LINTASAN :
1. Cadas Pangeran : Hasil Kerja Paksa Kolonialis Penjajah Belanda?
2. Kota Sumedang : Sumedang Ngarangrangan, Naon artinya?
Tulisan ini merupakan kisah perjalanan selepas kota Bandung menuju Sumedang dengan uraian mengenai obyek- obyek yang menurut penulis menarik untuk diinformasikan, tentunya disamping obyek tersebut menarik juga tersedia bahan kelengkapannya.
Kami mengemas dan menampilkan obyek-obyek yang dilalui dan sekitarnya dengan maksud untuk lebih menggali pengetahuan kita dan bahan evaluasi pengembangan kekayaan alam di wilayah tersebut. Dibumbui dengan informasi dan pengalaman sehingga menjadi sebuah paket cerita yang diharapkan menjadi tambahan informasi yang sangat menarik untuk dibaca.
Selepas Kota Bandung menuju Sumedang.
Lantunan Lagu Ebit G. Ade : “Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan …. ”, saya kira untaian kata dalam lagu tersebut, khususnya untuk tulisan ini kurang mengena. Karena dalam perjalanan yang akan dilalui ini disamping jarak relatif pendek juga disuguhkan melalui cerita yang menarik dan tidak membosankan.
Rute setelah Kota Bandung menuju arah Sumedang sepanjang kurang lebih 45 km ini dapat dinikmati tidak seperti syair lagu tersebut (asalkan hati kita juga lagi Mood dan Enjoy), karena jalan beraspal ini relatif bagus walaupun kadang-kadang berkelok dan pada waktu-waktu tertentu (pagi, sore hari, liburan atau menjelang dan sesudah Hari Raya) pada ruas-ruas jalan tertentu terjadi kemacetan.
Ketika melewati Pasar Tanjungsari Sumedang, kemacetan terkadang sedikit mengganggu tetapi anggap saja seni dari berkendaraan, terutama waktu pagi hari dikarenakan adanya pasar tumpah sehingga banyak orang menyeberang dan kendaraan umum ngetem menunggu penumpang.
• Biasanya juga kalau kita pulang mudik tidak ada kesan dan pesan kalau seandainay di perjalanan tidak ada kemacetan alias lancar-lancar saja, kan habis pulang mudik juga ketika ditanya sama teman, teman tapi mesra, pacar, teman kantor atau kita juga kalau nanya ke pembokat yang baru pulang mudik tanyanya “macet dimana waktu pulang mudik ”
Selanjutnya kira-kira enam kilometer sebelum kota Sumedang, memasuki jalan berkelok di wilayah Cadas Pangeran, entah ada berapa tikungan / kelokan yang sebagian tajam, (kami tidak sempat menghitungnya lagi dikarenakan sibuk banting stir, over gigi, dan siap-siap injak rem (mungkin bagi yang hobynya muntah sibuk sana-sini cari kantung muntah), tapi jangan khawatir karena kalau kita nikmati enjoy-enjoy saja, malahan kesan keindahan yang muncul.
Kalau kita ikuti sejarahnya …….
Pemberian nama ini terkait dengan pembangunan Jalan Raya Pos Daendels yang melintasi daerah ini dengan medan yang berbatu cadas serta memakan korban sebanyak sekitar lima ribuan jiwa pekerja meregang nyawa pada waktu pembuatannya. Hal ini membuat marah penguasa Kabupaten Sumedang yaitu Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) atau lebih populer dengan sebutan Pangeran Kornel, ia memprotes Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan itu.
• Syahdan menurut informasi yaitu sekitar tahun 1960-1970 atau mungkin bahkan sampai tahun 1980-an jalan ini “dianggap angker” sehingga dari mulai kelokan pertama Cadas Pangeran, para penumpang kendaraan sepanjang jalan ini (tentunya bagi yang merasa ngeri atas kejadian-kejadiannya) membaca doa-doa sebisa-bisanya dari mulai basmallah sampai doa apa saja yang bisa dibaca. Anjuran “orang tua” tersebut tidak semata-mata untuk menghilangkan stress saja karena tidak heran waktu itu sering terjadi kecelakaan kendaraan besar (bus atau truk) maupun kendaraan kecil.
• Salah satu kendaraan bus umum yang jatuh ke jurang dengan kedalaman puluhan meter tersebut (Bus Padasuka atau apa, mohon masukkan apabila ada yang tahu bus apa dan kapan atau tahun berapa) yang hampir semua penumpangnya meninggal dunia. Sering terjadinya kecelakaan waktu itu disebabkan disamping jalan yang berkelok tajam, juga sempit, batas pengaman jurang kurang memadai serta kondisi kendaraan waktu itu banyak yang remnya blong (service dan perawatan mungkin tidak semudah dan “semurah” sekarang, dimana dealer dan agen sparepart berbagai merk dimana-mana, dengan cara dari mulai ngutang dulu, nyicil, loakan dlsb-dlsb).
• Salah satu bukti perkembangan teknologi untuk keselamatan manusia antara lain kaca kendaraan, waktu itu berupa kaca biasa yang apabila pecah bisa tajam seperti pedang sehingga dengan potongan / pecahannya ini tidak sedikit menyebabkan korban tersayat wajahnya atau tertusuk perutnya bahkan bisa tergorok lehernya oleh lempeng potongan / pecahan kaca pintu atau jedela mobil yang ditumpanginya. Kalau tidak salah baru tahun 1970-an dikenal oleh masyarakat adanya Kaca Kristal digunakan untuk kaca kendaraan seperti sekarang ini, waktu itupun yang dikenal baru untuk merk mobil tertentu (antara lain kendaraan Toyota Hardtop yang Penulis tahu, entah kalau di Formula I nun jauh di sana).
• Keterangan Foto-foto (maaf masih ngopy): Kelokan, monument Pangeran kornel bersalaman, dan jurang di Cadas Pangeran
• Uraian lebih lengkap mengenai Cadas Pangeran dibaca pada tulisan Cadas Pangeran : Hasil Kerja Paksa Kolonialis Penjajah Belanda?
Perjalanan dilanjutkan …………………
Memasuki Kota Sumedang
Sumedang adalah merupakan sebuah kota kecil yaa kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal sebagai tempat persinggahan ng terdapat di antara dubagi mereka yang tengah melakukan perjalanan darat antara Bandung dan Cirebon.
Untuk menghilangkan penat dan sekalian menunaikan ibadat sembahyang Sholat bisa beristirahat di Masjid Agung Sumedang yang letaknya berdampingan dengan taman kota berupa Alun-alun Sumedang, dimana alaun-alun ini di dalamnya terdapat pepohonan yang rindang sehingga sering digunakan sebagai arena bermain dan jogging track. Tidak salahnya apabila beristirahat dulu dan di sini bisa menyewa kuda kecil untuk berkeliling taman, atau cari cemilan yang banyak dijual di sekitarnya.
Sejarah mengenai Sumedang pun tidak bisa dilewatkan begitu saja, yang konon menurut sebagian orang menyebutkan sebagai halnya “Monumen Endog ”, yang tidak ada isinya...?
Apa itu Monumen Endog? *) ……..
*) Endog berasal dari bahasa Sunda yang artinya telur.
SUMEDANG kaya akan mitos. Sebagian masyarakat tetap memelihara mitos-mitos tersebut. Salah satunya yang cukup menggelitik adalah adanya uga (Uga adalah untaian kata atau kalimat yang secara simbolis berisi ramalan leluhur tentang keadaan yang dihadapi pada suatu waktu nanti) ‘Sumedang Ngarangrangan’. Uga tersebut seolah merupakan pembenaran dari keadaan sekarang, yang oleh sebagian orang tidak lebih baik dari tempo dulu..
Munculnya uga ‘Sumedang Ngarangrangan’ menurut Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, MS secara historis dapat dilacak ke masa silam. Ketika ayahandanya wafat dimana Raden Djamu masih kecil (kelak lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kusumahdinata IX alias Pangeran Kornel), maka pemerintah VOC mengangkat keturunan dari Parakanmuncang sebagai Bupati, berkuasa dari 1773-1791. Situasi yang tidak nyaman ini karena Sumedang tidak dipimpin oleh keturunan Sumedang sendiri, menimbulkan uga ‘Sumedang Ngarangrangan’. Kata ngarangrangan menunjukkan pohon yang daunnya berguguran dengan dahan yang kering meranggas (konon sebagian orang menyebutkan seperti halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isinya…?)
Keadaan ngarangrangan pada waktu itu lebih terasa lagi oleh Bupati ketika mereka diangkat menjadi pegawai Kerajaan Belanda yang hanya menerima gaji. Bupati yang berkuasa sebagai Raja tentu merasa hak istimewanya dikurangi dengan hanya menerima gaji. Seluruh bupati di Jawa dan Madura sama, mengalami birokratisasi ini.
Sekarang boleh jadi bagi Sumedang, ngarangrangan mencapai puncaknya setelah adanya Bendungan Jatigede. Selain Jatigede yang menenggelamkan peninggalan arkeologis dari masa Tembong Agung, dengan jalan Tol Cisumdawu serta serta akan adanya Bandara Internasional di Kertajati Majalengka, Sumedang pun akan benar-benar menjadi kota yang “stagnant”.
Apakah betul itu ?
Uraian lebih lengkap dapat dibaca di : Sumedang Ngarangrangan, Naon artinya?
Kisah selanjutnya dapat diikuti pada Tempa-Tempo Bagian 2 yang akan datang.
TULISAN BERIKUT :
CADAS PANGERAN : Hasil Kerja Paksa Kolonialis Penjajah Belanda ?
Gambar : Monumen Pangeran Kornel
3. Cadas Pangeran, Sumedang – West Java; http://xdinx.wordpress.com; Februari 20, 2009
Kisah selanjutnya dapat diikuti pada Tempa-Tempo Bagian 2 yang akan datang.
TULISAN BERIKUT :
- CADAS PANGERAN : Hasil Kerja Paksa Kolonialis Penjajah Belanda ?
- KOTA SUMEDANG : SUMEDANG NGARANGRANGAN, NAON ARTINYA ?
CADAS PANGERAN : Hasil Kerja Paksa Kolonialis Penjajah Belanda ?
Cadas Pangeran adalah nama suatu tempat, kira-kira enam kilometer sebelah barat daya kota Sumedang, yang dilalui jalan raya Bandung - Cirebon. Pemberian nama ini terkait dengan pembangunan Jalan Raya Pos Daendels yang melintasi daerah ini. Karena medan yang berbatu cadas, lima ribuan jiwa pekerja kehilangan nyawanya. Hal ini membuat marah penguasa Kabupaten Sumedang, Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Kornel, dan ia memprotes Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan itu.
Jalan pegunungan ini keunikan tersendiri, baik dari segi sejarahnya maupun geografinya.
Pada masa pembangunannya di jaman penjajahan Belanda, yaitu di bawah perintah Jenderal Daendels, telah mengorbankan ribuan nyawa pekerja paksa, karena medannya terjal dan berbatu karang sangat keras. Jalan yang dibuat menyusuri pinggir tebing dengan jurangnya yang dalam.
Awalnya jalan ini sangat sempit dengan kelokan-kelokan tajam. Saat ini sudah diperlebar ke arah jurang. Sebelah jalan berpijak pada jalan lama yang sempit dan sebelah lagi melayang di atas jurang dalam dengan konstruksi jembatan.
Pada waktu melewati jalan tersebut (tahun 2006 sampai sekarang?), terdapat beberapa mobil yang menggunakan jalan baru di atas Cadas Pangeran. Jalan ini kemungkinan akan digunakan untuk kendaraan kecil, jika volume kendaraan padat di Cadas Pangeran (saat arus mudik padat waktu menjelang Lebaran), perkembangan penggunaan jalan alternative tersebut penulis belum mengikuti lebih lanjut.
Gambar : Jalan tikungan dan pintu masuk (monumen Pangeran Kornel bersalaman) di Cadas Pangeran.
Cadas Pangeran, merupakan salah satu bagian dari jalur Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) yang membentang sepanjang kurang lebih 1000 km, mulai dari Anyer di Banten sampai Panarukan di Jawa Timur. Jalan ini dibangun oleh Gubernur Jenderal Belanda di Hindia Timur, Herman Willem Daendles, sekitar tahun 1808 - 1811. Jalan raya ini sekarang menjadi salah satu historical landmark kabupaten Sumedang, sekaligus saksi bisu dari bengisnya kolonialisme Belanda di Tanah Air, dimana sekitar 12.000 nyawa manusia melayang akibat kerja paksa untuk pembuatan Jalan Raya Pos ini. 5000 diantaranya adalah korban pekerja paksa di wilayah Cadas Pangeran ini yang harus bersusah payah membelah gunung dengan peralatan yang sangat sederhana sekali.
Nama jalan Cadas Pangeran diambil sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada Bupati Sumedang pada saat itu yaitu Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) yang lebih familiar , oleh masyarakat Sumedang dengan sebutan Pangeran Kornel.
Sebuah monumen peringatan berupa patung Pangeran Kornel yang sedang menjabat tangan kanan Daendels dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menggenggam Keris Nagasasra dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumedang dan betapa kharismatiknya sosok Pangeran Sumedang ini, dimana tindakannya tersebut disimbolkan sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap keputusan Daendels yang memperkerja paksakan rakyat Sumedang untuk membelah cadas. Monumen patung ini berada tepat menjadi pemisah antara Jalan Cadas Pangeran bagian Atas dan Bawah.
Terlepas dari banyaknya korban, kerjapaksa kolonialisme Belanda atau apapun namanya, namun bagaimanapun setelah 200 tahun berlalu, pembangunan De Groote Postweg ini memang telah memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia saat ini. Membuat mobilitas yang menjadi semakin cepat antar kota di Pulau Jawa dan menumbuhkan potensi masyarakat disekitarnya.
Mungkin akan lain cerita seandainya Daendles tidak memaksa untuk membelah cadas ini atau bahkan tidak membuat De Groote Postweg (dari Anyer sampai Panarukan), semoga pengorbanan paksa berupa jiwa dari para pekerja dapat diterima dan diberi pahala yang setimpal disisi-Nya.
Amin.
Disarikan dari berbagai sumber yang antara lain :
1. Wikipedia bahasa Indonesia
3. Cadas Pangeran, Sumedang – West Java; http://xdinx.wordpress.com; Februari 20, 2009
KOTA SUMEDANG : SUMEDANG NGARANGRANGAN, NAON ARTINYA ?
isamas54
Sumedang adalah sebuah kota relatif kecil (kalau di Pulau Jawa) yang terdapat di antara dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang tengah melakukan perjalanan darat antara Bandung dan Cirebon. Ke khasan tempat ini adalah makananya, yaitu tahu sumedang yang terkenal memiliki cita rasa yang berbeda dengan makanan sejenis yang terdapat di kota-kota lain.
Jaman dahulu, wilayah Sumedang telah dikenal sebagai lokasi Kerajaan Sumedanglarang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih 1340 - 1350) dengan wilayah meliputi: Sumedang, Garut (Limbangan), Tasikmalaya (Sukapura) dan Bandung.
Disaat Pajajaran di Bogor runtuh pada tahun 1579, pembesar dan senapatinya menyelamatkan atribut dan perangkat kerajaan ke istana Sumedanglarang ini. Raja terakhir Sumedanglarang adalah Prabu Geusan Ulun yang sempat memindahkan keraton dari Sumedanglarang ke daerah Dayeuh Kolot, beliau wafat pada tahun 1608 M.
SUMEDANG TANDANG – NGARANGRANGAN
Menurut sebagian orang menyebutkan bahwa Sumedang adalah seperti halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isi di dalamnya...alias kosong, tapi pendapat atau mitos tersebut betul apa tidak?
SUMEDANG kaya akan mitos. Sebagian masyarakat tetap memelihara mitos-mitos tersebut. Salah satunya yang cukup menggelitik adalah adanya uga ‘Sumedang Ngarangrangan’. Uga seolah merupakan pembenaran dari keadaan sekarang, yang oleh sebagian orang tidak lebih baik dari tempo dulu. Uga adalah untaian kata atau kalimat yang secara simbolis berisi ramalan leluhur tentang keadaan yang dihadapi pada suatu waktu nanti.
Munculnya uga ‘Sumedang Ngarangrangan’ menurut Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, MS secara historis dapat dilacak ke masa silam. Karena Raden Djamu masih kecil (kelak lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kusumahdinata IX alias Pangeran Kornel) ketika ayahandanya wafat, maka pemerintah VOC mengangkat keturunan dari Parakanmuncang sebagai Bupati, berkuasa dari 1773-1791. Situasi yang tidak nyaman ini karena Sumedang tidak dipimpin oleh keturunan Sumedang sendiri, menimbulkan uga ‘Sumedang Ngarangrangan’. Kata ngarangrangan menunjukkan pohon yang daunnya berguguran dengan dahan yang kering meranggas (konon sebagian orang menyebutkan seperti halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isinya…?)
Keadaan ngarangrangan pada waktu itu lebih terasa lagi oleh Bupati ketika mereka diangkat menjadi pegawai Kerajaan Belanda yang hanya menerima gaji. Bupati yang berkuasa sebagai Raja tentu merasa hak istimewanya dikurangi dengan hanya menerima gaji. Seluruh bupati di Jawa dan Madura sama, mengalami birokratisasi ini.
Sekarang boleh jadi bagi Sumedang, ngarangrangan mencapai puncaknya setelah adanya Bendungan Jatigede. Selain Jatigede yang menenggelamkan peninggalan arkeologis dari masa Tembong Agung, dengan jalan Tol Cisumdawu serta Bandara Internasional di Kertajati, Sumedang pun akan benar-benar menjadi kota yang “stagnant”.
sumedang-ngarangrangan_1Agar tidak menjadi kota yang stagnant, Sumedang harus berupaya dengan meningkatkan daya tarik sebagai kota tujuan wisata. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yang antara lain : (1). Attraction atau daya tarik yang mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya dan daya tarik buatan. (2). ‘Amenities’ atau fasilitas layanan pendukung wisata, mencakup akomodasi, jasa boga dan aneka jasa seperti retail dan rekreasi. (3). Acces atau pencapaian tujuan ke kota maupun di dalam wilayah tujuan wisata harus baik. ‘Ancillary Services’ tersebut meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan serta koordinasi.
Sumedang harus benar-benar dijadikan sebagai Kota Tujuan Wisata. Jalur lalu lintas juga harus dibuat ‘memaksa’ orang agar tidak sekedar lewat tapi harus mampir, untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Walau hal itu hanya merupakan suatu “mythos” di tengah masyarakat, namum perlu dijadikan suatu evaluasi bersama tertang perkembangan pembangunan di Kabupaten Sumedang selama ini, yang dirasakan tidak banyak perubahan dari sejak jaman dulu. Namun demikian marilah kita lihat dampak yang akan timbul dari adanya pembangunan proyek besar terhadap Kabupaten Sumedang itu sendiri, serta bagaimana bentuk “mitigation” yang harus diambil tindakannya segera.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Sumedang juga memiliki banyak potensi pariwisata, terutama wisata alam dan budaya. Adapun obyek wisata tersebut adalah :
1. Alun-alun Kabupaten Sumedang
Salah satu ciri kekhasanya adalah terdapat lingga yang letaknya tak jauh dari komplek perkantoran pemda kabupaten sumedang dan dikelilingi oleh mesjid agung, gedung DPR, kejaksaan dan lapas. Di dalamnya terdapat pepohonan yang rindang sehingga sering digunakan sebagai arena bermain dan jogging track.
2. Mesjid Agung Sumedang
Merupakan tempat peribadatan terbesar bagi umat Islam di kabupaten Sumedang. Mesjid tersebut sudah lama dibangun, terdapat di depan alun-alun Sumedang dekat dengan komplek pemerintahan. Bentuk dan arsitekturnya masih dipertahankan seperti dahulu ketika pertama kali dibangun.
3. Monumen Lingga.
Monumen ini merupakan icon kota Sumedang. Terletak tepat di pusat kota sumedang dalam rangka memperingati figure yang sangat penting dalam sejarah sumedang yaitu Pangeran Soeriatmaja. Dibangun pada tanggal 25 april 1992 untuk memperingati periode yang penting dari tahun 1882 s/d 1919.
4. Monumen Lingga.
Museum Prabu Geusan Ulun. Musium ini terletak di komplek bangunan pemerintahan kira-kira sebelah selatan alun-alun Sumedang dan merupakan sebuah musium keluarga yang dibangun pada tahun 1973. Benda-benda bekas peninggalan raja-raja di zaman kerajaan Sumedang Larang disimpan di musium ini.
5. Makam Dayeuh Luhur.
Terletak di kecamatan Sumedang utara sekitar 17 Km dari pusatkota Sumedang. Daya tatik yang ada di tempay ini adalah makam prabu Geusan Ulun beserta istrinya yang bernama Harisbaya serta makam kyai Damang Cipaku.
6. Makam Cut Nyak DienMakam Cut Nyak Dien
Makam ini berada di atas bukit kecil dekat kantor pemerintahan sumedang yang berlokasi di gunung puyuk kecamatan sumedang selatan. Doceritakan bahwa cut nyak dien diasingkan dari Aceh oleh pemerintah kolonial Belanda ke Sumedang hingga beliau meninggal dunia. Cut nyak dien adalah salah seorang pahlawan nasional wanita Indonesia.
7. Makam Pasarean Gede
Kangjen pangeran Santri (Pangeran koesoemahdinata I) seorang tooh pejuang agama Islam di wilayah Sumedang Larang tahun 1530 yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Dewi Inten Dewata dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Pangeran Santri meninggal pada 2 Oktober 1579 dan dimakamkan berdampingan dengan istrinya di gunung Ciung pasarean gede yang letaknya kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumedang.
8. Makam Gunung Lingga
Terletak di desa Cimaraga, kecamatan Darmaraja, sekitar 20 Km dari pusat kota Sumedang. Memiliki daya tarik panorama alam yang sangat indah dengan bentangan alam yang unik dan khas.
Makam Marongge9.
Marongge adalah semuah makam dimana embah Gebug dan semua saudaranya menghilang (tilem).
9. Wisata Alam Cipanas Sekarwangi
Terletak 19 Km arah utara kota Sumedang, di kaki gunung Tampomas, desa Sekar wangi, kabupaten Buah dua dan bisa ditembuh dengan semua jenis transportasi baik pribadi maupun umum. Di tempat ini terdapat sumber mata air panas, dan fasilitas lain seperti penginapan, dll.
10. Wisata Alam Cipanas CilengsingWisata Alam Cipanas Cilengsing
Terletak tidak terlalu jauh dari Cipanas Sekarwangi. Terletak di desa Cilangkap, kecamatan Buah dua, sekitar 15 Km dari pusat kota Sumedang. Sumber mata air panasnya mengandung belerag yang cukup tinggi, sehingga serig digunakan sebagai media pengobatan.
11. Wisata Alam Cadas Pangeran
Sekitar 8 Km ke arah barat kota sumedang (jalan raya ke arah Bandung) terdapat lembah curam. Tempat yang bersejarah ini dinamakan Cadas Pangeran untuk mengenang jasa dan keberanian Pangeran Kornel, seorang raja yang memerintah pada saat itu. Beliau menentang pemerintahan kolonial Belanda yang saat itu dibawah kepemimpinan Jendral HW. Daendles.
12. Wisata Alam Curug Sindulang
Terletak di desa Sindulang, kecamatan Cimanggung. Tempat rekreasi ini memiliki 2 buah air terjun dengan ketinggian sekita 50 meter. Curug Sindulang memiliki panorama alam yang indah terutama di perjalanan menuju ke lokasi.
Apabila perjalanan diteruskan, kita akan menjumpai tempat wisata buru Gunung Kareumbi. Sayangnya lokasi ini sudah sangat tidak terawat.
13. Lapangan Golf Giri Gahana
Sebuah lapangan golf bertaraf internasional yang berlokasi di desa Cibeusi, kecamatan Jatinangor, dan hanya berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Bandung.
14. Wisata Alam Gunung Kunci
Tempat rekreasi ini terletak kira-kira 200 meter dari alun-alun kota sumedang. Di namakan gunung kunci karena letaknya yang terdapat di bukit kunci. Tempat wisata ini mempunyai pemandangan alam nan elok dan indah. Tempatnya yang teduh diantara rindangnya pepohonan yang hijau. Dan alamnya yang masih bersih dan sejuk jauh dari polusi udara.
Salah satu keistimewaan tempat ini adalah karena terdapat peninggalan sejarah pada masa penjajahan belanda yaitu berupa Gua. Konon gua ini di jadikan benteng pertahanan yang di gunakan oleh masyarakat sumedang untuk melawan penjajah pada masa itu. Ada beberapa gua yang terdapat di gunung kunci ini. Dan jika kita mengitari benteng, di bagian belakang benteng terdapat hamparan rumput hijau nan luas dengan panorama yang indah. Dari sinilah kita dapat melihat alun-alun kota sumedang dan sekitarnya.
Namun....sayang beberapa tahun terakhir ini tempat wisata ini tidak pernah di buka lagi untuk umum. Dan sepertinya kurang mendapat perhatian dari masyarakat sumedang sendiri dan pemda setempat. Patut di sayangkan apabila potensi yang besar itu tidak mendapat perhatian dan tidak di kelola dengan baik. Padahal ini bisa menjadi daya tarik bagi kota sumedang itu sendiri agar mendapat kunjungan wisatawan. Dan otomatis dapat menjadi pemasukan bagi pemda setempat.
15. Bumi Perkemahan Kiara Payung
Tempat ini adalah salah satu lokasi yang digunakan dalam kegiatan jambore pramuka nasional dan dikelola oleh Pemda Jawa - Barat. Terletak di Kecamatan Jatinangor, kabupaten Sumedang.
16. Wisata Alam Copanteuneun
Sebuah kolam alam yang menarik dengan luas sekitar 1 Ha. Terletak di kaki gunung Tampomas di sebelah utara kecamatan Cimalaka, hanya 5 Km dari pusat kota Sumedang.
17. Kawasan Wisata Kampung Toga
kampung toga adalah singkatan dari kampung tanaman obat-obatan. Terletak 3 Km dari alun-alun Sumedang, merupakan objek wisata keluarga dengan lingkungan pegunungan yang indah dan nyaman, Cocok untuk pertemuan dan pesta.
Bentangan alam dengan ketinggian yang berbeda menjadikan kawasan ini memiliki wisata yang beraneka ragam. diantaranya di tempat ini tersedia fasilitas paraglaiding, gantole, Arung jeram, hiking, jogging, off-road, game war (paint ball / airsoft gun), horse riding, dll.
18. Wisata Agro Di Kampung Nangorak
Duduk diantara semilir angin yang berhembus atau berjalan-jalan di kebun strawberry sambil memetik dan mencicipi buahnya yang manis. Melihat kebun melon yang ranum dan harum atau mengunjungi peternakan sapi perah.......semua ada di sini.
Inilah.....kawasan Agroteknobisnis Sumedang, sebuah tempat wisata agro yang terletak di kampung Nangorak 6 km dari Alun-alun kota Sumedang. Terletak diketinggian antara 800-1000 meter dpl. Hanya memakan waktu kurang lebih dari satu jam perjalanan. Karena jalannya yang sempit dan terus menanjak, bahkan di beberapa tikungan jalan terlihat agak terjal maka haruslah ekstra hati-hati sebab jika tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Namun begitu cukup mengasyikkan juga karena sepanjang perjalanan menuju tempat itu, pemandangan di sekitarnya tampak indah dan terlihat hijau oleh pertanian sawah yang membentang luas. Dari sini terlihat juga gunung Tampomas yang menjulang tinggi.
Ketika sampai ditempat lokasi kita hanya diwajibkan membayar tiket masuk yang hanya seribu rupiah saja, cukup murah bukan! Tempat wisata ini memang sangat luas. Karena didalamnya mencakup perkebunan, pertanian, budidaya tanaman dari 250 jenis tanaman dan pohon.
SUMBER BACAAN :
http://www.indotravelers.com/sumedang/; download 17 Juni 2010
http://khasdaerah.blogspot.com; download 17 Juni 2010
isamas54
Sumedang adalah sebuah kota relatif kecil (kalau di Pulau Jawa) yang terdapat di antara dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang tengah melakukan perjalanan darat antara Bandung dan Cirebon. Ke khasan tempat ini adalah makananya, yaitu tahu sumedang yang terkenal memiliki cita rasa yang berbeda dengan makanan sejenis yang terdapat di kota-kota lain.
Jaman dahulu, wilayah Sumedang telah dikenal sebagai lokasi Kerajaan Sumedanglarang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih 1340 - 1350) dengan wilayah meliputi: Sumedang, Garut (Limbangan), Tasikmalaya (Sukapura) dan Bandung.
Disaat Pajajaran di Bogor runtuh pada tahun 1579, pembesar dan senapatinya menyelamatkan atribut dan perangkat kerajaan ke istana Sumedanglarang ini. Raja terakhir Sumedanglarang adalah Prabu Geusan Ulun yang sempat memindahkan keraton dari Sumedanglarang ke daerah Dayeuh Kolot, beliau wafat pada tahun 1608 M.
SUMEDANG TANDANG – NGARANGRANGAN
Menurut sebagian orang menyebutkan bahwa Sumedang adalah seperti halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isi di dalamnya...alias kosong, tapi pendapat atau mitos tersebut betul apa tidak?
SUMEDANG kaya akan mitos. Sebagian masyarakat tetap memelihara mitos-mitos tersebut. Salah satunya yang cukup menggelitik adalah adanya uga ‘Sumedang Ngarangrangan’. Uga seolah merupakan pembenaran dari keadaan sekarang, yang oleh sebagian orang tidak lebih baik dari tempo dulu. Uga adalah untaian kata atau kalimat yang secara simbolis berisi ramalan leluhur tentang keadaan yang dihadapi pada suatu waktu nanti.
Munculnya uga ‘Sumedang Ngarangrangan’ menurut Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, MS secara historis dapat dilacak ke masa silam. Karena Raden Djamu masih kecil (kelak lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kusumahdinata IX alias Pangeran Kornel) ketika ayahandanya wafat, maka pemerintah VOC mengangkat keturunan dari Parakanmuncang sebagai Bupati, berkuasa dari 1773-1791. Situasi yang tidak nyaman ini karena Sumedang tidak dipimpin oleh keturunan Sumedang sendiri, menimbulkan uga ‘Sumedang Ngarangrangan’. Kata ngarangrangan menunjukkan pohon yang daunnya berguguran dengan dahan yang kering meranggas (konon sebagian orang menyebutkan seperti halnya “Monumen Endog”, yang tidak ada isinya…?)
Keadaan ngarangrangan pada waktu itu lebih terasa lagi oleh Bupati ketika mereka diangkat menjadi pegawai Kerajaan Belanda yang hanya menerima gaji. Bupati yang berkuasa sebagai Raja tentu merasa hak istimewanya dikurangi dengan hanya menerima gaji. Seluruh bupati di Jawa dan Madura sama, mengalami birokratisasi ini.
Sekarang boleh jadi bagi Sumedang, ngarangrangan mencapai puncaknya setelah adanya Bendungan Jatigede. Selain Jatigede yang menenggelamkan peninggalan arkeologis dari masa Tembong Agung, dengan jalan Tol Cisumdawu serta Bandara Internasional di Kertajati, Sumedang pun akan benar-benar menjadi kota yang “stagnant”.
sumedang-ngarangrangan_1Agar tidak menjadi kota yang stagnant, Sumedang harus berupaya dengan meningkatkan daya tarik sebagai kota tujuan wisata. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yang antara lain : (1). Attraction atau daya tarik yang mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya dan daya tarik buatan. (2). ‘Amenities’ atau fasilitas layanan pendukung wisata, mencakup akomodasi, jasa boga dan aneka jasa seperti retail dan rekreasi. (3). Acces atau pencapaian tujuan ke kota maupun di dalam wilayah tujuan wisata harus baik. ‘Ancillary Services’ tersebut meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan serta koordinasi.
Sumedang harus benar-benar dijadikan sebagai Kota Tujuan Wisata. Jalur lalu lintas juga harus dibuat ‘memaksa’ orang agar tidak sekedar lewat tapi harus mampir, untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Walau hal itu hanya merupakan suatu “mythos” di tengah masyarakat, namum perlu dijadikan suatu evaluasi bersama tertang perkembangan pembangunan di Kabupaten Sumedang selama ini, yang dirasakan tidak banyak perubahan dari sejak jaman dulu. Namun demikian marilah kita lihat dampak yang akan timbul dari adanya pembangunan proyek besar terhadap Kabupaten Sumedang itu sendiri, serta bagaimana bentuk “mitigation” yang harus diambil tindakannya segera.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa Sumedang juga memiliki banyak potensi pariwisata, terutama wisata alam dan budaya. Adapun obyek wisata tersebut adalah :
1. Alun-alun Kabupaten Sumedang
Salah satu ciri kekhasanya adalah terdapat lingga yang letaknya tak jauh dari komplek perkantoran pemda kabupaten sumedang dan dikelilingi oleh mesjid agung, gedung DPR, kejaksaan dan lapas. Di dalamnya terdapat pepohonan yang rindang sehingga sering digunakan sebagai arena bermain dan jogging track.
2. Mesjid Agung Sumedang
Merupakan tempat peribadatan terbesar bagi umat Islam di kabupaten Sumedang. Mesjid tersebut sudah lama dibangun, terdapat di depan alun-alun Sumedang dekat dengan komplek pemerintahan. Bentuk dan arsitekturnya masih dipertahankan seperti dahulu ketika pertama kali dibangun.
3. Monumen Lingga.
Monumen ini merupakan icon kota Sumedang. Terletak tepat di pusat kota sumedang dalam rangka memperingati figure yang sangat penting dalam sejarah sumedang yaitu Pangeran Soeriatmaja. Dibangun pada tanggal 25 april 1992 untuk memperingati periode yang penting dari tahun 1882 s/d 1919.
4. Monumen Lingga.
Museum Prabu Geusan Ulun. Musium ini terletak di komplek bangunan pemerintahan kira-kira sebelah selatan alun-alun Sumedang dan merupakan sebuah musium keluarga yang dibangun pada tahun 1973. Benda-benda bekas peninggalan raja-raja di zaman kerajaan Sumedang Larang disimpan di musium ini.
5. Makam Dayeuh Luhur.
Terletak di kecamatan Sumedang utara sekitar 17 Km dari pusatkota Sumedang. Daya tatik yang ada di tempay ini adalah makam prabu Geusan Ulun beserta istrinya yang bernama Harisbaya serta makam kyai Damang Cipaku.
6. Makam Cut Nyak DienMakam Cut Nyak Dien
Makam ini berada di atas bukit kecil dekat kantor pemerintahan sumedang yang berlokasi di gunung puyuk kecamatan sumedang selatan. Doceritakan bahwa cut nyak dien diasingkan dari Aceh oleh pemerintah kolonial Belanda ke Sumedang hingga beliau meninggal dunia. Cut nyak dien adalah salah seorang pahlawan nasional wanita Indonesia.
7. Makam Pasarean Gede
Kangjen pangeran Santri (Pangeran koesoemahdinata I) seorang tooh pejuang agama Islam di wilayah Sumedang Larang tahun 1530 yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Dewi Inten Dewata dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Pangeran Santri meninggal pada 2 Oktober 1579 dan dimakamkan berdampingan dengan istrinya di gunung Ciung pasarean gede yang letaknya kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumedang.
8. Makam Gunung Lingga
Terletak di desa Cimaraga, kecamatan Darmaraja, sekitar 20 Km dari pusat kota Sumedang. Memiliki daya tarik panorama alam yang sangat indah dengan bentangan alam yang unik dan khas.
Makam Marongge9.
Marongge adalah semuah makam dimana embah Gebug dan semua saudaranya menghilang (tilem).
9. Wisata Alam Cipanas Sekarwangi
Terletak 19 Km arah utara kota Sumedang, di kaki gunung Tampomas, desa Sekar wangi, kabupaten Buah dua dan bisa ditembuh dengan semua jenis transportasi baik pribadi maupun umum. Di tempat ini terdapat sumber mata air panas, dan fasilitas lain seperti penginapan, dll.
10. Wisata Alam Cipanas CilengsingWisata Alam Cipanas Cilengsing
Terletak tidak terlalu jauh dari Cipanas Sekarwangi. Terletak di desa Cilangkap, kecamatan Buah dua, sekitar 15 Km dari pusat kota Sumedang. Sumber mata air panasnya mengandung belerag yang cukup tinggi, sehingga serig digunakan sebagai media pengobatan.
11. Wisata Alam Cadas Pangeran
Sekitar 8 Km ke arah barat kota sumedang (jalan raya ke arah Bandung) terdapat lembah curam. Tempat yang bersejarah ini dinamakan Cadas Pangeran untuk mengenang jasa dan keberanian Pangeran Kornel, seorang raja yang memerintah pada saat itu. Beliau menentang pemerintahan kolonial Belanda yang saat itu dibawah kepemimpinan Jendral HW. Daendles.
12. Wisata Alam Curug Sindulang
Terletak di desa Sindulang, kecamatan Cimanggung. Tempat rekreasi ini memiliki 2 buah air terjun dengan ketinggian sekita 50 meter. Curug Sindulang memiliki panorama alam yang indah terutama di perjalanan menuju ke lokasi.
Apabila perjalanan diteruskan, kita akan menjumpai tempat wisata buru Gunung Kareumbi. Sayangnya lokasi ini sudah sangat tidak terawat.
13. Lapangan Golf Giri Gahana
Sebuah lapangan golf bertaraf internasional yang berlokasi di desa Cibeusi, kecamatan Jatinangor, dan hanya berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Bandung.
14. Wisata Alam Gunung Kunci
Tempat rekreasi ini terletak kira-kira 200 meter dari alun-alun kota sumedang. Di namakan gunung kunci karena letaknya yang terdapat di bukit kunci. Tempat wisata ini mempunyai pemandangan alam nan elok dan indah. Tempatnya yang teduh diantara rindangnya pepohonan yang hijau. Dan alamnya yang masih bersih dan sejuk jauh dari polusi udara.
Salah satu keistimewaan tempat ini adalah karena terdapat peninggalan sejarah pada masa penjajahan belanda yaitu berupa Gua. Konon gua ini di jadikan benteng pertahanan yang di gunakan oleh masyarakat sumedang untuk melawan penjajah pada masa itu. Ada beberapa gua yang terdapat di gunung kunci ini. Dan jika kita mengitari benteng, di bagian belakang benteng terdapat hamparan rumput hijau nan luas dengan panorama yang indah. Dari sinilah kita dapat melihat alun-alun kota sumedang dan sekitarnya.
Namun....sayang beberapa tahun terakhir ini tempat wisata ini tidak pernah di buka lagi untuk umum. Dan sepertinya kurang mendapat perhatian dari masyarakat sumedang sendiri dan pemda setempat. Patut di sayangkan apabila potensi yang besar itu tidak mendapat perhatian dan tidak di kelola dengan baik. Padahal ini bisa menjadi daya tarik bagi kota sumedang itu sendiri agar mendapat kunjungan wisatawan. Dan otomatis dapat menjadi pemasukan bagi pemda setempat.
15. Bumi Perkemahan Kiara Payung
Tempat ini adalah salah satu lokasi yang digunakan dalam kegiatan jambore pramuka nasional dan dikelola oleh Pemda Jawa - Barat. Terletak di Kecamatan Jatinangor, kabupaten Sumedang.
16. Wisata Alam Copanteuneun
Sebuah kolam alam yang menarik dengan luas sekitar 1 Ha. Terletak di kaki gunung Tampomas di sebelah utara kecamatan Cimalaka, hanya 5 Km dari pusat kota Sumedang.
17. Kawasan Wisata Kampung Toga
kampung toga adalah singkatan dari kampung tanaman obat-obatan. Terletak 3 Km dari alun-alun Sumedang, merupakan objek wisata keluarga dengan lingkungan pegunungan yang indah dan nyaman, Cocok untuk pertemuan dan pesta.
Bentangan alam dengan ketinggian yang berbeda menjadikan kawasan ini memiliki wisata yang beraneka ragam. diantaranya di tempat ini tersedia fasilitas paraglaiding, gantole, Arung jeram, hiking, jogging, off-road, game war (paint ball / airsoft gun), horse riding, dll.
18. Wisata Agro Di Kampung Nangorak
Duduk diantara semilir angin yang berhembus atau berjalan-jalan di kebun strawberry sambil memetik dan mencicipi buahnya yang manis. Melihat kebun melon yang ranum dan harum atau mengunjungi peternakan sapi perah.......semua ada di sini.
Inilah.....kawasan Agroteknobisnis Sumedang, sebuah tempat wisata agro yang terletak di kampung Nangorak 6 km dari Alun-alun kota Sumedang. Terletak diketinggian antara 800-1000 meter dpl. Hanya memakan waktu kurang lebih dari satu jam perjalanan. Karena jalannya yang sempit dan terus menanjak, bahkan di beberapa tikungan jalan terlihat agak terjal maka haruslah ekstra hati-hati sebab jika tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Namun begitu cukup mengasyikkan juga karena sepanjang perjalanan menuju tempat itu, pemandangan di sekitarnya tampak indah dan terlihat hijau oleh pertanian sawah yang membentang luas. Dari sini terlihat juga gunung Tampomas yang menjulang tinggi.
Ketika sampai ditempat lokasi kita hanya diwajibkan membayar tiket masuk yang hanya seribu rupiah saja, cukup murah bukan! Tempat wisata ini memang sangat luas. Karena didalamnya mencakup perkebunan, pertanian, budidaya tanaman dari 250 jenis tanaman dan pohon.
SUMBER BACAAN :
http://www.indotravelers.com/sumedang/; download 17 Juni 2010
http://khasdaerah.blogspot.com; download 17 Juni 2010
bagus
BalasHapustks atas komentarnya.
Hapus