Senin, 11 Juni 2012

Sisi Kehidupan : Opium, Pemberantasan dan Nasib Para Petaninya (Bagian 2)


Dikemas oleh : Isamas54
Afghanistan dan Myanmar (dulu disebut Negara Birma atau Burma) adalah merupakan dua negara produsen opium terbesar di dunia.  Bagaimana nasib petani Poppy Afghanistan ketika dilakukan pemberantasan ladangnya? (Bagian 2-Tamat).

(2).  Opium di Afghanistan
Sekitar 90 persen opium di seluruh dunia dipasok dari Afghanistan.  Di Negara ini untuk panen tahun 2012 diperkirakan bernilai sekitar 1,4 miliar dolar atau sekitar 9 persen dari  produk domestik bruto (PDB)-nya.
Hasil penjualan opium 2011 mencapai USD 1,5 miliar, jumlah tersebut sepersepuluh dari pendapatan pemerintah Afghanistan, sedangkan hasil penjualan opium tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7 persen dibanding 2011  (hasil survei UNODC, 2011).

Harga opium naik sejak tahun 2010 dikarenakan kegagalan panen akibat serangan jamur.
Produksi opium terbesar di Afghanistan tersebar di lima provinsi yaitu Badghis, Farah, Helmand, Kandahar, dan Uruzgan, wilayah tersebut merupakan yang paling tidak aman di Afghanistan.

Wilayah penanaman

Gubernur Propinsi Nangahar atau salah satu provinsi di Afghanistan,berhasil memberantas penanaman opium dan mengubahnya menjadi pertanian lain yang menguntungkan.  Untuk hal ini orang menamakannya revolusioner, karena selama ini tidak ada satu pun cara yang bisa menghentikan perdagangan opium yang sangat menguntungkan itu.
Dua peneliti Belanda, Tom Kramer dan Martin Jelsma, mengikuti kebijakan narkoba Afghanistan dengan seksama, atas permintaan Institut Transnasional di Amsterdam. Mereka mengenal wilayah Afghanistan itu dengan baik, dan tidak begitu yakin bahwa metoda revolusioner sang gubernur akan berhasil.
Beberapa tahun terakhir sang gubernur meminta penduduknya untuk tidak menanam opium lagi. Setelah berunding dengan para kepala desa, ia menawarkan bantuan sebagai gantinya, dalam bentuk uang, dan dalam bentuk program bantuan.
Apakah ini kisah sukses, masih dipertanyakan, yang penting adalah jalan keluar untuk jangka panjang.
Tom Kramer: “Saya pernah berkunjung ke sini dua tahun lalu. Ketika itu tanah-tanah ladang ini penuh dengan tanaman opium. Sekarang semuanya hilang … Yang penting adalah jalan keluar untuk jangka panjang ...” ujarnya.

Pemberantasan dan harga yang naik

Sekitar 90 persen opium di seluruh dunia dipasok dari Afghanistan.  Laporan yang diberi judul Afghan Opium Survey for 2011 menyebutkan nilai opium Afghanistan naik 133 persen.
Dalam keadaan tersebut, seharusnya petani Afghanistan berkantung lebih tebal jika harga opium naik, seperti dalam laporan PBB dimana panen tahun 2012 diperkirakan bernilai sekitar 1,4 miliar dolar atau sekitar 9 persen dari  produk domestik bruto (PDB) negara itu.  Harga opium naik sejak tahun 2010 karena panen gagal akibat serangan jamur.
Penghancuran ladang poppy dilakukan dalam dua tahap yaitu batang opium ditebang (supaya tidak bisa ditanam kembali) dengan tongkat lalu areal dibajak.
Badan PBB yang menangani masalah narkotika dan kriminal menyebutkan opium membantu pendanaan Taliban dan menyebabkan korupsi di Afghanistan : "Opium adalah bagian dari ekonomi Afghanistan,". 
Wilayah perkebunan bunga opium yang terkena penyakit jamur pada tahun 2010 diperkirakan sudah pulih.  Berdasarkan survei tahun lalu menyebutkan bahwa kemungkinan petani menanam opium lebih banyak mengingat harga yang terus meroket.
Produksi opium terus meningkat sejak Amerika Serikat menginvasi Afghanistan tahun 2001, dimana kelompok militan menggunakan uang hasil penjualan opium ini untuk pembelian senjata dan amunisi.

Petani opium
Beralih ke bunga mawar
Salah seorang petani yang punya lahan pertanian di salah satu bukit yang mengelilingi desa Afghanistan, 30, pria energik, mulai menanam opium ketika masih muda.
Sekarang dia menanam bunga mawar, dari kelopak bunga tersebut dibuat minyak untuk industri parfum di Barat. Walaupun beberapa tetes minyak mawar bisa dijual dengan harga tinggi, tetapi penghasilan berupa ladang opium jauh lebih baik.  “Ya, ya… opium menghasilkan uang lebih besar,” ujarnya, selain itu ia tidak pernah menerima uang kompensasi yang dijanjikan.
Sang gubernur memang membagi-bagikan jutaan dolar Amerika, tapi para pegawai negeri yang korup di desa Pucha Kala lebih senang mengumpulkannya untuk kantong sendiri.
Kedua peneliti Belanda ini cemas petani tersebut akan kembali menanam opium, kalau perlu secara diam-diam, tetapi petani Afghan ini menggelengkan kepalanya dengan takut.
“Kami tidak melakukan itu. Aturannya sangat ketat. Pemerintah telah memperingatkan akan membakar rumah saya dan saya bisa didenda hingga 20.000 dolar,” ujarnya
Tambah makmur
Kelihatannya petani ini menjadi korban kebijakan anti-opium, tetapi desa tempat tinggalnya tidak kelihatan miskin. Banyak binatang peliharaan berkeliaran dan anak-anak juga berlarian dengan bebas.
Pakar Belanda Martin Jelsma menjelaskan: “Ini sebuah contoh desa di mana para petani tidak menerima kompensasi yang dijanjikan. Sementara sang gubernur menjanjikan uang tiga ratus dolar apabila mereka berhenti menanam opium. Penghasilan mereka memang berkurang drastis, tetapi desa ini jelas memperoleh keuntungan dari proyek-proyek kemasyarakatan yang dijalankan, misalnya listrik dan pompa air. Taraf kehidupan mereka memang jelas membaik, tetapi tidak otomatis memberikan penghasilan yang lebih besar untuk keluarga petani. Ini contoh suatu desa yang berhasil. Terutama karena desa ini terletak di wilayah subur dan ada cukup air. Sementara desa-desa lain jauh menderita.”

Kembali lagi
Perkebunan opium di Uruzgan masih terus dilakukan, di sini lahan-lahan pertanian opium tidak dibakar habis dan proyek rencana tumbuhan lain belum juga dilaksanakan.
Sedangkan di wilayah tiga provinsi di Afghanistan dengan wilayah seluas 100 hektar menyatakan bebas opium, tetapi kini menanam kembali yakni Kapisa di timur, Baghlan dan Faryab di utara.
Banyak dari penduduk Afganistan menanam opium dan ini mungkin adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup dari tahun ke tahun, alternative lain untuk bertahan antara lain menanam tanaman lain atau mulai bekerja dengan pergi ke Taliban, atau kelaparan.
Dengan kehilangan segalanya, banyak orang memilih pilihan kedua yaitu bergabung dengan Taliban, dimana  Taliban ini sering datang ke desa-desa dan merekrut anggota baru. Namanya juga orang yang putus asa, siap untuk apa pun juga ...
Pemberantasan dilakukan dengan mengerahkan polisi namun pada kenyataannya hanya sekitar setengah dari ladang yang ada .
Menurut beberapa tentara Amerika, program AS saat ini untuk memerangi perdagangan narkoba Afghanistan yang berfokus pada penghancuran ladang opium adalah 'buang uang', karena di satu sisi, penghancuran ladang opium hanya akan mematikan penghasilan rakyat Afganistan, yang akhirnya memaksanya bergabung dengan tentara Taliban.
Program baru bertujuan untuk menciptakan kondisi dengan kesadaran untuk menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan.
NATO percaya bahwa masalah produksi narkoba di Afghanistan harus diselesaikan sangat hati-hati sehingga tidak kehilangan loyalitas penduduk setempat. Kita tidak bisa menghilangkan orang-orang yang tinggal di negara kedua termiskin di dunia dengan satu-satunya sumber pendapatan tanpa memberikan mereka alternatif lain.
Hal ini telah dilakukan dengan alternatif seperti disebutkan di atas, namun lebih dari setengah dari ladang opium tetap tak tersentuh.  Sebenarnya untuk menemukan ladang opium relative sangat mudah karena hampir semua lereng misalnya di sekitar Faizabad ditanami tanaman ini yang terlihat seperti rumput kecil dengan luas beberapa puluh meter.
Mengingat bunga poppy adalah merupakan sumber pendapatan untuk kebanyakan petani maka pernah terjadi kasus yaitu ketika ladang ditebang oleh polisi bersenjata mereka ditembaki ditembaki oleh para petani.

Dana bantuan untuk pemberantasan
Beberapa juta dolar dana AS bagi Afghanistan telah  dialokasikan untuk menghancurkan dengan memeranginya tanaman opium.  Sedangkan UNODC akan mengucurkan USD  117 juta untuk mensukseskan program pemberantasan obat-obatan terlarang di Afghanistan.

Solusi?
Direktur Penanganan Narkoba UNODC secara khusus mengunjungi  Presiden Afghanistan Hamid Karzai (29/5/ 2012), yaitu untuk mencari solusi mengatasi peningkatan produksi obat-obatan terlarang yang tidak harus dilakukan oleh departemen pemerintah saja tetapi oleh semua aparat pemerintah.  Dalam pertemuan itu, Fedotov mengatakan bahwa Afghanistan pada 2011 tidak berhasil memberantas produksi opium di negaranya.

Apa jawaban sang presiden?
"Pemerintah Afghanistan selalu disalahkan sementara orang lain yang mendapat keuntungan. Anda tahu bahwa mustahil bagi pemerintah Afghanistan menghentikan pertumbuhan tanaman tersebut," ungkapnya.

Catatan : Begitulah nasib dan dilema dari petani barang illegal.

SELESAI
Bacaan sebelumnya : Bagian 1

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber : forum.vivanews.com 2012/4/2012; erensdh.wordpress.com/2009/11/28; beritasatu.com  2012/1/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar