Kamis, 26 Juli 2012

Jakarta ke-485 : Kota Metropolitan dengan Permasalahannya


DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dan merupakan kota metropolitan.  Ulang tahun Kota Jakarta dirayakan setiap tanggal 22 Juni.

Keadaan umum
(a).  Sejarah berdirinya Kota Jakarta dimulai ketika Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527.
(b).  Wilayah Kota Jakarta dialiri oleh 13 sungai yang bermuara di Laut Jawa dengan sekitar 24.000 ha (40%-nya) letaknya lebih rendah dari permukaan laut.
(c).  Penduduk Kota Jakarta saat ini kurang lebih 9,6 juta pada malam hari dan sekitar 12 juta jiwa pada siang hari.
(d).  Kota ini merupakan pusat pemerintahan, pusat bisnis dan juga pusat keuangan. Merupakan salah satu kota di Asia dengan jumlah masyarakat kelas menengah cukup besar.  Pada tahun 2009, 13% masyarakat Jakarta berpenghasilan di atas US$10 ribu per bulan dimana jumlah ini menempatkan Jakarta sejajar dengan Singapura, Shanghai, Kuala Lumpur, dan Mumbai.
(e).  Sebagai kota jasa (service city), maka kebutuhan atau pasokan pangan untuk penduduk yang jumlahnya tidak sedikit dan tingkat konsumsi rumah tangga yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu serta adanya keterbatasan wilayah (a.l bidang pertanian), maka hampir 98 persen kebutuhan pangannya dipasok dari daerah-daerah, bahkan tidak sedikit yang diimpor. 
Kependudukan
Berdasarkan data pada Perda No.1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012 (jakarta.go.id/web/news/2008/01) - Catatan : mungkin ada yang lebih baru lagi- yaitu :
Jumlah penduduk dalam periode 2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami penurunan. Tahun 2002 (8,50 juta jiwa) atau 12.664 penduduk/km2, tahun 2006 (8,96 juta jiwa) atau 13.545 penduduk/km2, dan dalam lima tahun ke depan jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta jiwa atau 13.756 penduduk/km2.
Laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42%/tahun, menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16%/ tahun, periode 2000-2005 dengan laju 1,06%/tahun.
Sepanjang periode 2002-2006 angka kematian bayi turun secara signifikan, yaitu dari 19,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 13,7 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006.
Dilihat dari struktur umur, penduduk Jakarta sudah mengarah ke ”penduduk tua”, artinya proporsi ”penduduk muda” yaitu yang berumur 0-14 tahun sudah mulai menurun.
Pada tahun 1990, proporsi penduduk muda masih sebesar 31,9% dan tahun 2006 proporsi ini menurun menjadi 23,8%.  Sepanjang tahun 2002-2006, proporsi penduduk umur muda tersebut relatif stabil, yaitu sekitar 23,8%. Sebaliknya proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) naik dari 1,5 persen pada tahun 1990, menjadi 2,2 persen pada tahun 2000. Tahun 2006, proporsi penduduk usia lanjut mengalami kenaikan menjadi 3,23 persen.
Dengan penurunan angka kelahiran total dari 1,56 pada tahun 2000 menjadi 1,53 pada tahun 2006, maka terlihat faktor dominan yang mempengaruhi pertambahan jumlah penduduk adalah turunnya angka kematian bayi disamping migrasi dalam jumlah yang cukup besar karena pengaruh daya tarik Kota Jakarta sebagai pusat administrasi pemerintahan, ekonomi, keuangan, dan bisnis.
Kenaikan penduduk lansia mencerminkan adanya kenaikan rata-rata usia harapan hidup, yaitu dari 72,79 tahun pada tahun 2002 menjadi 74,14 tahun pada tahun 2006.
Kendaraan bermotor
Jumlah kendaraan di Jakarta pada tahun 2007 sebanyak 5,8 juta unit (2,2 juta mobil dan 3,6 juta motor), pada tahun 2008 sebanyak 6,3 juta unit (2,3 juta mobil dan 4 juta motor), pada tahun 2009 sebanyak 6,7 juta unit (2,4 juta mobil dan 4,3 juta motor), pada 2010 sebanyak 7,29 juta unit (2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor) serta pada tahun 2011 sebanyak 7,34 juta unit (roda empat 2,5 juta unit dan kendaraan roda dua hampir 5 juta unit).

Permasalahan dan upaya
Kompleksitas masalah, keterbatasan pembiayaan, benturan regulasi hingga disiplin pengguna jalan dibutuhkan waktu yang tidak sebentar harus komprehensif.  Adapun permasalahan yang dihadapi kota Jakarta sebagai kota Metropolitan antara lain : banjir, kemacetan,

(1).  Banjir dan rob
Pemprov DKI Jakarta sudah dan terus melakukan upaya pengendalian banjir secara struktural dan non struktural yang mengacu pada rencana induk penanganan banjir di Jakarta tahun 1973,  yaitu : 
(a).  Pembangunan kanal
Melakukan pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) dan Kanal Banjir Barat (KBB) yaitu : KBT mulai dioperasikan tahun 2010 sepanjang 23,6 km dengan kapasitas 390 m3/dtk dan mampu mengendalikan daerah banjir seluas 16.500 ha, revitalisasi KBB sepanjang 17,4 km dengan kapasitas 370 m3/detik yang mampu mengendalikan daerah banjir seluas 7.5000 ha..
(b).  Pembangunan sheerpile.
Saluran Tubagus Angke/Kampung Gusti sepanjang 307 meter, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem drainase di 81 lokasi rawan genangan di jalan arteri dan tebing kali/waduk aliran barat sepanjang 350 m, serta pembersihan saluran/kali di 4 sungai dan di KBT.
(c).  Pembangunan sarana dan prasarana lainnya
Pada tahun 2011 dilakukan pembebasan lahan seluas 148,69 ribu m2 untuk pembangunan 4 waduk, pembangunan pompa Kramat Jati dengan kapasitas 2x 500 lt/dtk, pembangunan saluran gendong kali Cipinang sepanjang 700 m, pembangunan pintu air Muara Baru, perbaikan 12 pompa di 5 wilayah Kota Administrasi, serta pembangunan tanggul pengaman Pantai Cilincing sepanjang 224 m.
(d).  Pengerukan Sungai dan JCDS
Selain membangun KBT, Pemprov DKI mengupayakan pengerukan sungai dengan dana bantuan dari Bank Dunia senilai Rp 1,256 triliun atau US$ 139,64 juta. Program dengan nama Jakarta Emergency Dredging Inisiative (JEDI) ini menjadi proyek penanganan banjir berskala besar dan diperkirakan akan mengangangkat sekitar 30 juta metrik ton lumpur dari 13 sungai dan 4 waduk. 
(d).  Mengatasi rob
Untuk mengatasi banjir yang disebabkan limpasan air laut (rob) di wilayah pantai utara Jakarta, telah dibangun tanggul penahan air rob dan pemecah ombak di Marunda serta disiapkan sistem pengamanan darat dan juga pantai di kamal Muara.  Untuk jangka panjang, Pemerintah Provinsi DK1 Jakarta akan membangun tanggul laut yang disebut Jakarta Coastal Defence Strategy, Gagasan ini muncul sebagai langkah antisipasi untuk penyelamatan Jakarta bukan hanya untuk 10 tahun mendatang namun hingga ratusan tahun yang akan datang
(e).  Penataan tata ruang
Selain kondisi topografi, banjir yang terjadi di Jakarta tak lepas dari perubaban tata guna lahan, munculnya permukiman baru di hulu dan sepanjatig sungai, serta perubahan iklim global.

(2).  Kemacetan
Permasalahan
Penataan transportasi adalah tantangan kerja terberat sepanjang pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2007-2012 provinsi DKI Jakarta.
(a).  Sarana jalan
Problem utama transportasi di Jakarrta adalah rendahnya road ratio yaitu perbandingan luas jalan dengan luas wilayah, hanya 6,1%, jauh di bawah Tokyo dan London masing-masing 20% dan 25%. Minimal road ratio Jakarta 10%, namun ini tidak mudah dicapai. Akibat keterbatasan lahan dan lain sebagainya, ruas jalan hanya bisa tumbuh rata-rata 0,1% per tahun.
(b).  Pertumbuhan Kendaraan
Disisi lain, jumlah kendaraan bertambah 10% per tahun. Total sudah mencapai 8 juta unit, belum termasuk kendaraan penglaju dari luar Ja­karta sejumlah 2 juta unit, sehingga jalanan di Jakarta makin padat dan rawan macet.  Setiap hari bertambah sebanyak 1.068 sepeda motor dan 216 mobil.

Upaya mengurai kemacetan
Pembangunan transportasi di Jakarta mengacu Pola Transportasi Makro yang ditetapkan dalam SK Gubernur No 133/2007.  Penataan difokuskan pada pembangunan transportasi umum dan pengembangan kapasitas jaringan jalan. Tulang punggung transportasi umum diarahkau pada pengembangan bus rapid transit (Busway), pembangunan light rail transit (LRT) dan mass rapid tran­sit (MRT) disamping penataan angkutan umum lainnya.
(a).  Bus Rapid Transit (Busway)
Kinerja Busway (bus Transjakarta) terus meningkat. Dengan 11 koridor yang ada, jumlah penumpang naik dua setengah kali lipat (250%) dari 46 juta pada 2007 menjadi 135 juta. Dengan penambahan armada menjadi 700 unit tahun ini, jumlah penumpang diproyeksikan mencapai 15 juta.
(b).  Mass Rapid Transit (MRT)
Peluang Pemprov DKI menggarap proyek ini muncul setelah pemerintah pusat merevisi UU No 13/1992 tentang Perkeretaapian menjadi UU No.23/20O7 yang mengizinkan badan usaha milik pemerintah daerah menyelenggarakan angkutan umum berbasis rel atau kereta api. Kiranya boleh dikatakan, revisi ini dilakukan atas inisiatif atau dorongan Pemprov DKI agar MRT bisa segera digarap.
Pemprov DKI segera merespon revisi itu dengan membentuk PT MRT Jakarta pada 2008 yang seluruh sahamnya dikuasai pemprov.
Pada 2009, diperoleh kepastian pinjaman dari JICA. Dana yang dibutuhkan untuk proyek ini sebesar Rp 16 triliun yang 83,3% dibiayai dari pinjaman JICA (Japan Inter­national Cooperation Agency) dan sisanya akan menggunakan APBD DKI Jakarta dan APBN.  Soft launching telah dilakukan Gubemur Fawzi Bowo April 2012 lalu. Pembangunan tiang pancang dijadwalkan awal 2013 dan MRT beroperasi 2016 dengan kapasitas angkut 420.000 penumpang per hari.  Masalah MRT lebih lanjut dapat dilihat di sini.
(c).  Angkutan Umum lainnya.
Pembenahan angkutan umum lainnya seperti Mikrolet, Kopaja dan Metro Mini juga terus dilakukan.  Pemprov DKI tengah menunggu payung hukum dari Pemerintah Pusat untuk bisa melakukan revitalisasi angku­tan ini. Ke depan, pengelolaan ang­kutan umum di Jakarta tidak boleh lagi dilakukan secara orang per orang, harus melalui badan usaha. Pemprov DKI juga tengah mempersiapkan revitalisasi jalur lingkar luar kereta api peninggalan Belanda yang kini tidak aktif, Proyek ini disiapkau untuk makin memperkuat moda an­gkutan berbasis rel di Jakarta.
(d).  Jaringan Jalan.
Untuk menambah jaringan jalan, selama pelaksanaan RPJMD 2007-2012, tidak kurang dari 6 fly over dan underpass 6 jalur missing link, 14 jembatan, penambahan luas jalan di berbagai wilayah, Dalam waktu dekat ini dua jalan layang non tol yaitu Kp, Melayu-Tn. Abang dan Antasari-Blok M juga akan segera beroperasi untuk mengurai kemacetan.
(e).  Upaya lainnya
Langkah-langkah lainnya atau yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan yang telah disebutkan yaitu untuk mengatasi kemacetan di Jakarta antara lain penambahan jalur kereta sampai ke pusat-pusat mobilitas, sarana transportasi terpadu Jabodetabek, pengendalian jumlah kendaraan, kebijakan perparkiran, dlsb.

(3).  Lingkungan dan pelayanan
Permasalahan lainnya di Kota Jakarta adalah lingkungan kumuh, gembel dan pengemis (gepeng), serta pelayanan untuk kepentingan umum (kesehatan, dlsb). Yang secara bertahap terus dibenahi.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber a.l :  jakarta.go.id/web/news/2008/01, megapolitan.kompas.com/read/2011/12/14 dan Media Indonesia tgl  22 Juni 2012

Bacaan terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar