DKI Jakarta
merupakan ibu kota negara Indonesia dan merupakan kota metropolitan. Ulang tahun Kota Jakarta dirayakan setiap
tanggal 22 Juni.
Keadaan
umum
(a). Sejarah berdirinya Kota Jakarta dimulai
ketika Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa pada
22 Juni 1527.
(b). Wilayah Kota
Jakarta dialiri oleh 13 sungai yang bermuara di Laut Jawa dengan sekitar
24.000 ha (40%-nya) letaknya lebih rendah dari permukaan laut.
(c). Penduduk Kota Jakarta saat
ini kurang lebih 9,6 juta pada malam hari dan sekitar 12 juta jiwa pada siang
hari.
(d). Kota ini merupakan pusat pemerintahan, pusat
bisnis dan juga pusat keuangan. Merupakan salah satu kota di Asia dengan jumlah
masyarakat kelas menengah cukup besar.
Pada tahun 2009, 13% masyarakat Jakarta berpenghasilan di atas US$10
ribu per bulan dimana jumlah ini menempatkan Jakarta sejajar dengan Singapura,
Shanghai, Kuala Lumpur, dan Mumbai.
(e). Sebagai kota jasa (service city), maka kebutuhan
atau pasokan pangan untuk penduduk yang jumlahnya tidak sedikit dan tingkat konsumsi rumah tangga yang
terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu serta adanya keterbatasan
wilayah (a.l bidang pertanian), maka hampir 98 persen kebutuhan pangannya dipasok
dari daerah-daerah, bahkan tidak sedikit yang diimpor.
Kependudukan
Berdasarkan data pada
Perda No.1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
2007-2012 (jakarta.go.id/web/news/2008/01) - Catatan : mungkin ada yang lebih baru lagi- yaitu :
Jumlah penduduk
dalam periode 2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya
mengalami penurunan. Tahun 2002 (8,50 juta jiwa) atau 12.664 penduduk/km2,
tahun 2006 (8,96 juta jiwa) atau 13.545 penduduk/km2, dan dalam lima tahun ke
depan jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta jiwa atau 13.756 penduduk/km2.
Laju pertumbuhan
penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42%/tahun, menurun pada periode
1990-2000 dengan laju 0,16%/ tahun, periode 2000-2005 dengan laju 1,06%/tahun.
Sepanjang periode 2002-2006
angka kematian bayi turun secara signifikan, yaitu dari 19,0 per 1000 kelahiran
hidup tahun 2002 menjadi 13,7 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006.
Dilihat dari
struktur umur, penduduk Jakarta sudah mengarah ke ”penduduk tua”, artinya
proporsi ”penduduk muda” yaitu yang berumur 0-14 tahun sudah mulai menurun.
Pada tahun 1990,
proporsi penduduk muda masih sebesar 31,9% dan tahun 2006 proporsi ini menurun
menjadi 23,8%. Sepanjang tahun
2002-2006, proporsi penduduk umur muda tersebut relatif stabil, yaitu sekitar
23,8%. Sebaliknya proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) naik dari
1,5 persen pada tahun 1990, menjadi 2,2 persen pada tahun 2000. Tahun 2006,
proporsi penduduk usia lanjut mengalami kenaikan menjadi 3,23 persen.
Dengan penurunan
angka kelahiran total dari 1,56 pada tahun 2000 menjadi 1,53 pada tahun 2006,
maka terlihat faktor dominan yang mempengaruhi pertambahan jumlah penduduk
adalah turunnya angka kematian bayi disamping migrasi dalam jumlah yang cukup
besar karena pengaruh daya tarik Kota Jakarta sebagai pusat administrasi
pemerintahan, ekonomi, keuangan, dan bisnis.
Kenaikan penduduk
lansia mencerminkan adanya kenaikan rata-rata usia harapan hidup, yaitu dari
72,79 tahun pada tahun 2002 menjadi 74,14 tahun pada tahun 2006.
Kendaraan
bermotor
Jumlah kendaraan di
Jakarta pada tahun 2007 sebanyak 5,8 juta unit (2,2 juta mobil dan 3,6 juta
motor), pada tahun 2008 sebanyak 6,3 juta unit (2,3 juta mobil dan 4 juta
motor), pada tahun 2009 sebanyak 6,7 juta unit (2,4 juta mobil dan 4,3 juta
motor), pada 2010 sebanyak 7,29 juta unit (2,56 juta mobil dan 4,73 juta motor)
serta pada tahun 2011 sebanyak 7,34 juta unit (roda empat 2,5 juta unit dan
kendaraan roda dua hampir 5 juta unit).
Permasalahan
dan upaya
Kompleksitas
masalah, keterbatasan pembiayaan, benturan regulasi hingga disiplin pengguna
jalan dibutuhkan waktu yang tidak sebentar harus komprehensif. Adapun permasalahan yang dihadapi kota
Jakarta sebagai kota Metropolitan antara lain : banjir, kemacetan,
(1). Banjir dan rob
Pemprov DKI Jakarta
sudah dan terus melakukan upaya pengendalian banjir secara struktural dan non
struktural yang mengacu pada rencana induk penanganan banjir
di Jakarta tahun 1973, yaitu :
(a).
Pembangunan kanal
Melakukan pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) dan Kanal
Banjir Barat (KBB) yaitu : KBT mulai dioperasikan tahun 2010 sepanjang 23,6 km dengan kapasitas 390
m3/dtk dan mampu mengendalikan daerah banjir seluas 16.500 ha, revitalisasi
KBB sepanjang 17,4 km dengan kapasitas 370 m3/detik yang mampu mengendalikan
daerah banjir seluas
7.5000 ha..
(b).
Pembangunan sheerpile.
Saluran Tubagus Angke/Kampung Gusti sepanjang 307 meter,
pemeliharaan dan rehabilitasi
sistem drainase di 81 lokasi rawan genangan di jalan arteri dan tebing
kali/waduk aliran barat sepanjang 350 m, serta pembersihan saluran/kali di 4
sungai dan di KBT.
(c). Pembangunan sarana dan prasarana lainnya
Pada tahun 2011
dilakukan pembebasan lahan seluas 148,69 ribu m2 untuk pembangunan
4 waduk, pembangunan pompa Kramat Jati dengan kapasitas 2x 500 lt/dtk,
pembangunan saluran gendong kali Cipinang sepanjang 700 m, pembangunan pintu
air Muara Baru, perbaikan 12 pompa di 5 wilayah Kota Administrasi, serta
pembangunan tanggul pengaman Pantai Cilincing sepanjang 224 m.
(d).
Pengerukan Sungai dan JCDS
Selain membangun KBT, Pemprov DKI mengupayakan pengerukan
sungai dengan dana bantuan
dari Bank Dunia senilai Rp 1,256 triliun atau US$ 139,64 juta. Program
dengan nama Jakarta Emergency Dredging Inisiative (JEDI) ini
menjadi proyek penanganan banjir berskala besar dan diperkirakan akan mengangangkat sekitar 30 juta
metrik ton lumpur dari 13 sungai dan 4 waduk.
(d). Mengatasi rob
Untuk mengatasi
banjir yang disebabkan limpasan air laut (rob) di wilayah pantai utara Jakarta,
telah dibangun tanggul penahan air rob dan pemecah ombak di
Marunda serta disiapkan sistem pengamanan darat dan juga pantai di kamal
Muara. Untuk jangka panjang, Pemerintah Provinsi DK1
Jakarta akan membangun tanggul laut yang disebut Jakarta Coastal Defence
Strategy, Gagasan ini muncul sebagai langkah antisipasi
untuk penyelamatan Jakarta bukan hanya untuk 10 tahun mendatang namun hingga
ratusan tahun yang akan datang
(e). Penataan tata ruang
Selain kondisi
topografi, banjir yang terjadi di Jakarta tak lepas dari perubaban tata guna
lahan, munculnya permukiman baru di hulu dan sepanjatig sungai, serta perubahan
iklim global.
(2). Kemacetan
Permasalahan
(a). Sarana jalan
Problem utama
transportasi di Jakarrta adalah rendahnya road ratio yaitu perbandingan
luas jalan dengan luas wilayah, hanya 6,1%, jauh di bawah Tokyo dan London
masing-masing 20% dan 25%. Minimal road ratio Jakarta
10%, namun ini tidak mudah dicapai. Akibat keterbatasan lahan dan lain
sebagainya, ruas jalan hanya bisa tumbuh rata-rata 0,1% per tahun.
(b). Pertumbuhan Kendaraan
Disisi lain, jumlah
kendaraan bertambah 10% per tahun. Total sudah
mencapai 8 juta unit, belum termasuk kendaraan penglaju dari luar Jakarta
sejumlah 2 juta unit, sehingga jalanan di Jakarta makin padat dan rawan macet. Setiap hari bertambah sebanyak 1.068 sepeda
motor dan 216 mobil.
Upaya
mengurai kemacetan
Pembangunan
transportasi di Jakarta mengacu Pola Transportasi Makro yang ditetapkan
dalam SK Gubernur No 133/2007. Penataan
difokuskan pada pembangunan transportasi umum dan pengembangan kapasitas jaringan
jalan. Tulang punggung transportasi umum diarahkau pada pengembangan bus
rapid transit (Busway), pembangunan light rail transit (LRT) dan mass
rapid transit (MRT) disamping penataan angkutan umum lainnya.
(a). Bus Rapid Transit (Busway)
Kinerja Busway (bus
Transjakarta) terus meningkat. Dengan 11 koridor yang
ada, jumlah penumpang naik dua setengah kali lipat (250%) dari 46 juta pada
2007 menjadi 135 juta. Dengan penambahan armada menjadi 700 unit tahun ini,
jumlah penumpang diproyeksikan mencapai 15 juta.
(b). Mass Rapid
Transit (MRT)
Peluang
Pemprov DKI menggarap proyek ini muncul setelah pemerintah pusat merevisi UU No
13/1992 tentang Perkeretaapian menjadi UU No.23/20O7 yang mengizinkan badan
usaha milik pemerintah daerah menyelenggarakan angkutan umum berbasis rel atau
kereta api. Kiranya boleh dikatakan, revisi ini dilakukan atas inisiatif atau
dorongan Pemprov DKI agar MRT bisa segera digarap.
Pemprov DKI segera
merespon revisi itu
dengan membentuk PT MRT Jakarta pada 2008 yang seluruh sahamnya dikuasai
pemprov.
Pada 2009,
diperoleh kepastian pinjaman dari JICA. Dana yang dibutuhkan untuk proyek ini
sebesar Rp 16 triliun yang 83,3% dibiayai dari pinjaman JICA (Japan International
Cooperation Agency) dan sisanya akan menggunakan APBD DKI Jakarta dan APBN. Soft launching telah dilakukan Gubemur
Fawzi Bowo April 2012 lalu. Pembangunan tiang pancang dijadwalkan awal 2013 dan
MRT beroperasi 2016 dengan kapasitas angkut 420.000
penumpang per hari. Masalah MRT lebih
lanjut dapat dilihat di sini.
(c). Angkutan Umum lainnya.
Pembenahan angkutan
umum lainnya seperti Mikrolet, Kopaja dan Metro Mini juga terus dilakukan. Pemprov DKI tengah menunggu payung hukum
dari Pemerintah Pusat untuk bisa melakukan revitalisasi angkutan ini. Ke depan,
pengelolaan angkutan umum di Jakarta tidak boleh lagi dilakukan secara orang
per orang, harus melalui badan usaha. Pemprov DKI juga tengah mempersiapkan
revitalisasi jalur lingkar luar kereta api peninggalan Belanda yang kini tidak
aktif, Proyek ini disiapkau untuk makin memperkuat moda angkutan berbasis rel
di Jakarta.
(d). Jaringan Jalan.
Untuk menambah
jaringan jalan, selama pelaksanaan RPJMD 2007-2012, tidak kurang dari 6 fly over dan underpass
6 jalur missing link, 14 jembatan, penambahan luas jalan di berbagai
wilayah, Dalam waktu dekat ini dua jalan layang non tol
yaitu Kp, Melayu-Tn. Abang dan Antasari-Blok M juga akan segera beroperasi
untuk mengurai kemacetan.
(e). Upaya lainnya
Langkah-langkah
lainnya atau yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
permasalahan yang telah disebutkan yaitu untuk mengatasi kemacetan di Jakarta
antara lain penambahan jalur kereta sampai ke pusat-pusat mobilitas, sarana
transportasi terpadu Jabodetabek, pengendalian jumlah kendaraan, kebijakan
perparkiran, dlsb.
(3). Lingkungan dan pelayanan
Permasalahan
lainnya di Kota Jakarta adalah lingkungan kumuh, gembel dan pengemis (gepeng),
serta pelayanan untuk kepentingan umum (kesehatan, dlsb). Yang secara bertahap
terus dibenahi.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber
a.l : jakarta.go.id/web/news/2008/01,
megapolitan.kompas.com/read/2011/12/14 dan Media Indonesia tgl 22 Juni 2012
Bacaan terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar