Membandingkan
dengan wanita di Negeri Belanda, wanita Spanyol sungguh cantik-cantik, di
antaranya ada dengan raut muka dan sorotan mata Arab.
Oleh : Rosihan
Anwar *)
Begitu
tiba di Madrid bulan September 1949, kami
para wartawan yang meliput Konferensi Meja Bundar (KMB)
Indonesia-Belanda di Den Haag seperti E.U. Pupella, Wonohito, Sutarto dan saya
- sudah berada di Den Haag, jalan raya utama ibu kota Spanyol.
Membandingkan
dengan wanita di Negeri Belanda, wanita Spanyol sungguh cantik-cantik, di
antaranya ada dengan raut muka dan sorotan mata Arab. Pada saat itu sebuah
nyanyian populer berjudul Madrilena Bonita (Wanita Madrid yang Cantik).
Dari Madrid saya pun menulis reportase perjalanan untuk harian Pedoman dan
menyanjung Madrilena Bonita. Presiden Soekarno membaca tulisan-tulisan saya,
dan tatkala sekembali di tanah air saya berjumpa dengannya di Islana Merdeka
akhir Maret 1950, pertanyaan pertama yang diajukannya kepada saya adalah,
"Zeg, is het waar, die Spaanse
erouwen zijn erg mooi?" "Erg mooi, Bung." sahut saya. Pada masa itu dalam suasana intim Bung Karno
dan saya bisa bercakap-cakap dalam bahasa Belanda dan topik pembicaraan kami
mengenai Madrilena Bonita, wanita Madrid yang cantik.
Sejak
tahun 1949 saya tidak pernah lagi ke Spanyol. Tetapi karena diundang Garuda Indonesia ikut
serta dalam Sales Mission Madrid, Spain (16-20 Mei 1993), tiba-tiba saya
mendapatkan diri di Madrid kembali setelah absen 44 tahun. Mata elang saya
mengamati segenap penjuru, tetapi saya tidak melihat Madrilena Bonita. Wanita
yang tampak sama saja dengan yang di kota-kota Eropa lain, artinya biasa tidak
istimewa. Kenapa begitu? Djunaedi Hadisumarto mantan Sekjen Dephub, anggota
Dewan Pengawas Garuda Indonesia yang turut dalam rombongan ke Madrid, mencoba
memberikan keterangan. "Karena Pak Rosihan sekarang sudah tua. Itu
sebabnya tidak lagi melihat Modrilena Bonita. Tahun 1949 kan masih muda". Barangkali begitu.
Memang
banyak perbedaan antara Spanyol sekarang dengan Spanyol tahun 1949. Masa itu,
Spanyol, walaupun tidak hancur karena Perang Dunia II seperti halnya Nazi
Jerrnan, ekonominya morat-marit. Dewasa ini pendapatan penduduk per kapita
adalah 12.000 dollar AS. Penduduknya berjumluh 38,5 juta jiwa akan tetapi
jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Spanyol tahun 1992 adalah 55 juta
orang.
Kemakmurannya meningkat kentara.
Madrid merupakan pusat kebudayaan yang berkembang dengnn subur dan pada tahun 1992
Dewan Menteri Kebudayaan Masyarakat Eropa menyatakan Madrid sebagai Ibu Kola
Budaya Eropa 1992 Banyak pertunjukan dapat dilihat seperti pameran, konser
teater, film, musik, tarian. Karena
waklu terbatas istri saya ingin mengunjungi Museu dei Prado. salah satu museum
lukisan yang penting di dunia. Dalam
gedung yang dibangun pada akhir abad ke-1 terdapat lukisan El Greco
(1541-1614), Fransisco de Goya Velazques, Riviera dan Murillo dari mazhab
Spanyol, juga lukisan Angelico Rafael dan mazhab Italia dari lukisan Rubens,
Van Dyek dan mazhab Vlamingen. Bagi saya
kunjungan ke Prado semacam napak tilas. Cuma jika pada tahun 1949 saya sempat
mengunjungi Toledo di mana p lukisan El Greco berdiam, sekarang ini hal itu
tidak dapat dilakukan.
Setelah
melewati Istana Raja kami mengunjungi sebuah plaza yaitu Puerta del Sol. Waktu tahun 1949 ke sana saya diberitahu
supaya hati-hati karena copet banyuk berkeliaran. Aneh bin ajaib, kali ini pemandu berpesan
kepada kami supaya jika berjalan di tengah khalayak ramai menjaga kantung
jangan sampai kehilangan dompet. Dan dia bercerita tentang nasib seorang Indonesia
yang tertipu seorang pria bertampang gagah dan mengaku polisi dengan
memperlihatkan kartu identitasnya. Orang
Indonesia itu ditanyai, diminta memperlihatkan dompetnya. Semua itu dikerjakannya, dan akhirnya uangnya
300 dollar AS hilang. Katanya,
orang Indonesia itu dihipnotis sehingga
dengan tak sadar menyerahkan dompet dan uangnya. Entah benar atau tidak. Wallahu alam. Tetapi hati-hatilah di Purrta del Sol. Rupanya
di sana tidak banyak
yang berubah?
Ada juga
hal yang baru secara fisik, Saya lihat di sana toserba El Corte Ingles yang
dulu tidak ada Toserba ini ada 6 tersebar di berbagai kawasan Madrid. Dalam toko itu ada bagian bernama Turismo, di
mana pengunjung dapat membeli suvenir Spanyol.
Tatkala melihat barang-barang yang dijajakan, saya mendapatkan sebuah
patung kecil terbuat dari kayu yang rasanya
saya lihat di kios suvenir bandara Bulk dan Denpasar Pebruari lalu.
Benar juga. di belakang patung ada tulisan Made in Indonesia. lni bikinan industri kerajinan rakyat Bali. Barang
Indonesia sudah masuk Spanyol.
Dubes
Indonesia untuk Spanyol Marsekal (Purn) Utomo menjamu rombongan Garuda di
restoran El Fogor de Mariano, dan saya tanyakan - sambil gigi saya yang tidak
lagi sekuat seperti tahun 1949 dengan susah payah mengunyah steak daging
banteng - produk-produk apa yang di-ekspor Indonesia ke Spanyol?. "Aneka ragam. Di sini dipasarkan
transistor Polytron, pesawat televisi, rambut palsu, furniture, batik, pakaian
Bali," jawab Pak dubes.
Perdagangan
Indonesia-Spanyol meningkat tegap. Pada
tahun 1991 ekspor Indonesia berjumlah 169,2 juta dollar AS dan impor 130,7
juta dollar, Jumlah wisatawan Spanyol yang mengunjungi Indonesia berjumlah
14.000 orang berbanding 350.000 wisatawan Eropa yang diangkut Garuda Indonesia
tahun lalu. Mengingat prospek yang bagus
itu, sejak 28 Maret 1993 Garuda membuka jalur penerbangan sekali sepekan langsung
ke Madrid yang merupakan destinasi Eropa ke-9.
Kota-kota Eropa lainnya yang dilayani Garuda adalah Roma, Vienna,
Frankfurt, Munich, Amsterdam, London. Paris dan Zurich. Untuk lebih menggalakkan turisme dan
perdagangan, 16 Mei 1993 Dirut GIA Wage Mulyono memimpin sales mission ke
Madrid dengan mengikut sertakan pimpinan Garuda dan pejabat, 10 sepuluh sebuah
kelompok kebudayaan yang dikepalai Elly Kasim, juga sekitar 70 orang dan
kalangan hotel, biro perjalanan, perusahaan
kargo dsb. Dalam pidatonya pada
resepsi di Hotel Eurobuilding yang dihadiri para pengusaha Spanyol dan
Indonesia, Mulyono mengemukakan pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik yang paling
tinggi di dunia sekarang, bahwa pada tahun 1992 volume perdagangan
Spanyol-ASEAN meningkat 17%, bahwa Spanyol sebuah tempat yang penting bagi
Garuda Indonesia, dan bahwa tujuan sales mission yang dipimpinnya mempromosikan
pariwisata dan perdagangan. Maka tidak
mengherankan jika sebelum resepsi dimulai di ruangan lain diselenggarakan Mini
Travel Mart. Di sana ditempatkan berderet meja di mana pengusaha Indonesia siap
menunggu orang Spanyol yang datang meminta informasi atau membicarakan
kemungkinan transaksi dagang. Asyiklah mereka yang berbincang, dan pengusaha
Indonesia menawarkan barang atau jasa yang diipat dijual.
Para
direktur biro perjalanan Spanyol, orang-orang bisnis yang malam itu menjadi
tamu resepsi, dijamu dengan makanan Indonesia yang khusus dimasak di Amsterdam
dan diterbangkan ke Madrid. Orang-orang Spanyol itu menikmati hidangan
sate daging sapi, gado-gado. soto, rendang kalio, buah-buahan Indonesia seperti
sawo, rambutan, papaya, pisang dsb. Sehabis makan mereka menonton pertunjukan
tarian payung, jali-jali, legong bapang, rateuh Aceh. Mereka
mendengarkan musik angklung dan nyanyian Elly Kasim yang selain menperdengarkan
lagu Minang juga lagu-lagu Spanyol seperti Granada. Waktu mau pulang diberikan
pula door prize dan pemenang-pemenangnya mendapat gratis tiket Madrid-Denpasar
pp (dengan menginap di hotel yang yahud.
Apa lagi yang kurang dalam usaha mempromosikan turisme dan perdagangan?
Waktu
jamuan bubar jam sudah menunjukkan pukul 01.30. Satu hal yang tidak berubah
saya lihat ialah kebiasaan orang Spanyol memulai jamuan malam lambat sekali.
Pukul 22.00 dianggap normal, lebih sering dinner diadakan antara lukul 23.00
sampai pukul 01.00. Siang hari pukul 13.00 orang Spanyol pergi makan siang,
lalu terus siesta (tidur siang) sampai pukul 17.00. Kemudian bekerja lagi
sampai pukul 20.00 atau 21.00. Akhir pekan mulai Jumat malam mereka tidak
bekerja, seperti juga pada bulan Juli dan Agustus mereka pasti pergi liburan
itulah yang mereka namakan gaya Spanyol.
Sedangkan
mengapa orang Spanyol suka lambat sekali pergi tidur, sampai sekarang saya
tidak tahu sebab-sebabnya. Madrilena Bonita sudah saya tidak lihat, tiap malam
saya kudu begadang, namun perjalanan ke Madrid tetap menyenangkan. Ole!
(Itu kisah lama
yang menarik, bagaimana keadaan sekarang?, Tks)
Keterangan gambar : sebagai
ilustrasi (tambahan/keadaan tahun 2010-an) yang diambil dari internet
Sumber : Kompas tgl. 3 Juni 1993
Catatan : *) Alm. H. Rosihan Anwar, Kabupaten Solok Sumbar
10/5/1922-14/4/2011 (88), tokoh pers Indonesia (sejarawan, sastrawan dan
budayawan)
Topik lain : Di Balik Penampilan Perempuan Ukraina
Topik lain : Di Balik Penampilan Perempuan Ukraina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar