Selasa, 21 Desember 2010

Memanfaatkan Tongkol Jagung untuk Menghasilkan Listrik

Banyak cara untuk mengatasi krisis energy, mulai dari tanaman pangan hingga limbah bisa disulap sebagai energy alternative yang ramah lingkungan. Melalui program Tanoto Professorship Award, Herri Susanto, seorang profesor dari Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) pun melakukan penelitian penyempurnaan teknologi gasifikasi biomassa sebagai energi alternatif ramah lingkungan. Herri memanfaatkan limbah sekam padi, pelepah sawit, dan tongkol jagung.
Dari risetnya, gasifikasi biomassa ini menghasilkan bahan bakar gas yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar motor disel. Bisa juga digunakan untuk motor busi stasioner untuk menghasilkan listrik atau bahan bakar di tungku indistri, contohnya mesin pengeringan produk pertanian.
Dalam penjelasannya, akhir pekan lalu, Herri mengembangkan tehnik tar catalytic-cracking untuk menurunkan kadar tar dalam gas produsen sampai dengan tingkat yang diizinkan pada motor disel, 50mg/Nm.
Kemudian dia mengembangkan teknik pembersihan gas produsen dengan absorben minyak yang diyakini jauh lebih efektif dari pada metode konvensional dengan absorben air.
Selain itu, Herri merancang unit gasifikasi biomassa untuk diaplikasikan sebagai sumber teknologi penyediaan energi perdesaan di beberapa daerah. Salah satunya adalah satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Gasifikasi Janggel, di area kebun sawit di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Dua unit PLTD Gasifikasi juga akan dipasang di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Di kawasan ini bakal dimanfaatkan pelepah sawit sebagai bahan baku biomas¬sa dan satu unit grasifikasi untuk usaha pakan ayam CV Sejahtera di Suralaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.
Herri menuturkan di PLTD Janggel Pelaihari, dari tongkol jagung bisa menyuplai listrik 450 watt untuk 60 kepala keluarga. "PLTD bisa menghemat 40% solar. Proyeksinya tahun 2025 kita akan optimalkan sekitar 50% biomassa bisa mengisi 5% konsumsi energi nasional," jelasnya. la menambahkan, untuk membuat mesin gasifikasi biomassa telah menghabiskan Rp220 juta.


Untuk menghasilkan energi 1 kWh diperlukan 1,4-2 kg tongkol jagung per jam, sedangkan sekam padi bisa mencapai 2-3 kg. Dia mencontohkan emisi solar yang mencapai 0,47 kg/kWh dengan menggunakan bio¬massa mampu menekan emisi hingga 0,37 kg /kWh.
Dalam kesempatan itu, Program Director Tanoto Foundation, Ratih Loekito mengungkapkan, pihaknya membiayai riset gasifikasi biomassa tersebut.
Biayanya Rp l,2 miliar selama tiga tahun. "Masih sedikit yang memperhatikan riset dasar seperti ini. Kegiatan semacam ini untuk menggiatkan para doktor melakukan riset dan memberi manfaat tinggi kepada masyarakat.' ungkapnya.
Keterangan Gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber kutipan : Harian Media Indonesia, 15 Nopember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar