Sabtu, 16 Juni 2012

Benarkah Wanita Spanyol Cantik?


Membandingkan dengan wanita di Negeri Belanda, wanita Spanyol sungguh cantik-cantik, di antaranya ada de­ngan raut muka dan sorotan mata Arab.
Oleh : Rosihan Anwar *)

Begitu tiba di Madrid bulan September 1949, kami  para wartawan yang meliput Konferensi Meja Bundar (KMB) Indonesia-Belanda di Den Haag seperti E.U. Pupella, Wonohito, Sutarto dan saya - sudah berada di Den Haag, jalan raya utama ibu kota Spanyol.
Membandingkan dengan wanita di Negeri Belanda, wanita Spanyol sungguh cantik-cantik, di antaranya ada de­ngan raut muka dan sorotan mata Arab. Pada saat itu sebuah nyanyian populer berjudul Madrilena Bonita (Wanita Madrid yang Cantik). Dari Madrid saya pun menulis reportase perjalanan untuk harian Pedoman dan menyanjung Madrilena Bonita. Presiden Soekarno membaca tulisan-tulisan saya, dan tatkala sekembali di tanah air saya berjumpa dengannya di Islana Merdeka akhir Maret 1950, pertanyaan pertama yang diajukannya kepada saya adalah, "Zeg, is het waar, die Spaanse erouwen zijn erg mooi?" "Erg mooi, Bung." sahut saya.  Pada masa itu dalam suasana intim Bung Karno dan saya bisa bercakap-cakap dalam bahasa Belanda dan topik pembicaraan kami mengenai Madrilena Bonita, wanita Madrid yang cantik.
Sejak tahun 1949 saya tidak pernah lagi ke Spanyol.  Tetapi karena diundang Garuda Indo­nesia ikut serta dalam Sales Mission Madrid, Spain (16-20 Mei 1993), tiba-tiba saya mendapatkan diri di Madrid kembali setelah absen 44 tahun. Mata elang saya mengamati segenap penjuru, tetapi saya tidak melihat Madrilena Boni­ta. Wanita yang tampak sama saja dengan yang di kota-kota Eropa lain, artinya biasa tidak istimewa. Kenapa begitu? Djunaedi Hadisumarto mantan Sekjen Dephub, anggota Dewan Pengawas Garuda Indonesia yang turut dalam rombongan ke Madrid, mencoba memberikan keterangan. "Karena Pak Rosihan sekarang sudah tua. Itu sebabnya tidak lagi melihat Modrilena Bonita. Tahun 1949 kan masih muda". Barangkali begitu.
Memang banyak perbedaan antara Spanyol sekarang dengan Spanyol tahun 1949. Masa itu, Spanyol, walaupun tidak hancur karena Perang Dunia II seperti halnya Nazi Jerrnan, ekonominya morat-marit. Dewasa ini pendapatan penduduk per kapita adalah 12.000 dollar AS. Penduduknya berjumluh 38,5 juta jiwa akan tetapi jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Spanyol tahun 1992 adalah 55 juta orang. 

Kemakmurannya meningkat kentara.
Madrid merupakan pusat kebudayaan yang berkembang dengnn subur dan pada tahun 1992 Dewan Menteri Kebudayaan Masyarakat Eropa menyatakan Madrid sebagai Ibu Kola Budaya Eropa 1992 Banyak pertunjukan dapat dilihat seperti pameran, konser teater, film, musik, tarian.  Karena waklu terbatas istri saya ingin mengunjungi Museu dei Prado. salah satu museum lukisan yang penting di dunia.  Dalam gedung yang dibangun pada akhir abad ke-1 terdapat lukisan El Greco (1541-1614), Fransisco de Goya Velazques, Riviera dan Murillo dari mazhab Spanyol, juga lukisan Angelico Rafael dan mazhab Italia dari lukisan Rubens, Van Dyek dan mazhab Vlamingen.  Bagi saya kunjungan ke Prado semacam napak tilas. Cuma jika pada tahun 1949 saya sempat mengunjungi Toledo di mana p lukisan El Greco berdiam, sekarang ini hal itu tidak dapat dilakukan.
Setelah melewati Istana Raja kami mengunjungi sebuah plaza yaitu Puerta del Sol.  Waktu tahun 1949 ke sana saya diberitahu supaya hati-hati karena copet banyuk berkeliaran.   Aneh bin ajaib, kali ini pemandu berpesan kepada kami supaya jika berjalan di tengah khalayak ramai menjaga kantung jangan sampai kehilangan dompet. Dan dia bercerita tentang nasib seorang Indone­sia yang tertipu seorang pria bertampang gagah dan mengaku polisi dengan memperlihatkan kartu identitasnya.  Orang Indonesia itu ditanyai, diminta memperlihatkan dompetnya.  Semua itu dikerjakannya, dan akhirnya  uangnya  300  dollar AS hilang. Katanya, orang Indonesia itu dihipnotis sehingga  dengan tak  sadar  menyerahkan dompet dan uangnya.  Entah benar atau tidak. Wallahu alam.  Tetapi hati-hatilah di Purrta del Sol.   Rupanya   di sana  tidak  banyak  yang  berubah?
Ada juga hal yang baru secara fisik, Saya lihat di sana toserba El Corte Ingles yang dulu tidak ada Toserba ini ada 6 tersebar di berbagai kawasan Madrid.  Dalam toko itu ada bagian bernama Turismo, di mana pengunjung dapat membeli suvenir Spanyol.  Tatkala melihat barang-barang yang dijajakan, saya mendapatkan sebuah patung kecil terbuat dari kayu yang rasanya  saya lihat di kios suvenir bandara Bulk dan Denpasar Pebruari lalu. Benar juga. di belakang patung ada tulisan Made in Indonesia.  lni bikinan industri kerajinan rakyat Bali. Barang Indonesia sudah masuk Spanyol.
Dubes Indonesia untuk Spanyol Marsekal (Purn) Utomo menjamu rombongan Ga­ruda di restoran El Fogor de Mariano, dan saya tanyakan - sambil gigi saya yang tidak lagi sekuat seperti tahun 1949 dengan susah payah mengunyah steak daging banteng - produk-produk apa yang di-ekspor Indonesia ke Spanyol?.  "Aneka ragam. Di sini dipasarkan transistor Polytron, pesawat televisi, rambut palsu, furniture, batik, pakaian Bali," jawab Pak dubes.
Perdagangan Indonesia-Spanyol meningkat tegap.  Pada tahun 1991 ekspor Indone­sia berjumlah 169,2 juta dollar AS dan impor 130,7 juta dol­lar, Jumlah wisatawan Spa­nyol yang mengunjungi Indo­nesia berjumlah 14.000 orang berbanding 350.000 wisatawan Eropa yang diangkut Garuda Indonesia tahun lalu.  Mengingat prospek yang bagus itu, sejak 28 Maret 1993 Garuda membuka jalur penerbangan sekali sepekan langsung ke Madrid yang merupakan destinasi Eropa ke-9.  Ko­ta-kota Eropa lainnya yang dilayani Garuda adalah Roma, Vienna, Frankfurt, Munich, Amsterdam, London. Paris dan Zurich.  Untuk lebih menggalakkan turisme dan perdagangan, 16 Mei 1993 Dirut GIA Wage Mulyono memimpin sales mission ke Madrid dengan mengikut sertakan pimpinan Garuda dan pejabat, 10 sepuluh sebuah kelompok kebudayaan yang dikepalai Elly Kasim, juga sekitar 70 orang dan kalangan hotel, biro perjalanan, perusahaan   kargo dsb.  Dalam pidatonya pada resepsi di Hotel Eurobuilding yang dihadiri para pengusaha Spanyol dan Indonesia, Mulyono mengemukakan pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik yang paling tinggi di dunia sekarang, bahwa pada tahun 1992 volume perdagangan Spanyol-ASEAN meningkat 17%, bahwa Spanyol sebuah tempat yang penting bagi Garuda Indonesia, dan bahwa tujuan sales mission yang dipimpinnya mempromosikan pariwisata dan perdagangan.  Maka tidak mengherankan jika sebelum resepsi dimulai di ruangan lain diselenggarakan Mini Travel Mart. Di sana ditempatkan berderet meja di mana pengusaha Indonesia siap menunggu orang Spanyol yang datang meminta informasi atau membicarakan kemungkinan transaksi dagang. Asyiklah mereka yang berbincang, dan pengusaha Indone­sia menawarkan barang atau jasa yang diipat dijual.
Para direktur biro perjalanan Spanyol, orang-orang bisnis yang malam itu menjadi tamu resepsi, dijamu dengan makanan Indonesia yang khusus dimasak di Amsterdam dan diterbangkan ke Madrid. Orang-orang Spanyol itu menikmati hidangan sate daging sapi, gado-gado. soto, rendang kalio, buah-buahan Indonesia seperti sawo, rambutan, pa­paya, pisang dsb. Sehabis makan mereka menonton pertunjukan tarian payung, jali-jali, legong bapang, rateuh Aceh. Mereka mendengarkan musik angklung dan nyanyian Elly Kasim yang selain menperdengarkan lagu Minang juga lagu-lagu Spanyol seperti Gra­nada. Waktu mau pulang diberikan pula door prize dan pemenang-pemenangnya mendapat gratis tiket Madrid-Denpasar pp (dengan menginap di hotel yang yahud.  Apa lagi yang kurang dalam usaha mempromosikan turisme dan perdagangan?
Waktu jamuan bubar jam sudah menunjukkan pukul 01.30. Satu hal yang tidak berubah saya lihat ialah kebiasaan orang Spanyol memulai jamuan malam lambat sekali. Pukul 22.00 dianggap normal, lebih sering dinner diadakan antara lukul 23.00 sampai pukul 01.00. Siang hari pukul 13.00 orang Spanyol pergi makan siang, lalu terus siesta (tidur siang) sampai pukul 17.00. Kemudian bekerja lagi sampai pukul 20.00 atau 21.00. Akhir pekan mulai Jumat malam mereka tidak bekerja, seperti juga pada bulan Juli dan Agustus mereka pasti pergi liburan itulah yang mereka namakan gaya Spanyol.
Sedangkan mengapa orang Spanyol suka lambat sekali pergi tidur, sampai sekarang saya tidak tahu sebab-sebabnya. Madrilena Bonita sudah saya tidak lihat, tiap malam saya kudu begadang, namun perjalanan ke Madrid tetap menyenangkan.  Ole!
(Itu kisah lama yang menarik, bagaimana keadaan sekarang?, Tks)

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi (tambahan/keadaan tahun 2010-an) yang diambil dari internet
Sumber : Kompas tgl. 3 Juni 1993
Catatan : *)  Alm. H. Rosihan Anwar, Kabupaten Solok Sumbar 10/5/1922-14/4/2011 (88), tokoh pers Indonesia (sejarawan, sastrawan dan budayawan)

Topik lain : Di Balik Penampilan Perempuan Ukraina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar