Dikemas oleh Isamas54
AIDS atau acquired immune deficiency syndrome merupakan penyakit yang timbul akibat terserangnya sistem kekebalan tubuh oleh virus HIV (human immunodeficiency virus). HIV/AIDS masih menjadi penyakit mematikan di dunia.
Batasan dan pengertian
HIV adalah singkatan ’human immunodeficiency virus’, merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya sehingga tubuh mudah terserang (rentan) terhadap berbagai penyakit.
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
ODHA adalah merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS.
MDGs (Milenium Development Goals) merupakan penentuan strategi dan upaya pencapaian tujuan-tujuan pembangunan millennium dimana antara lain penanganan HIV/AIDS sudah menjadi komitmen global dan masuk dalam pencapaian millennium pada tahun 2015.
Peringatan Hari HIV/AIDS sedunia dilakukan pada setiap tanggal 1 Desember.
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh yaitu ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Gejala
Orang yang terinfeksi HIV sebagian besar tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal.
Pada tahap awal terkena infeksi, virus ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun atau muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.
Gejalanya baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu, yaitu mengalami sakit kepala yang berat, demam, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.
Gejalanya baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu, yaitu mengalami sakit kepala yang berat, demam, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.
Waktu dan gejala ini kadang berbeda dimana untuk beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion (pembentukan antibodi akibat HIV) yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Pada stadium lanjut gejala HIV memperlihatkan kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan, batuk kering, demam berulang atau berkeringat saat malam hari, kelelahan, diare yang lebih dari seminggu, kehilangan memori, depresi dan juga gangguan saraf lainnya.
Tahapan penyakit
Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan cepat dan akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehinggga orang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil.
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut, dimana kasusnya yaitu sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berikut:
Tahap I : penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
Tahap II : meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh
Tahap III : meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru.
Tahap IV: meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi).
HIV berkembang menjadi AIDS
Lamanya HIV berkembang menjadi AIDS dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
Cara penularan
HIV AIDS atau penyakit yang belum bisa disembuhkan dan belum ada obatnya sehinggga hal ini sangat penting untuk diketahui cara-cara penularannya yaitu melalui cairan ditubuh penderita HIV AIDS.
Penularan terjadi melalui virus HIV yang berada dalam cairan tubuh manusia.
Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Jadi penularan melalui ciuman tidak terjadi (tapi ingat jangan sembarang cium azza).
1. Hubungan seks yang tidak aman
Orang yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang keluar maka bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks (terutama melalui anus/anal). Perilaku ganta-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat berisiko. Lakukan hubungan seks yang aman.
2. Penggunaan bersama jarum suntik
Jarum suntik yang sudah dipakai bisa mengandung cairan dari pemakainya. Kebiasaan seperti ini yang banyak digunakan oleh pemakai narkoba, padahal seharusnya jarum suntik hanya untuk sekali pakai (termasuk pada perawatan kesehatan).
3. Transfusi darah
Penularan melalui transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat.
4. Antara ibu dan bayi
3. Transfusi darah
Penularan melalui transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat.
4. Antara ibu dan bayi
Ibu hamil yang punya penyakit HIV berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa hamil, bersalin dan menyusui.
Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI.
Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen.
Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu hamil, maka semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral). Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa kehamilan.
5. Melalui luka
Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI.
Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen.
Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu hamil, maka semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral). Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa kehamilan.
5. Melalui luka
Terjadinya luka akibat pemakaian benda yang bersamaan seperti silet, pisau cukur juga bisa menularkan HIV. Jadi hindari penggunaan barang-barang seperti itu bergantian, lebih baik punya sendiri, kecuali benda-benda itu sudah disteril.
Menghantui dunia
Penyakit akibat infeksi virus HIV/AIDS ini pada awalnya lebih dikenal karena perilaku seks bebas ini juga telah menjadi salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah.
Penyakit AIDS pertama sekali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981 oleh CDC Amerika Serikat yang menemukan pneumonia pneumositis pada lima pria homoseksual di Los Angeles. Sejak saat itu teridentifikasi bahwa penyebabnya adalah human immunodeficiency virus (HIV). Sampai sekarang atau sudah lebih dari 30 tahun perjalanan kasus penyalit HIV/AIDS ini menghantui dunia kedokteran dan masyarakat dunia dikarenakan penyakit ini belum ditemukan obat penyembuhnya.
Bersambung ke HIV/AIDS (2)
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber :www.aidsindonesia.or.id dan www.detikhealth.com 2010/12/06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar