobyek yang tak mungkin dihasilkan oleh teleskop regular. Masih
banyak gambar lain yang sedang disiapkan untuk diluncurkan musim semi
mendatang. "Data baru spektakuler yang baru saja dirilis tersebut kembali
mengingatkan kita bahwa kita punya banyak tetangga baru," kata Pete
Schultz, ilmuwan luar angkasa dari Universitas Brown, seperti dikutip
Associated Press, la tak terlibat dalam proyek itu.
Banyak
peneliti menyambut baik temuan yang saat ini terbilang maju tersebut. Berbagai
data itu akan membawa manusia pada pengetahuan yang lebih baik tentang kondisi
luar angkasa. (Sumber bacaan : Kompas 18/4/2011)
Peta
lainnya adalah Pet 3D
Alam Semesta tahun 2012, seperti pada tulisan ‘Pusat Jagat Raya’.
(2). Jagat Raya dikuasai kegelapan
(a). Tim astronom Berkeley mengumumkan (akhir September) bahwa mereka
yakin 90% dari jagat raya diisi oleh materi gelap yang bermukim di ruang
antargalaksi. Berarti, 100.000.000.000
galaksi yang dikenal selama ini sesungguhnya
hanya menempati 10% wilayah jagat yang hingga kini masih
terus mengembang.
Pengumuman tim
Berkeley mengandung benih perdebatan baru bagi ahli astronomi dan fisika
sedunia, karena pernyataan mereka
bukan kesimpulan langsung dari
pengamatan, artinya mereka tidak melihat
langsung materi gelap melalui teleskop. Yang mereka amati adalah cahaya
bintang-bintang di Galaksi Awan Magelan Besar --galaksi yang terdekat ke
Galaksi Bima Sakti kita-- dan efek yang ditimbulkannya ketika
memasuki ruang antar kedua galaksi itu.
Dan efek inilah
mereka sampai pada kesimpulan, penghuni antar galaksi itu materi gelap. Tim Berkeley kelak tidak sendirian menghadapi
pembantahan yang diramalkan segera terjadi.
(b). Pada
saat yang hampir sama rupanya tim astronom
Perancis merekam penomena yang serupa. Seperti yang
diberitakan Majalah Time edisi
(9/93), bahwa orang-orang Perancis
ini malah lebih
yakin dan mengatakan telah
menemukan paling sedikit dua materi gelap yang dikenal dengan
nama MACHO (massive compact halo object ).
Menurut
tim Perancis, MACHO --materi
yang sudah 60 tahun dihipotesiskan sebagai penghuni ruang antargalaksi--
mempunyai dimensi lebih besar daripada planet Jupiter dan lebih kecil daripada
sebuah bintang redup.
Meskipun
sudah ada dukungan dari Perancis, Kim Griest yang fisikawan Universitas California,
Berkeley itu toh merasa perlu menjelaskan argumen mengapa mereka berani
menyimpulkan bahwa MACHO itulah penghuni ruang antar galaksi yang diduga
merupakan bagian terbesar sekitar 90% dari alam semesta.
*
Seperti
yang dikutip Kantor Berita Reuters pekan
lalu, Griest didampingi pimpinan proyek Bernard Sadoulet menjelaskan riwayat
observasi mereka pada sebuah pertemuan di Italia dua pekan silam.
Pertengahan
tahun 1992, Griest dan kawan-kawan memulai sebuah proyek untuk mendaftarkan
kelakuan cahaya bintang-bintang dari Galaksi Awan Magelan Besar. Kelompok Berkeley ini memilih Awan Magelan
Besar semata-mata karena galaksi inilah yang terdekat ke Bima Sakti, tempat
tata surya kita bermukim.
Hanya
dalam setahun, beberapa teloskop AS dan
Australia yang dipakai dalam proyek ini berhasil mengumpulkan jutaan data
intensitas cahaya bintang-bintang yang berada di galaksi tetangga itu, jutaan
data ini lalu diolah dengan komputer.
Hasilnya?
Griest
dan kawan-kawan menemukan, bintang-bintang tertentu memamerkan kelakuan yang
menarik perhatian, bintang-bintang itu tiba-tiba sangat berbinar hanya beberapa
saat untuk kemudian kembali ke intensitas normal. Penjelasannya didasarkan kepada teori
relativitas umum Einstein.
Menurut
teori ini, cahaya tak selamanya menjalar lurus. la bisa membelok kalau sedang
mendekati sebuah benda bermassa besar.
Nah,
teleskop yang tersebar di AS dan Australia, dalam proyek ini Berkeley itu,
menangkap sinar bintang Awan Magelan Besar setelah sang sinar menempuh ruang
antargalaksi. Intensitas sinar beberapa bintang membesar karena, sesuai dengan
relativitas umum Einstein, karena ia telah melewati benda bermassa besar yang berada di ruang antara
Galaksi Bima Sakti dan Galaksi Awan Magelan Besar.
Barangkali
Anda bertanya, apa hubungan intensitas membesar dengan pembelokan
sinar? Ini mudah saja dijawab.
Menurut
Einstein, gravitasi benda bermassa besar akan menolak atau membelokkan cahaya
yang mendekatinya. Nah, ketika sinar bintang melewati MACHO, ia akan ditolak
atau dibelokkan seluruh sisi MACHO. Setelah melewati MACHO, sinar yang
dibelokkan itu kembali menyatu sampai menimbulkan interferensi yang saling
menguatkan. Intensitasnya membesar sesaat. Setelah MACHO meninggalkan lintasan
sinar sang bintang. sinar itu kembali tertangkap di Bumi dengan intensitas semula.
Tim
Perancis dan tim Berkeley sama-sama menggunakan argumen mi untuk menjelaskan
eksistensi materi gelap, eksistensi MACHO setelah astronom Bohdan Paczynski
dari Princeton mengatakan bahwa hanya dengan instrumen analitis, MACHO yang tak
terlihat itu bisa dijelaskan oleh data data teleskop.
Akan
tetapi masih tersisa sebuah pertanyaan. Andaikan benar ada materi bermassa
besar di ruang antar galaksi. masuk kelompok manakah materi itu?, Bintang, atau
Planet?.
Baik
tim Berkeley maupun tim Perancis berpendapat, materi itu bukan sebuah bintang sebab ia tak dapat dilihat dengan teleskop. Materi itu gelap
yang dimensinya lebih besar daripada planet bahkan lebih besar daripada planet terbesar di
tata surya –Jupiter-- tapi lebih kecil daripada sebuah bintang "Mungkin di
antara Bima Sakti dan Awan Magelan Besar." tulis Majalah Time.
"Terdapat 100.000.000.000
MACHO."
Yang pantas dicatat dari observasi kedua tim ini, mereka yakin akan
eksistensi materi gelap setelah
mempelajari jutaan observasi individual intensitas cahaya. "Perlu
2.000.000 observasi individual bintang
di Awan Magelan Besar dibutuhkan untuk
meyakinkan eksistensi sebuah "MACHO" kata Griest.
Majalah
Time agaknya benar ketika menganjurkan agar temuan dan kesimpulan Griest dan
kawan-kawan ini janganlah dianggap hanya sebagai latihan intelektual saja,
latihan mengasah otak, latihan untuk menjelaskan imajinasi.
MACHO
sebagai obyek antariksa perlu dikaji betul untuk mengetahui masa depan jagat
raya yang sedang mengembang ini. Soalnya, materi gelap inilah yang bertanggung
jawab mengendalikan evolusi jagat raya. Jika materi gelap tak mampu
menghasilkan gaya gravitasi yang signifikan untuk menahan laju ekspansi alam
semesta, jagat raya ini akan terus mengembang tanpa batas. Jarak antargalaksi
semakin jauh, bukan tak mungkin pula akibatnya. Bumi semakin jauh dari
Matahari.
Sebaliknya,
jika ia
memproduksi gaya gravitasi yang
cukup untuk membendung pengernbangan alam semesta. MACHO-lah yang
bertanggung jawab membuat alam
semesta mengerut sampai jarak sesama galaksi yang berjumlah 100.000.000.000
itu nol. Kiamat!.
Luar
biasa, 90% kegelapan yang menguasai jagat raya instrumental menentukan apakah
Bumi kiamat atau terus berlanjut. Untunglah, terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan pun itu tidak menguasainya.
Catatan
: Tulisan (2) ini diedit dan disarikan dari tulisan pada Kompas tanggal 3
Oktober 1993. Memang arsip lama, tapi
bandingkan dengan umur jagat raya).
Kita lanjutkan …
Efek
Doppler
Bintang-bintang di
dalam galaksi dalam keadaan berputar mengelilingi nukleus galaksi, oleh karena
itu apabila kita amati dari bumi asal garis pandang dari bumi ke bintang (ke
nukleus galaksi) saling membentuk sudut inklinasi lebih kecil dari 90"
(< 90°), sehingga ada bagian gugus bintang yang arah edarnya
berarah menjauhi bumi dan bagian gugus lain ada yang mendekati ke arah bumi.
Maka secara efek
Doppler spektrum cahaya dari gugus bintang yang menjauhi bumi kita garis
spektrumnya akan menggeser ke arah warna merah sebab panjang gelombangnya
membesar jadi frekuensinya mengecil, sedang gugus bintang yang mendekati ke
arah bumi panjang gelombang cahaya yang dipancarkan mengecil jadi frekuensinya
membesar maka spektrum cahaya dari gugus bintang-bintang ini akan menggeser ke
arah biru.
Galaksi-Galaksi Lainnya
Dengan
mempergunakan teleskop 250 cm di Observatorium Mount Palomar, astronom Edwin
Hubble (1942) memotret sebuah galaksi di rasi Andromeda yang kemudian terkenal
dengan nama galaksi Andromeda, berjarak 2 juta tahun cahaya dari galaksi kita
(Bimasakti/Milky way). Galaksi Andromeda merupakan galaksi luar (extragalaxy)
pertama yang diketahui astronom. Sejak penemuannya, banyak studi dilakukan
dalam mempelajari galaksi-galaksi di luar galaksi Bimasakti tempat kita berada.
Upaya para astronom
mempelajari galaksi melalui pengamatan semenjak abad ke-18, telah melahirkan
berbagai katalog benda-benda langit yang meliputi gugusan bintang termasuk
didalamnya adalah galaksi.
Pada tahun 1888, J.
L. E. Dreyer mempublikasikan New General Catalogue of nebulae and Clusters
of Stars yang memuat 7840 objek langit. Katalog ini dilengkapi dengan
suplemennya, Index Catalogues pada tahun 1895 dan 1908. Umumnya katalog
tersebut mempergunakan notasi NGC atau 1C diikuti dengan nomor objek dalam
daftar. Sebagai contoh, galaksi Andromeda diberi nomor katalogus NGC 224.
Ada banyak
galaksi-galaksi dengan berbagai ragam bentuknya. Hubble mengklasifikasikan galaksi-galaksi
berdasarkan bentuknya dalam 3 kelompok utama, yaitu galaksi spiral, galaksi
eliptik, dan galaksi tidak beraturan.
(a). Galaksi
Spiral (S). Populasi
galaksi berbentuk spiral ini yang terbanyak (80%). Galaksi ini memiliki
struktur yang paling teratur dengan pusat, selubung bulat dan piringan dengan
lengan spiral yang mengelilingi ekuator galaksi. Variasi dari galaksi spiral adalah galaksi spiral
berbatang (SB), dengan bentuk cerutu yang melintasi pusat dan di kedua ujunnya
pola spiral menjuntai.
(b). Galaksi Eliptik (E). Galaksi dengan bentuk
ini meliputi 17% dari seluruh populasi di alam semesta. Bentuknya lebih
sederhana dibandingkan dengan galaksi spiral, karena hanya terdiri atas pusat
dan selubung pipih. kerapatan bintang
lebih tinggi di pusat dibanding di tepiannya.
(c). Galaksi
Tidak Beraturan. Sebanyak
3% dari galaksi yang teramati sejauh ini menunjukan bentuk yang tidak beraturan.
Bentuknya lebih merupakan onggokan bintang dengan batas yang kurang jelas.
Berbagai contoh nyata galaksi ini antara lain Awan Magellan kecil dan besar,
tetangga galaksi kita Bimasakti.
Pola galaksi yang
dirangkum dan diklasifikasikan oleh Hubble ditafsirkannya sebagai perjalanan
evolusi galaksi di alam semesta dari bentuk yang awalnya sangat teratur menuju
bentuk yang tidak beraturan.
Galaksi juga
teramati bergerombol di alam semesta
kita Kumpulan galaksi seperti ini disebut sebagai cluster of galaxies yang
mengandung puluhan hingga ribuan galaksi sebagai anggotanya. Salah satu gugus galaksi yang terkenal dan
sudah diamati Hubble adalah gugus Virgo.
Beberapa gugus galaksi dengan Gugus
dan (Jumlah Anggota) : Virgo (25.000),
Coma (1.000), Gemini (200), Bootes (150)
Gugus galaksi dapat
membentuk sistem yang lebih besar lagi yakni Supercluster. Diameter
supercluster dapat mencapai 10 - 20 juta parsek dengan jumlah anggota puluhan
ribu galaksi.
Demikian
pengetahuan mengenai alam kita, sampai bertemu lagi di topic lain.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber
a.l : Jagad Raya, Malasan HL & Tanudidjaja MH, Depdikbud, 1999.
Bacaan terkait lain
:
Pusat Jagat Raya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar