Kabut Hitam Selimuti Keluarga Kader Posyandu
Oleh : Kornelis
Kewa Ama
Kader pos pelayanan
terpadu yang biasa memberikan penyuluhan kepada warga untuk mengurus anak agar
sehat dan cukup gizi serta menyiapkan kehamilan dan persalinan ibu agar aman
ternyata tak aman dari kematian akibat melahirkan.
Kisah pilu dituturkan keluarga kader Rosalina
Katnesi (28). "Saya ini Kepala
Dusun IV. Istri saya kader posyandu (pos pelayanan terpadu). Setiap hari Kamis
pekan pertama dan ketiga, istri saya memberikan penyuluhan kepada kaum ibu di
Posyandu Flamboyan, bagaimana merawat bayi dalam kandungan, menimbang berat
badan ibu hamil dan balita, serta persiapan persalinan ibu melahirkan. Semua pihak
harus siaga. Tetapi nasib malang justru menimpa kami," kata MelManus
Katnesi (41), di rumahnya di Dusun IV, Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/11).
Katnesi adalah
suami Rosalina, kader posyandu Dusun IV, yang meninggal pada 2 November, 7,5
jam setelah melahirkan bayi laki-laki. Katnesi
mengaku tidak ada persiapan khusus terkait persalinan Rosalina. Anak pertama
ataupun kedua lahir di rumah dengan selamat, dibantu dukun bersalin. Kebanyakan
ibu memilih melahirkan di rumah karena infrastruktur jalan menuju fasilitas
kesehatan buruk, dan kesulitan keuangan.
Dusun IV terdiri
atas 87 keluarga. Letak rumah yang satu dengan lain 100-500 meter. Demikian
pula Dusun I, II, dan III. Luas Desa Oelpuah 2.358 hektar, terluas di Kecamatan
Kupang Tengah.
Jarak dari Desa
Oelpuah ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) 15 kilometer, tetapi seluruh
aspal jalan sudah terkelupas dan terdapat lubang di sepanjang ruas jalan. Tidak
ada angkutan pedesaan menuju Oelpuah kecuali ojek dengan tarif Rp 40.000
pergi-pulang, sedangkan tarif ojek antar dusun Rp 20.000 pergi-pulang.
Pekan lalu, si
bayi, Roland Sila Katnesi, dijaga bibinya, Ny Martina Katnesi. Kakak Roland,
Hefer Katnesi (12) dan Darmin Katnesi (6), pergi ke sekolah dasar yang berjarak
2 kilometer dari rumah mereka.
Katnesi sedang
merebus pisang menggunakan kayu bakar. Pisang itu merupakan pemberian tetangga
untuk dua anaknya. Keluarga itu kehabisan beras setelah jatah beras untuk
rakyat miskin (raskin) dihentikan pemerintah daerah per Juni 2012. Alasannya,
Katnesi dan 12 kepala keluarga di dusun itu di-anggap sudah naik status menjadi
keluarga sejahtera.
Pakaian anak-anak
yang kumal karena jarang tersentuh air berserakan di ruang tamu. Rumah
berdinding bebak (batang gewang, sejenis palem) baru disemen akhir 2011 dan
beratap daun lontar. Di depan ada dua anjing yang sangat kurus. Kuburan Rosalina berada persis di samping
rumah. Kuburan itu dikeramik dengan bantuan warga Dusun IV.
Mimpi
buruk
Katnesi
mengisahkan, peris-tiwa yang menimpa istrinya itu mirip mimpi. Jumat, 2 November,
pukul 05.30 Wita, ia bersama Rosalina mencari dukun kampung untuk mengobati
ayah Rosalina, Moses Mbait (59), yang sakit setelah jatuh dari pohon.
"Orang itu
mengobati bapak mertua hanya sekejap langsung sembuh. Kemudian, saya bersama
istri ke rumah dukun mengucapkan terima kasih, Pulang dari dukun, perut istri
saya terasa mulas," kata Katnesi.
Menurut
perhitungan, Rosalina belum melahirkan hari itu. Menurut dokter, baru pekan
depan ia melahirkan. Ternyata rasa mulas makin menjadi.
Dukun bersalin, Ny
Antonia Nitbani (54), pun didatangkan. la, dibantu tiga ibu, mempercepat proses
kelahiran Rosalina. "Tidak lama kemudian, saya dengar suara di dalam kamar
itu, kuat, tahan napas, lagi... la-gi,... Kemudian terdengar tangisan bayi
pukul 07.00. Saya merasa lega. Tapi ternyata ari-ari bayi belum keluar dari
rahim," Katnesi bertutur sambil meneteskan air mata,
Sulit
transportasi
Karena ari-ari tak
kunjung keluar dan kondisi Rosalina makin payah, Katnesi berusaha raenelepon
sejumlah sopir yang ia kenal. Namun, telepon seluler milik Katnesi sulit
beroperasi normal karena baterai melemah. Sehari sebelumnya sampai pagi listrik
di dusun itu padam. Tepat pukul 08.15,
mobil puskesmas keliling (pusling) melintas di depan rumah, Katnesi bersama
beberapa pria menghentikan mobil itu dan meminta untuk mengantar Rosalina ke
Puskesmas Tarus, sekitar 15 kilometer dari Dusun IV.
Namun, sopir
pusling menolak karena harus menjemput petugas kesehatan dari Puskesmas Tarus
di Desa Bokong, 2 kilometer dari Dusun IV. Sekitar pukul 11.30, melintas sebuah
pikap. Sopir mobil itu bersedia mengantar Rosalina ke puskesmas. Pukul 12.00,
Rosalina tiba di puskesmas. Petugas berhasil mengeluarkan ari-ari. Namun,
kondisinya sudah sangat lemah karena kehilangan banyak darah dan sulit bernapas
sehingga dibantu dengan alat pernapasan.
Pihak puskesmas kemudian merujuk Rosalina ke RSUD Yohannes, Kupang,
pukul 12.30. Namun, sebelum tiba di rumah sakit, Rosalina mengembuskan napas
terakhir.
Catatan Desa
Oelpuah, jumlah ibu melahirkan yang meninggal di desa itu 12-16 orang per
tahun. Kematian anak balita 24-36 anak per tahun. Rosalina adalah salah satu dari ratusan,
bahkan ribuan, ibu hamil di Nusa Tenggara Timur yang meninggal saat melahirkan.
Masalah utama adalah saat proses kelahiran, ditolong dukun bersalin. Jika ada
hambatan persalinan, dukun umumnya tak mampu mengatasi. Selain itu, juga
infrastruktur transportasi buruk dan persiapan yang minim menghadapi
persalinan.
Di Rumah Sakit Umum
Timor Tengah Utara, misalnya, pada Januari-Oktober 2012 tercatat 12 kasus
kematian ibu melahirkan, dengan kasus seperti Rosalina, kehilangan nyawa
karena terlambat dirujuk. Jumlah ini meningkat dibanding periode yang sama
tahun 2011, yakni 10 kasus. Bayi lahir dan meninggal pada Januari-September ada
67 kasus. Pada periode yang sama tahun 2011 ada 58 kasus.
Kondisi serupa
terjadi di pulau-pulau terpencil. Karena tak ada rumah sakit dan puskesmas, ibu
yang persalinannya bermasalah meninggal. Di Pulau Adonara, Flores Timur, Maria
Lipah (23) meninggal dalam perjalanan dengan kapal motor menuju RSUD Larantuka
karena bayinya lahir sungsang. Di Pulau Baranusa, Alor, 21 ibu melahirkan
meninggal karena teriambat sampai di fasilitas kesehatan.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi (tambahan) yang diambil dari internet
Sumber : Kompas tgl 12 Nopember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar