Dikemas oleh :
Isamas54
Dengan keterbatasan
manusia maka perkembangan ilmu pengetahuan astronomi pun secara bertahap
semakin komplek dan semakin meluas.
Bagaimana dengan kedudukan Jagat Raya kita?.
Perkembangan
astronomi
Dalam perkembangan
Ilmu Astronomi dikenal nama Ptolemaeus (sekitar tahun 125 M) yang mengemukakan
bahwa bumi adalah pusat jagat raya.
Pendapat ini dikenal sebagai pandangan geosentris, dimana semua
benda di langit beredar mengelilingi bumi
Untuk menjelaskan
adanya gerak balik (retrograde motion) planet-planet dibayangkan model
“deferent and epicycle” yang melukiskan pergerakan planet pada sebuah lingkaran
yang lebih kecil (epicycle) pada saat melakukan peredarannya mengelilingi bumi
pada lingkaran yang lebih besar (deferent).
Dengan diawali para
pendahulunya, Copernicus (1473-1543), membuat pembaruan dengan pandangan heliosentris, yaitu
pandangan yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat peredaran planet-planet,
termasuk bumi, serta bintang-bintang.
Tata surya dan Galaksi
Dalam perkembangan
selanjutnya maka pengetahuan mengenai jagat raya ini semakin berkembang baik
tingkat pengetahuannya maupun cakupannya, antara lain meliputi pengetahuan tata
surya, galaksi, dlsb.
Tata surya kita
–matahari sebagai pusat peredaran planet-planet-- berada dalam salah satu Galaksi
yang luas sekali bandingkan dengan pengertian tata surya kita.
Galaksi adalah
merupakan sistem bintang atau tata bintang yang jumlahnya dalam jagad raya ini
jutaan, dimana tiap galaksi terdiri dari ribuan juta bintang. Sedangkan Galaksi
dimana Tata surya kita berada --disebut dalam berbagai bahasa-- adalah : Susunan jalan bintang susu
(Indonesia), Milk Way (Inggris), Melk
Weg (Belanda), Bima Sakti (Jawa).
Galaksi yang paling
dekat dengan galaksi kita (Bima Sakti) adalah galaksi Magellan dan galaksi Andromeda. Ketiga galaksi ini berbentuk spiral
yaitu sistem kelompok bintang-bintang yang menyerupai piringan bulat yang datar
berputar seperti kitiran, serta sistem ini memiliki suatu pusat disebut nukleus
yang padat.
Temuan
dan pengetahuan
Berikut beberapa
tulisan yang berkaitan dengan perkembangan mengenai galaksi dan jagat raya kita
ini.
(1).
Peta 3D Alam Semesta
Para ilmuwan mengembangkan peta semesta tiga dimensi/3D
terbesar yang pernah ada, dan memuat informasi paling detail tentang angkasa
dengan 400.000 galaksi.
Peta yang dibuat sebagai bagian dari Sloan Digital Sky
Survey III (SDSS III) itu ditargetkan memuat hampir sejuta galaksi hingga jarak
12 miliar tahun cahaya dari Bumi serta mampu mengukur jarak antargalaksi.
Menurut Daniel Eisenstein, astronom dari Harvard Smithsonian
Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts-AS, seperti dikutip National
Geographic (9/8/2012) : (a).
Merupakan survei dengan misi paling besar yang pernah dilakukan dengan
volume lebih dari 3 kali lipat dari rekor sebelumnya, (b). Targetnya adalah
memetakan seperempat dari seluruh langit yang baru mendapatkan sepertiganya.
Pembuatan peta ini menggunakan data yang diperoleh dari
Apache Point Observatory in New Mexico. Eisenstein dan rekannya berharap dapat
memahami tentang energi gelap, gaya yang menyebabkan semesta terus mengembang. Dengan memetakan galaksi di citra 3D ini,
efek energi gelap yang mengubah semesta sepanjang sejarahnya bisa diketahui.
Berdasarkan analisis para ilmuwan, jarak antara kluster
galaksi yang terdapat di peta sesuai dengan model semesta yang mengikutsertakan
energi gelap sebagai salah satu komponennya.
Lewat pengukuran secara akurat, Eisenstein dan rekannya bisa
memetakan kluster galaksi selebar ratusan ribu tahun cahaya. Hasil pengukuran
memberi petunjuk bahwa rupa semesta pada awal pembentukannya : (a). Massa jenis materi yang menyusun galaksi saat
ini tidak merata pada masa awal
kelahiran semesta, (b). Karena efek gravitasi, materi dengan massa jenis tinggi
akan bergabung dengan materi massa jenis tinggi lainnya. (c). Seiring waktu, pengelompokan berdasarkan
massa jenis semakin jelas, membentuk pola kluster yang dilihat astronom saat
ini.
"Pola ini adalah jejak langsung dari apa yang terjadi
pada detik pertama Big Bang. Kita melakukan survei semesta modern sebab itu
menyimpan fosil rekaman yang terjadi pada masa lampau," papar Eisenstein.
(3).
Galaksi Bimasakti pasti tabrakan
Empat miliar tahun
dari sekarang, galaksi Bimasakti seperti yang kita kenal sekarang ini akan
tidak ada lagi. Pasalnya galaksi tempat Bumi berada itu terikat untuk membuat
tabrakan frontal dengan galaksi Andromeda yang berukuran sama," ungkap
peneliti yang mengumumkan temuan tersebut (31/5/12).
Setelah tabrakan terjadi, seiring perjalanan waktu akan tercipta galaksi yang
sama sekali baru. Salah satu kemungkinan bentuk galaksi gabungan itu berupa
elips daripada spiral layaknya Bimasakti.
"Kita tahu sejumlah galaksi lain di sekitar kita yang juga dalam proses bertabrakan dan penggabungan," kata Roeland van der Marel dari Space Telescope Science Institute di Baltimore.
"Namun, yang membuat penggabungan masa depan galaksi Andromeda dan Bimasakti begitu istimewa adalah bahwa itu akan terjadi pada kita."
Betul, para astronom telah lama mengetahui bahwa Bimasakti dan Andromeda, yang juga dikenal sebagai M31, meluncur ke arah satu sama lain dengan kecepatan sekitar 250.000 mph (400.000 kph). Mereka juga lama menduga bahwa kedua galaksi ini mungkin bakal membanting satu sama lain dalam miliaran tahun ke depan.
Namun, diskusi seperti kecelakaan galaksi masa depan selalu tetap berbau spekulatif, karena tidak ada yang berhasil mengukur gerakan ke samping Andromeda sebagai komponen kunci jalan galaksi melalui ruang angkasa.
Namun, itu tidak lagi sekadar dugaan. Van der Marel dan rekan-rekannya menggunakan teleskop ruang angkasa Hubble untuk berulang kali mengamati beberapa daerah terpilih Andromeda selama tujuh tahun.
Mereka mampu mengukur gerakan menyamping galaksi (atau tangensial). Hasilnya, mereka menemukan bahwa Andromeda dan Bima Sakti memang terikat untuk terjadinya tumbukan langsung antara keduanya.
Merger galaksi itu, van der Marel menambahkan, dimulai pada 4 miliar tahun dan akan selesai sekitar 6 miliar tahun dari sekarang.
"Kita tahu sejumlah galaksi lain di sekitar kita yang juga dalam proses bertabrakan dan penggabungan," kata Roeland van der Marel dari Space Telescope Science Institute di Baltimore.
"Namun, yang membuat penggabungan masa depan galaksi Andromeda dan Bimasakti begitu istimewa adalah bahwa itu akan terjadi pada kita."
Betul, para astronom telah lama mengetahui bahwa Bimasakti dan Andromeda, yang juga dikenal sebagai M31, meluncur ke arah satu sama lain dengan kecepatan sekitar 250.000 mph (400.000 kph). Mereka juga lama menduga bahwa kedua galaksi ini mungkin bakal membanting satu sama lain dalam miliaran tahun ke depan.
Namun, diskusi seperti kecelakaan galaksi masa depan selalu tetap berbau spekulatif, karena tidak ada yang berhasil mengukur gerakan ke samping Andromeda sebagai komponen kunci jalan galaksi melalui ruang angkasa.
Namun, itu tidak lagi sekadar dugaan. Van der Marel dan rekan-rekannya menggunakan teleskop ruang angkasa Hubble untuk berulang kali mengamati beberapa daerah terpilih Andromeda selama tujuh tahun.
Mereka mampu mengukur gerakan menyamping galaksi (atau tangensial). Hasilnya, mereka menemukan bahwa Andromeda dan Bima Sakti memang terikat untuk terjadinya tumbukan langsung antara keduanya.
Merger galaksi itu, van der Marel menambahkan, dimulai pada 4 miliar tahun dan akan selesai sekitar 6 miliar tahun dari sekarang.
(4). Sumbu Batang
Percaya atau tidak,
ada semacam balok berupa batang di luar angkasa?.
Observasi terbaru
para astronom dari Cerro Tololo Inter-American Observatory di Cile Utara
mengonfirmasi bahwa ada sekitar 10.000 bintang raksasa merah, yang umurnya
lebih tua dan lebih terang dari matahari kita, mengorbit di pusat Bima Sakti
dan membentuk seperti batang silinder besar. Bintang-bintang lain dalam wilayah
itu juga mungkin mengorbit di pusat galaksi dengan cara yang sama.
Peneliti juga
menuliskan bahwa sumbu batang tersebut mengarah hampir tepat ke sistem tata
surya kita, dengan matahari kita yang berada di lengan spiral Bima Sakti dengan
jarak satu setengah dan dua pertiga dari pusat galaksi ke arah tepi. (Sumber :
Media Indonesia, 15/1/2012)
(5). Bimasakti Ditemukan
Rodrigo Ibata (26)
tak meneriakkan Eureka, eureka ketika matanya bertumbuk pandang dengan
sebuah gugusan benda-benda langit mendekati Matahari, mendekati Bumi. Si
mahasiswa peneliti di Observatorium Royal Greenwich London menyaksikan gerakan
gugusan itu tidaklah langsung dari sebuah teleskop.
la dan
kawan-kawannya - Gerry
Gilmore dari Institut Astronomi Cambridge dan Mike Irwin dari Obseravatorium
Royal Greenwich - mendapat kiriman potret atau citra dari Teleskop
Anglo-Australia yang terletak di Siding Sprin, New South Wales-Australia.
Kesimpulan Ibata,
gugusan benda langit tadi adalah sebuah galaksi yang sedang bergerak menuju
Matahari. Hitung punya hitung, jaraknya langsung dapat dicari. Sekitar 80.000
tahun cahaya atau 757.000.000.000.000.000 kilometer dari Matahari dan 30.000
tahun cahaya atau 473.000.000.000.000.000 kilometer dari pusat Bimasakti. Lebar galaksi itu? Sekitar satu milyar tahun
cahaya. Anda boleh menghitung dengan mengambil dari kantung setahun cahaya
setara dengan 9.460.000.000.000 kilometer.
Ibata menyimpulkan,
galaksi yang baru ditemukan itu adalah yang terdekat ke Galaksi Bimasakti,
galaksi di mana Matahari dan bintang-bintang kawannya serumpun mengumpul.
Kesimpulan ini
datang setelah mereka membandingkan jarak itu dengan jarak Galaksi awan
Magellan Besar (Gambar) ke Bimasakti yang disepakati segala astronom, Awan Magellan
Besar merupakan galaksi yang terdekat ke Bimasakti, dan jarak Awan Magellan
Besar ke Bimasakti 170.000 tahun cahaya atau sekitar 1.703.000.000.000.000.000
kilometer, lebih dua kali jarak si galaksi baru dengan Bimasakti.
Temuan inilah yang
mereka umumkan pada Pertemuan Masyarakat
Astronomi Nasional Inggris dan
Masyarakat Astronomi Eropa di Edinburgh, Inggris hari Selasa (5/4).
Tapi, ada
satu soal serius.
Menurut analisis
Ibata dan kawan-kawan, galaksi baru ini sedang mendekati Matahari dan
mendekati Bumi. Ada kemungkinan,
gugusan bintang-bintang itu
akan menabrak Matahari dan tatasuryanya.
Bumi akan hancur dan manusia akan binasa. Akankah segera datang hari terakhir itu
sehingga anak segala bangsa perlu bertobat?
Bertobat secepatnya itu perlu. Tapi, implikasi gerakan galaksi yang
diberi nama Galaksi Sagittarius Kecil itu - ia memang
berada di dalam konstelasi Sagittarius - tak semuram yang diduga.
Menurut Ibata,
sebelum sampai ke kawasan Bimasakti, galaksi itu akan hancur berkeping-keping
karena resultan gaya gravitasinya kalah dengan resultan gaya gravitasi
benda-benda langit yang berkumpul di Bimasakti. Kehancuran Galaksi sagitarius
kecil ini mengancam Bimasakti, namun data terakhir menunjukkan bahwa yang
diserang ini masih lama (Kompas, 7/4/1994)
Beritanya
sudah lama, yakh? Tapi bandingkan dengan milyaran tahun cahaya! Seperti tulisan berikut .
(6).
Galaksi Si Gendut
Para astronom
telah menemukan gugusan galaksi berukuran raksasa melalui teleskop Atacama
Cosmology di kawasan pegunungan Cile yang diklaim memiliki struktur terbesar di
alam semesta.
Saking besarnya, gugusan tersebut dinamakan El Gordo --dalam bahasa Spanyol bermakna Si Gendut-- yang berada dalam jarak tujuh miliar tahun cahaya dengan massa dua juta kali lebih berat daripada Matahari (Gambar). Para astronom masih berusaha mencari tahu bagaimana mereka (El Gordo) terbentuk dan bisa bergabung menjadi satu gugusan.
Dalam Pertemuan Ke-129 Komunitas Astronomis Amerika (8-12/01/ 2012), para astronom menyebutkan El Gordo sedang merger dan tumbuh lebih besar.
Saking besarnya, gugusan tersebut dinamakan El Gordo --dalam bahasa Spanyol bermakna Si Gendut-- yang berada dalam jarak tujuh miliar tahun cahaya dengan massa dua juta kali lebih berat daripada Matahari (Gambar). Para astronom masih berusaha mencari tahu bagaimana mereka (El Gordo) terbentuk dan bisa bergabung menjadi satu gugusan.
Dalam Pertemuan Ke-129 Komunitas Astronomis Amerika (8-12/01/ 2012), para astronom menyebutkan El Gordo sedang merger dan tumbuh lebih besar.
“Para astronom berharap untuk lebih memahami bagaimana
mereka membentuk, tumbuh, dan bertabrakan dengan satu sama lain”, “Dengan memahami perangkat dalam El Gordo,
kita bisa memahami waktu evolusi formasi struktur alam semesta,"
jelas Jack Hughes dari Universitas Rutger, Jew Jersey-AS.
(2). Galaksi Paling Jauh Terlihat
Para astronom telah
menemukan galaksi paling samar, dimana cahaya objek tersebut harus memakan
waktu hingga 13 miliar tahun untuk mencapai bumi.
Galaksi kecil yang
ada sekitar 800 juta tahun setelah Big Bang menciptakan alam semesta merupakan
salah satu di antara 10 benda angkasa paling jauh yang diketahui.
James Rhoads,
astronom Arizona State University, dan rekan-rekannya menggunakan instrumen IMACS
pada teleskop Magellan di Obsetvatorium Las Campanas Carnegie Institution di
Cile untuk memperoleh gambar galaksi. Galaksi terjauh itu dijuluki
LAEJ095950.99 021.219,1.
"Gambar mirip
bayi galaksi tersebut diambil ketika alam semesta hanya 5% dari usia saat ini,
… Mempelajari galaksi secara sangat dini penting sekali karena membantu kita
memahami bagaimana galaksi terbentuk dan tumbuh."
kata Rhoads. (Media Indonesia, 9
Juni 2012)
Dengan pengetahuan
meliputi jagat raya ini, tentu kita sadari betapa kecilnya kita ini. Tetapi jangan lupa kita harus tetap mengabdi
kepada Pencipta untuk kemanfaatan Ciptaan-Nya.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber a.l : mediaindonesia.com/read (2012/01/01& 2012/06/02), sains.kompas.com/read/2012/08/14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar