Senin, 13 Agustus 2012

Kisah : Penembakan Massal ‘Joker’ di Colorado AS (Bagian 2)


Dikemas oleh Isamas54
Penembak masal di bioskop Kota Aurora Colorado-AS (20/7), menyebut dirinya sebagai ‘Joker’ musuh bebuyutan Batman (Lanjutan dari Bagian 1).

Lanjutan dari Bagian 1 ...

Direncanakan berbulan-bulan
Kepala Kepolisian Kota Au­rora, Dan Gates, menerangkan : (a).  Diperkirakan senjata dan amunisi yang dibeli Holmes dilakukan secara daring dan diketahui melakukan itu sejak empat bulan sebelum aksi biadabnya.  (b).  Membeli peluru hingga 6.000 butir, senapan AR-15, shotgun 12, pistol kaliber 40, dan sebuah belati dari toko daring pemasok barang untuk personel milker atau polisi.  (c).  Pelaku juga telah memasang jebakan-jebakan berbahaya di aparte­men miliknya untuk membunuh siapa pun yang berusaha masuk.
CEO TacticalGear.com Chad Weinman mengatakan semua yang dibeli Holmes memang barang yang diperbolehkan untuk dijual. la juga mengklaim tak menaruh perhatian khusus terhadap pesanan Hol­mes karena ratusan pesanan lain yang harus dipenuhi.

Kejadiannya mirip di film
Sebuah keluarga warga negara Indonesia (WNI) menjadi saksi sekaligus korban penembakan di bioskop Kota Aurora, Colorado-AS (20/7). mereka ialah Anggiat Mora Situmeang, 45, Rita Paulina Boru, 45, dan Prodeo et Patria, 15.
Berikut ringkasan paparannya dalam wawancara presenter Metro TV, Indra Maulana, dengan Anggiat dalam program Headline News, Sabtu (21/7) malam.
Kami kurang lebih duduk ditengah-tengah. Pertunjukannya itu pukul 12.05. (Bioskop) ini penuh, dari belakang sampai depan itu penuh sesak.
Setelah main (film) itu, lampu sudah mulai dipadamkan. Ti­dak lama dari situ saya lihat ada di paling depan sebelah kanan, di first row (barisan kursi pertama) sebelah kanan seseorang berdiri membuang sesuatu ke arah tembok di kiri saya. Jadi, dari arah kanan ke arah kiri di depan.  
Lalu terdengar suara 'ssshhhshh' seperti itu bunyinya. Kami pikir itu bagian dari entertainment show-nya Batman. Jadi, ada yang tertawa, ada yang tepuk tangan.
Tidak lama setelah itu, bapak itu atau laki-laki itu berdiri menghadap ke arah penonton. Saya sadar bahwa itu real sete­lah dia mengeluarkan penembakan kurang lebih lima kali. Itu real tembakan. Jadi, saya bilang ke anak saya kita harus tiarap sekarang juga. Saya bilang, 'Ini bukan bagian dari movie'.
Pistol, kalau saya tidak salah ingat, ada empat sesi tembak­an. Jadi, yang pertama kalau enggak salah ada lima kali, di situ saya tiarap. Lalu berhenti kurang lebih 30 detik, keluar lagi tembakan. Di situlah mata saya kena percikan lantai. Lalu berhenti lagi. Di situlah saya ambil tindakan pada ke­luarga saya. 'Kita harus keluar dari gedung ini. lari. Anak dan istri saya segera bangun menuju pintu exit, ternyata di sana penembak itu berdiri.

Data
Insiden Penembakan Terburuk dalam 10 Tahun Terakhir
Sejumlah insiden penembakan serupa, yang dilakukan satu atau dua pelaku selama 10 tahun terakhir di dunia.
26 April 2002 – Jerman – In Erfurt, Jerman timur, Robert Steinhauser, 19, melepaskan tembakan di sekolah Gutenberg Gymnasium setelah menyatakan tak mau mengikuti ujian matematika. Aksi penembakannya menewaskan 12 guru, seorang staf tata usaha, dua murid dan seorang polisi. Dia kemudian bunuh diri.
Oktober 2002 – AS – John Muhammad dan Lee Malvo menjadi penembak gelap dan selama berhari-hari meneror wilayah sekitar Ibukota Washington DC. 10 orang tewas akibat aksi acak mereka.
16 April 2007 – AS – Universitas teknologi Virginia Tech, di Blacksburg, Virginia, menjadi lokasi penembakan massal terburuk sepanjang sejarah di AS saat seorang mahasiswa setempat mengamuk dengan senjata api dan menewaskan 32 orang sebelum akhirnya bunuh diri. Seorang mahasiswa doktoral asal Indonesia, Partahi Lumbantoruan, juga menjadi salah satu korban tewas.
7 November 2007 – Finlandia – Seorang pelajar, Pekka-Eric Auvinen membunuh enam rekannya, perawat sekolah dan kepala sekolahnya dengan tembakan pistol di SMA Jokela dekat Ibukota Helsinki.
23 September 2008 – Finlandia – Matti Saari, seorang pelajar, melepaskan tembakan di sebuah sekolah kejuruan di Kauhajoki, Finlandia barat laut, menewaskan sembilan pelajar dan seorang staf sekolah. Dia kemudian bunuh diri.
11 Maret 2009 – Jerman– Seorang remaja berusia 17 tahun yang berbusana tempur mengamuk dengan senjata api di sebuah sekolah dekat Kota Stuttgart, menewaskan sembilan pelajar dan tiga guru. Dia lantas membunuh seseorang di sebuah klinik di dekat sekolah itu. Dalam tembak menembak yang terjadi dengan polisi kemudian dua warga setempat dan si penembak kemudian tewas. Dua polisi juga cedera parah dalam insiden itu. Jumlah total korban tewas termasuk si pelaku 16 orang.
2 Juni 2010 – Inggris – Derrick Bird melakukan penembakan acak di sejumlah tempat di wilayah Cumbria. 12 orang tewas dan 11 lainnya cedera. Bird kemudian tewas bunuh diri.
9 April 2011 – Belanda – Tristan van der Vlis menembaki pengunjung di mal Ridderhof di Kota Alphen aan den Rijn, selatan Amsterdam, menewaskan enam orang sebelum akhirnya bunuh diri.
22 Juli 2011 – Norwegia– Anders Behring Breivik menjadi pelaku tunggal salah satu tragedi teror terburuk di Eropa setelah membom perkantoran pemerintah di Oslo, Norwegia, yang menewaskan delapan orang, kemudian menembaki para remaja yang tengah mengikuti perkemahan musim panas di pulau wisata Utoeya, menewaskan 69 orang.
13 Desember 2011 – Belgia – Nordine Armani membunuh tiga orang termasuk bayi berusia 17 bulan serta melukai 121 orang lainnya di Kota Liege, sebelum menembak dirinya sendirinya. Sehari kemudian polisi menemukan mayat seorang perempuan di gudang yang sebelumnya dipakai oleh Armani. (Sumber : solopos.com 2012/7/20)

Efek dan peristiwa penembakan
Efek dari tragedy penembakan di Coloradi-AS tersebut mempengaruhi sebagian masyarakat AS, antara lain :
(a).  Penju­alan senjata api di beberapa wilayah di AS meningkat tajam begitu kabar mengenai insiden penembakan bru­tal di Aurora Colorado tersebar luas. Sebagian war­ga khawatir insiden itu akan menjadi pemicu aturan baru yang membatasi kepemilikan senjata api oleh individu.
Di Colorado, penjualan senjata api melonjak dalam tiga hari setelah penembakan itu. Pemerintah negara bagian tersebut menyetujui 2.887 permintaan pe­meriksaan latar belakang orang-orang yang ingin membeli sen­jata api sejak Jumat pekan lalu hingga Minggu (22/7).
Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 25% dari rata-rata permintaan pada periode akhir pekan sepanjang tahun 2012. Sementara dibandingkan pekan sebelumnya, ter­jadi peningkatan sebesar 43%.  Bukan hanya itu, kelas menembak yang dibuka sang pemilik toko pun kebanjiran siswa setidaknya hingga tiga minggu ke depan.   
(b).  Perdebatan mengenai pengaturan kepemilikan senjata api yang relative mudah kembali mengemuka setelah in­siden penembakan, dimana  sebagian warga AS menentang adanya peraturan pembatasan soal senjata api karena menganggap hal itu sebagai hak dasar mereka sebagai warga negara, seperti yang termaktub dalam Amandemen Kedua Konstitusi AS yang me­lindungi hak-hak warga negara AS untuk menyimpan dan menyandang senjata api.
Adapun proses pembelian senjata di AS yaitu : Proses pemeriksaan latar belakang seseorang adalah salah satu proses yang harus dilalui sebelum seseorang diizinkan membeli sen­jata api di AS relative mudah dan sederhana.  Seorang reporter Agence France-Presse (AFP) yang berpura-pura sebagai calon pembeli sen­jata api di salah satu toko senjata legal (banyak tersebar di AS) hanya minta menunjukkan surat izin mengemudi.   Melalui SIM itu, penjaga toko mengecek catatan kriminalnya. Jika calon pembeli tak memiliki catatan kejahatan, proses pem­belian akan diselesaikan hanya dalam waktu satu menit atau (senjata api) itu bisa dikirim ke rumah pembeli.
Dick Rutan, pemilik toko sen­jata api Gunners Den (Sarang Para Pemburu) di pinggiran kota Arvada, Colorado, mengatakan, permintaan pelatihan menggunakan senjata api secara aman juga melonjak dua kali lipat sejak peristiwa penembakan itu.  "Pesannya jelas: mereka ingin punya kesempatan (membela diri).
(c).  Sementara itu, tiga insiden terpisah yang terjadi setelah tragedi di Aurora tersebut telah memicu penahanan orang-orang lainnya yang dicurigai oleh polisi melalui tingkah lakunya.   Dalam salah satu insiden, polisi menahan Timothy Courtois dari kota Biddeford, Negara Bagian Maine.  Courtois dihentikan polisi ka­rena ngebut dengan mobilnya, saat diperiksa, polisi menemukan sepucuk senapan otomatis AK-47, empat pistol, amunisi, dan kliping berita tragedi Aurora. Kepada polisi, ia mengaku baru saja menonton film terbaru Bat­man dan sedang dalam perjalanan untuk menembak seseorang.

Pemeriksaan Kasus Holmes
James Eagen Holmes (24),  mulai diperiksa pengadilan Colorado (23/7/2012), Jaksa umum Distrik Araphoe County Carol Chambers mengatakan pihaknya akan menuntut hukuman mati terhadap sang pelaku.  Dalam persidangan, ia didampingi kuasa hukumnya, James O'Connor, dan di bawah kawalan dua deputi sheriff.
James Eagan Holmes, 24, terduduk diam dengan tatapan kosong. Tangan dan kakinya diborgol. Pria yang rambutnya dicat merah-oranye dan dibiarkan berantakan itu tak mengeluarkan sepatah kata pun saat berada dalam ruang sidang pengadilan Distrik Arapahoe County, Colorado, Amerika Serikat.
Kejahatan yang dituduhkannya yaitu melakukan penembakan brutal saat pemutaran perdana film Batman: The Dark Knight Rises di Gedung Bioskop Century 16, Kota Aurora, Colorado, Jumat (20/7).  Persidangan pertama tersebut dihadiri sekitar 40 anggota keluarga korban penembakan.
Kita tunggu saja perkembangannya atas kasus yang motifnya masih misteri ini.

SELESAI

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : Media Indonesia tgl. 23 Juli 2012 dan Kompas tgl. 26 Juli 2012

Bagian sebekumnya : Bagian 1
Kisah selanjutnya : (menyusul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar