Jumat, 14 Juni 2013

Lansia : Senja Kehidupan Berlabuh di Margaguna


Alangkah indah menikmati senja kehidupan bersama keluarga yang penuh kasih sayang. Namun, jalan hidup mengantar Rutioh (69) ke bangunan tak pernah sepi penghuni di Jalan Margaguna, Jakarta Selatan.
Oleh : Indira Permanasari dan Iwan Setyawan


Sudah lima tahun Rutiah menghuni Bangsal Mawar, salah satu bangsal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia (PSTW) 4. Bangsal Mawar berisi belasan ranjang besi. Agak padat karena panti berkapasitas 100 penghuni itu disesaki 146 orang lanjut usia (lansia).

Suasana di salah satu barak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 di kawasan Margaguna-Jakarta (11/4).  Di panti ini ada 146 warga berusia lanjut yang tinggal dan mendapatkan pembinaan. Sebagian besar dari mereka telantar dan keberadaan keluarga mereka tidak jelas.
Namun, setidaknya, langit-langit tinggi dengan kipas angin, cat putih bersih, serta jendela-jendela besar membiarkan udara dan sinar matahari mengaliri ruangan itu. Berbeda de­ngan emper toko di Jatinegara yang pernah menjadi "kamar tidurnya" sampai petugas penertiban menjemput dan mengirimnya ke panti.
Rutiah yang renta pergi ke Jakarta menumpang kereta hanya berbekal pakaian. "Di desa sulit mendapatkan uang," ujar perempuan asal Cirebon itu. Karena kemiskinan, Rutiah dan suami menyerahkan satu-satunya putri mereka untuk dirawat orang lain. Setelah suaminya yang kuli panggul sayur meninggal, Rutiah tinggal bersama ke­luarga kakaknya. Namun, kelu­arga itu tidak bisa lebih lama menanggungnya. "Modal habis dan tidak bisa tanam jagung. Tanah akhirnya disewakan, tetapi uangnya untuk mereka saja ti­dak cukup," tuturnya
Menjejakkan kaki di Jakarta, Rutiah memulai kehidupan baru. Satu-satunya pekerjaan yang didapat ialah mencuci piring di warung tegal dengan bayaran makan gratis. Rutiah juga memulung gelas bekas air kemasan yang dijual Rp 4.000 per ki­logram. Sehari dia bisa mengantongi Rp 10.000.
Tidak semua penghuni datang diantar petugas. Manisma (72) mendaftarkan diri menjadi warga panti. Gagal berumah tangga, Manisma terpaksa keluar dari rumah yang beratas nama istrinya Manisma mantan juru mesin dan juru masak kapal. Setelah tua dan tidak bekerja, dia jatuh miskin. "Saya mengumpulkan kayu bekas un­tuk dijual, tetapi sering ditipu. Akhirnya tidak sanggup membayar kontrakan Rp 400,000 setiap bulan," ujar pria asal Gombong yang tak mempunyai anak

Rentan eksploitasi
Kepala PSTW Budi Mulia 4 R Yanti Affiyanti mengatakan, sebagian besar penghuni panti berasal dari sejumlah daerah di luar Jakarta. Mereka mengemis atau menggelandang, kemudian diantar petugas dinas sosial ke panti.  Di jalanan, orang lansia rentan "dimangsa" orang yang ingin memeras keuntungan. Warti (70), misalnya, Kamis (12/4), bertutur, saat tengah berjalan-jalan di kampungnya di Tegal, seorang pemuda menghampiri dan mengajak dia mencari uang di Jakarta Perempuan itu lalu dibawa ke Jakarta dan dikumpulkan dengan orang-orang lain.
"Saya diajari masak, tetapi ti­dak bisa, jadi dibentak-bentak, diguyur air. Terus saya disuruh mengemis di jalanan," kata perempuan yang terkena penertiban pada awal Februari lalu.
Kamis pagi itu, Warti ber­sama sembilan orang lansia lain bertemu psikolog. Psikolog Nelly Huserpuny memeluk dan memegang tangan mereka sambil menggali latar kehidupan, termasuk keberadaan keluarga mereka Sorot mata mereka menyimpan rasa takut, panik, kadang liar. Ada yang mengira ditangkap polisi dan tidak akan bebas lagi, ada yang linglung, bahkan ada yang tidak ingat idenritas.
Yanti berkali-kali mendengar cerita keberadaan "koordinator" dan "perekrut" yang mengincar orang lansia. "Di kampung, pe­rekrut mengajak orang-orang tua ke kota untuk dijadikan pengemis. Ada yang sudah capek menjadi pengemis, tetapi ti­dak tahu harus berbuat apa dan takut dipukuli," Yanti bercerita
Terkadang, dalam kantong rahasia di pakaian kumal orang-orang tua itu terdapat uang. "Pernah ada yang membawa uang Rp 400.000 untuk disetor kepada bosnya," ujarnya.
Yanti dan petugas lain ber­kali-kali menghadapi orang yang mengaku keluarga orang lansia, tetapi tidak membawa bukti surat keterangan, identitas, ataupun kartu keluarga. Pernah ada yang mengancam dan memaksa membawa orang lansia dari panti. Saat ditanyakan kepada orang lansia, ternyata bukan keluarganya.

Jaminan sosial
Warti, Rutiah, dan Manisma hanya sebagian dari 2,3 juta warga lansia telantar di Indo­nesia yang dicatat Kementerian Sosial.
"Orang lansia yang waktu mudanya bekerja di sektor informal dan berpendapatan rendah rentan bermasalah di hari tua. Belum ada jaminan social yang melindungi," kata Ketua II Komisi Nasional Lansia Toni Hartono.
Begitu mereka tua dan tidak sanggup bekerja, kemiskinan menghampiri. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan Jaminan hari tua semakin dibutuhkan.  Kesejahteraan orang lansia merupakan keseimbangan peran negara, komunitas, dan keluar­ga. Selain Jaminan sosial, layanan seperti pendampingan perawatan di rumah dan komunitas penting agar kesehatan fisik dan mental orang lansia terjaga.
Kesejahteraan orang lansia merupakan sebuah tes bagi keberadaban sebuah kultur dan masyarakat. Indonesia tengah menghadapi ledakan warga lan­sia. Sebanyak 24 juta (9,77 persen) warga lansia tahun 2010 diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34 persen) dari total penduduk Indonesia tahun 2020.
Yanti merasakan betul sesaknya panti yang dipimpinnya "Penghuni selalu melebihi kapasitas. Ada rencana memperluas panti untuk menambah daya tampung," ujarnya.
Di panti, warga lansia makan, tidur, beribadah, berolahraga, dan berlatih keterampilan. Na­mun, tempat terbaik bagi orang lansia, kata Yanti, tetaplah di rumah agar mereka berinteraksi dengan orang-orang terdekat. "Kami sedapat mungkin mempertemukan dan mengembalikan mereka ke keluarga," ujarnya.

Hanya saja, warga lansia di Margaguna jarang sekali yang dicari keluarga mereka. Lebih banyak yang tinggal sampai ajal menjemput.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi (tambahan) yang diambil dari internet.
Sumber bacaan :  Kompas tgl 26 April 2012

Bacaan terkait :
Kakek-kakek perkasa
Nenek-nenek perkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar