BRICS adalah
merupakan perkumpulan lima negara berkembang yaitu Brasil, Rusia, India, China,
dan Afrika Selatan. Bagaimana
perkembangan dan kaitannya dengan Indonesia?
BRIC
Istilah BRIC
pertama kali diperkenalkan 2001 oleh Jim O'Neill, ekonom perusahaan keuangan
global Goldman Sachs.
(a). Ciri-ciri negara BRIC adalah jumlah penduduk
besar, tanah yang luas, dan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata. (b). Empat negara BRIC memiliki luas lebih dari
seperempat luas tanah di dunia, 40 persen jumlah penduduk dunia, dan sekitar 18
persen dari ekonomi dunia. (c). Afrika Selatan
sebenarnya tak masuk dalam kategori BRIC baik dari segi ukuran luas wilayah maupun
jumlah penduduk yang hanya sekitar 50 juta orang.
Konferensi negara
BRIC sudah dilaksanakan tiga kali. Konferensi pertama Juni 2009 di Rusia dan
kedua April 2010 di Brasil. Pada 14
April 2011 di kota Sanya-China (menjadi BRICS).
BRICS
dan G-7
BRICS taerdiri
dari lima negara berkembang yaitu Brazil, Russia, India, China, dan South
Africa. Huruf "S" baru tahun 2011 ditambahkan pada akronim BRIC.
Dimasukkannya Afsel
adalah atas undangan China yang mungkin beranggapan secara politik penting
memasukkan negara termaju di Benua Afrika agar ide dan pemikiran konferensi BRICS dapat
diterima oleh seluruh negara berkembang dan dunia internasional.
China saat ini
aktif membangun kerja sama politik, ekonomi, dan investasi di Benua Afrika
sebagai wilayah yang menjanjikan untuk jadi pemasok energi, bahan tambang, dan
bahan pangan masa depan,
Diperkirakan pada
2035 besarnya gabungan ekonomi BRIC akan mengalahkan gabungan ekonomi negara
maju G-7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Kanada, Italia).
Dengan melihat potensi kapasitas ekonomi negara BRICS di masa depan, menjadi
penting kita memerhatikan perkembangan forum BRICS, apakah ini akan menjadi
forum bergengsi yang menentukan arah percaturan kerja sama ekonomi dan politik
internasional ke depan.
Prediksi
perkembangan ekonomi
Perusahaan
konsultan Pricewaterhouse Coopers (PwC) tahun 2006 (The World in 2050)
memprediksi ekonomi tujuh negara berkembang (E-7) pada 2050 akan 50 persen
lebih besar daripada tujuh negara maju (G-7). E-7 meliputi BRIC ditambah
Meksiko, Indonesia, dan Turki.
Goldman Sachs awal
2011 membuat istilah "Growth Market" untuk menggambarkan delapan
negara dengan pertumbuhan paling dinamis, meliputi BRIC plus Meksiko, Korsel,
Indonesia, dan Turki. Jadi ada kesamaan antara sebutan negara E-7 dari PwC dan
sebutan Growth Market dari Goldman Sachs.
Ada pula istilah
yang dipakai Economist Intelligence Unit tahun 2009 di mana Indonesia masuk di
dalamnya, yaitu CIVETS (Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey, South
Africa) untuk menggambarkan enam negara berkembang dengan potensi pertumbuhan
tinggi.
Indonesia
dan perkembangannya
Indonesia tidak masuk
dalam konferensi BRICS, untuk hal ini tidak perlu risau karena :
(a). keanggotaan forum BRICS tampaknya bukanlah
suatu yang statis sehingga bisa saja negara berkembang dengan potensi pertumbuhan
ekonomi tinggi seperti Turki, Indonesia, ataupun Nigeria akan diundang masuk
menjadi anggota.
(b). Indonesia juga sudah masuk dalam forum
bergengsi negara G-20 yang saat ini menjadi penentu arah governance ekonomi makro global dan
sektor keuangan dunia.
(c). Potensi ekonomi Indonesia diakui dunia
internasional.
Untuk mewujudkan
prediksi perkembangan ekonomi yaitu :
(a). Berhubung sumber daya alam suatu saat akan
habis, Indonesia masa depan haruslah jadi negara yang ditopang sumber daya
manusia yang kuat di sektor pemerintah, swasta, wirausaha, parlemen, dan aparat
hukum.
(b). Di bidang infrastruktur lunak, peningkatan
kualitas pendidikan dan sarana kesehatan adalah penting.
(c). Mengganti budaya materialisme dengan budaya
prestasi dan inovasi sehingga sumber daya ekonomi digunakan secara produktif,
tidak dikorupsi.
(d). Membangun budaya yang mengutamakan
pencapaian prestasi, bukan kekayaan materialisme harus dibangun sejak dini.
(e). Di bidang infrastruktur fisik yang harus
dibangun adalah infrastruktur energi, pangan, dan jalur distribusi barang dan
transportasi umum sehingga terhubung seluruh pelosok Tanah Air.
(f). Kenaikan harga barang tambang dan perkebunan
telah meningkatkan ekonomi di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sehingga
diperlukan lembaga keuangan yang dapat menopang kegiatan perdagangan dan industri
di wilayah luar Jawa. Harus diciptakan
pusat-pusat pertumbuhan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa
Tenggara sehingga kegiatan ekonomi tak lagi terpusat dan membebani Jawa.
(g). Dibutuhkan keterlibatan investor swasta
(domestik dan asing) yang ditopang oleh industri perbankan serta pasar modal
yang kuat, sehat, dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Kepercayaan
investor asing di surat utang negara yang sudah mencapai Rp 200 triliun harus
dijaga.
(h). Keuangan pemerintah dan neraca pembayaran
harus terus dipertahankan sehat karena jika tidak akan membuat gejolak moneter
yang mengganggu aliran kredit sektor perbankan dan pasar modal.
(i). Dengan sistem desentralisasi seperti saat
ini, tugas koordinasi dan eksekusi bukan hanya di pundak pemerintah pusat,
melainkan juga pemerintah daerah. Di alam demokrasi, tugas perencanaan banyak
melibatkan lembaga perwakilan rakyat di pusat dan daerah. Pembebasan lahan, konversi penggunaan lahan,
izin dan anggaran pembangunan pelabuhan, pembangunan jalur kereta api,
pembangkit tenaga listrik, jalur pipa gas, dan sebagainya melibatkan birokrasi
pemerintah pusat dan daerah serta lembaga legislatif.
Tantangan terbesar
saat ini ada pada koordinasi dan komitmen pemerintah pusat, pemda, dan DPR.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber : Diedit
dan disarikan dari artikel “BRICS,
E-7, dan Indonesia” oleh Mirza
Adityaswara - Ekonom, Analis Perbankan dan Pasar Modal ada
Harian Kompas tanggal 27 April 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar