Minggu, 22 April 2012

Tumbuhan Hutan (3) : Pohon Salam, Tidak Hanya Sekedar untuk Penyedap Masakan


Salam (Eugenia polyantha) adalah merupakan  vegetasi berbentuk pohon yang sudah dikenal luas hanya karena daunnya banyak dimanfaatkan untuk penyedap masakan, namun sebenarnya lebih dari itu untuk pemanfaatannya.

Dalam tulisan ini pohon salam dimasukkan dalam kelompok tumbuhan hutan dikarenakan pohon ini adalah merupakan salah satu jenis vegetasi penyusun tegakan hutan tropis Indonesia dengan kegunaan kayunya antara lain memenuhi spesifikasi tehnik untuk keperluan kayu pertukangan maupun energy, walaupun pemanfaatan daunnya telah dikenal sebagai bahan penyedap masakan.

Penyebaran
Tanaman salam (Eugenia polyantha W) identik dengan Syzigium Polyanthum, dengan nama lainnya yaitu gowok (sunda), ubar serai (melayu), meselengan (sumatera), Indonesian bay-leaf atau Indonesian laurel (bahasa inggris), salamblatt (jerman) adalah termasuk famili Myrtaceace yang tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1300 m diatas permukaan laut. Tersebar mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpi (di Thailand), Heyne (1987), kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah. Di samping itu salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan hutan rakyat (hutan hak), terutama untuk diambi! daunnya.

Morfologis
Pohon
Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan diameter 60 cm. Pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.
Buah
Buah buni membulat atau agak tertekan 0 12 mm, bermahkota keping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak.
Kayu
Kayu teras berwarna kuning kelabu, coklat zaitun, coklat emas sampai coklat kemerahan atau coklat keungu-unguan, dengan batas yang tidak tegas.

Kegunaan
Kebanyakan bagian dari pohon salam yang dimanfaatkan oleh masyarakat selama ini baru daunnya saja yang diperuntukan sebagai penyedap bumbu masakan.  Selain itu mungkin sudah dikenal pemanfaatan, yaitu kulitnya sebagai salah satu bahan pewarna alami untuk tekstil, jaring maupun anyaman bambu. Buahnya selain sebagai obat juga merupakan salah satu makanan burung.
Daun salam liar (di hutan) hampir tak pemah dipergunakan untuk masakan karena selain baunya sedikit berbeda dan kurang harum juga menimbulkan rasa agak pahit.
Namun dari segi kekuatan kayu mungkin dapat juga diperhitungkan dari segi keawetan dan ketahananannya, sampai sekarang belum dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan besar, oleh karena itu dalam tulisan ini pohon salam dimasukkan dalam Tumbuhan hutan.

Riap
Pohon salam yang ditanam secara monokultur pada tanah subur di Pulau Jawa umur 7 tahun mempunyai riap rata-rata tahunan dapat mencapai 21,5 m3 per hektar, ditempat lain pada umur 8 tahun dapat menghasilkan kayu log bebas cabang sebanyak 9,1 m3 per hektar pada jarak tanam 2 x 3 m dan pada umur 17,5 tahun yang ditanam dengan jarak 1 x 2,5 m menghasilkan kayu gelondongan sebanyak 7.4 m3 per hektar. Jenis yang sama pada hutan alam di Riau riap rata-rata tahunannya dapat mencapai 10.5m3 per hektar. (Anas Badrunasar dalam Al-Basia 2010)

Teknik Perbanyakan
Pembiakan
Salam berbunga dan berbuah hampir di sepanjang tahun. Pohon ini mudah diperbanyak dengan biji atau stek.
Pohon salam dapat dibudidayakan dengan berbagai cara baik dengan biji, stek maupun dengan cara cangkokan. Buah salam dapat diperoleh dari bawah tegakan tua. Viabilitas benih akan cepat menurun setelah 4-5 minggu. Teknik perbanyakan dengan biji sebagai berikut: Buah segar langsung ditaburkan pada bedeng tabur bernaungan dengan media tanah, kemudian ditutup dengan pasir halus. Benih akan mulai berkecambah pada minggu 1-3 setelah penaburan dan akan lengkap setelah 5-12 minggu. Semai bisa dipindah ke lapangan setelah batangnya mengeras.
Penanaman
Teknik penanaman (misalnya untuk hutan tanaman) menggunakan jarak tanam yang umum adalah 2 x 3 m, dengan jarak tanam tersebut diharapkan pertumbuhan batangnya akan lurus dan sedikit percabangan.
Pohon salam dapat,ditanam secara campuran, diantaranya S. polyantha dengan T. Grandis, S.polyanthum dengan Pinus spp., S. polyantha dengan Agathis spp, dan S. polyantha dengan Albizia procera Roxb.

Hama
Hama yang menyerang S. polyanthum di Indonesia adalah kumbang penggerek batang (Argyroploce mormopa), Coccus viridus (pengisap getah), kutu Acarina dan Alddes patruelis (ulat penggerek pucuk daun). Rayap merupakan serangga paling parah serangannya pada semai S. polyantha dan serangga lainnya termasuk semut pohon merah (Oecophylla smaragdina) dan Salssetia eugeniae.

Pemanfaatan
(1). Kayu
Harga kayu gergajian S. polyantha di penggergajian kayu rakyat di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya berkisar antara Rp. 1.250.000 - Rp, 1.500,000,- per meter kubik. Kegunaan dari kayu ini sesuai dengan spesifikasinya, seperti ; Berat jenis 0,64 (0,57-0,72), kelas awet III dan dan kelas kuat 111. Kelas awet dan kuat dari kayu S, polyantha setara dengan kayu komersil yang sudah lama dikenal dipasaran, seperti : bintangur (Calophyifum spp.), mahoni (Swietenia spp.), Merawan (Hopea spp.), Sungkai (Peronema canescens Jack) dan Gopasa (Vitex cofassus Reinw.).
Kayu dengan kelas awet dan berat jenis (Bj) seperti kayu salam dikategorikan keawetannya sedang.
Artinya, kayu yang berkeawetan sedang jika ditempatkan pada keadaan yang selalu berhubungan dengan air, kayu tersebut akan bertahan selama 3 tahun, tetapi jika dipergunakan dibawah pengaruh cuaca dan angin tetapi terlindung dari masuknya air dan udara, maka kayu tersebut bertahan sampai 10 tahun.
Jika kayu tersebut digunakan dibawah atap dan tidak berhubungan dengan tanah basah serta terlindung dari kekurangan udara maka kayu tersebut keawetannya sangat lama, apalagi dalam kondisi dibawah atap serta diberi perlakuan pengawetan dan pemeliharaan, maka keawetannya tak terbatas.
Kayu dengan kelas awet III, seperti kayu salam ini, termasuk rentan terhadap serangan rayap tanah, tetapi hampir tidak diserang oleh bubuk kayu. Berdasarkan spesifikasi tersebut maka penggunaan kayu salam cocok untuk konstruksi berat dan ringan, perabot rumah tangga, tiang telpon, kapal, jembatan, bantalan rel kereta api, papan serat, kayu lapis dan kayu energi.
(2). Daun
Penyedap masakan
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, balk untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi liwet. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Daun salam ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Untuk masak umumnya salam dipasarkan dengan lengkuas, demikian juga di pasar biasanya salam dijual disatukan dengan lengkuas.
Obat tradisional
Daun salam dapat dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit: antidiare, kencing manis (diabetes), mag, tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol. Khasiat yang dimiliki daun salam tidak dapat dilepaskan dari zat kimia yang dikandungnya.
Kandungan minyak
Salam mengandung minyak atsiri (zat antibakteri dan penetral racun) yang mudah menguap dan beraroma, serta tannin (sebagai zat astringent yang berfungsi melapisi dinding mukosa usus dari rangsangan isi usus).  Selain itu mengandung Etanol, methanol dan eugenol.
(3). Kulit
Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut.
(4). Buah
Buah salam dapat dimakan, rasanya manis-sepet. Air perasan dari buah salam yang sudah mantang dapat dijadikan penawar mabuk karena minuman beralkohol. Daging buahnya tipis dengan porsi biji lebih besar. Selain itu buah yang sudah tua (matang) merupakan salah satu menu makanan burung pemakan buah (biji).
Dimana si burung bisa mengambil manfaat dari buah pohon salam, sedangkan pohon salam memperoleh manfaat dan burung dalam hal penyebaran benih melalui kotorannya (faeces).

Aneka Resep Obat dari pohon salam
Diare
Ambil 15 lembar daun salam segar. Cuci bersih. Rebus dalam 2 gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Masukkan sedikit garam. Setelah dingin, saring, lalu minum air rebusan sekaligus
Kencing manis (Diabetes mellitus)
Ambil 7-15 lembar daun salam segar, cuci bersih. Rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Biarkan sampai dingin, lalu saring. Minum aimya sekaligus sebelum makanakukan 2 kali sehari.
Sakit Mag
Ambil 15-20 lembar daun salam segar. Cuci bersih. Rebus dalam setengah liter air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan gula enau secukupnya. Setelah dingi, minum ramuan sebagai teh. Lakukan setiap hari sampai rasa perih di lambung hilang.
Tekanan darah tinggi
Ambil 7-10 lembar daun salam, cuci sampai bersih. Rebus dalam 3 gelas air sampai bersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring. Minum air rebusan 2 kali sehari, masing-masing setengah gelas.
Kadar kolesterol
Sediakan 10-15 lembar daun salam segar. Cuci bersih, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai bersisa 1 gelas.Setelah dingin, saring.Minum air rebusan sekaligus di malam hari, Lakukan setiap hari.
Mabuk alkohol
Ambil segenggam buah salam masak, Cuci bersih, lalu tumbuk sampai halus. Peras dan saring airnya. Minum air yang terkumpul sekaligus.
Asam urat tinggi
Ambil 10 lembar daun salam segar, rebus dengan 4 gelas air hingga bersisa 2 gelas. Kemudlan saring. Minum selagi hangat.
Eksim
Ambil 10 lembar daun salam segar dan 25 gram kunyit.Tumbuk sampai halus, lalu tambahkan air sedikit dan garam secukupnya. Oleskan pada bagian kulit yang sakit.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : Al Basia Vol 7 (6/2010) Litbang Kehutanan.


Bacaan sebelumnya :
Tumbuhan Hutan : Pohon Gaharu, Ulin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar