Minggu, 22 Juli 2012

Ekologi-Humanisme dan Laut Tanpa Ikan


Sekitar 150 tahun lalu, berbagai insiden di laut yang tak terjelaskan, yang mengakibatkan rusaknya kapal, dijawab publik dengan "menciptakan" monster laut, se­perti kraken, Moby Dick, dan hantu laut.
Oleh : Brigita Isworo Laksmi

Jules Verne memberikan jawab dengan menuliskan Twenty Thousand Leagues Under the Sea yang terbit tahun 1867 di Perancis.
Verne bertutur tentang kehidupan di ke­dalaman laut. Dia "bersua" gurita raksasa dengan 10 tentakel yang kemudian diketahui memiliki delapan tentakel. Di kegelapan laut hidup paus raksasa Kapal Nautilus di bawah komando Kapten Nemo secara naratif menguak misteri dalam laut.
Di awal novel, Profesor Aronnax mengaku, "Kita sama sekali tidak tahu bagian terdalam laut." "Makhluk apa yang ada di sana, atau mungkin hidup di sana, di kedalaman dua belas (19 kilometer) atau lima belas mil (24 kilometer) di bawah permukaan air? Itu di luar pemikiran." (Twenty Thousand Leagues Under the Sea, Jules Verne).
Novel Verne merupakan inspirasi dan pegangan bagi ilmuwan serta peneliti kelautan. Penemu kapal Titanic, Robert D Ballard, saat remaja amat menggemari novel itu. Petualang laut, penemu peralatan selam, dan pembuat film kehidupan bawah laut Jacques-Yves Cousteau menyebut novel itu sebagai "kitab suci".
Air meliputi sekitar 70 persen permukaan bola Bumi "Bumi tampak biru ketika dilihat dari Bulan". "Laut amat signifikan untuk kehidupan Bumi bahkan 100 tahun ke depan," ujar Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Zainal Arifin.
Eksploitasi daratan meningkat pesat seiring dengan lahirnya era industri pada awal abad ke-18. Ekosistem dan lingkungan di darat telah terdegradasi dengan amat signi­fikan. Sementara itu, laut yang demikian luas dipandang sebagai sebuah entitas ekosistem yang tak tersentuh. Cara pandang terhadap laut, yang amat luas serta mengandung mis­teri, tetap sama: "laut tetap liar dan tak terjangkau perilaku manusia". Pendapat ten­tang laut nyaris tak bergeser karena perubahannya berlangsung demikian lambat. Ukuran ikan tangkapan, misalnya, baru bisa dibedakan setelah rentang puluhan tahun.
Sementara generasi muda mengabaikan cerita masa lalu karena mereka memiliki pengalaman sendiri (Newsweek, 14 Mei 2012).
Mereka menganggap biasa hal-hal yang "tak terbayangkan" pada dua generasi silam karena mereka tak memiliki fakta masa lalu.
Majalah Newsweek pertengahan Mei lalu menulis tentang buku karya Callum Roberts, ahli biologi konservasi laut dari University of York, Inggris, berjudul The Ocean of Life. Dia memperkirakan, jika tren saat ini berlangsung terus, 40 tahun atau 50 tahun lagi ikan akan "menghilang" dari laut.

Menguasai laut
Seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk, eksploitasi manusia akhirnya menguasai laut. Dampak perilaku manusia terhadap ekosistem dan lingkungan mulai menampakkan wajahnya di laut.
Ancaman terhadap laut datang dari berbagai lini. Yang pertama adalah overfishing, yang bisa berujung pada punahnya sejumlah spesies, termasuk spesies yang dilindungi. Ancaman lain adalah polusi berupa limbah beracun dan limbah padat dari daratan akibat kegiatan industri, rumah tangga, dan pertambangan. Ancaman mutakhir adalah pemanasan global yang memiliki dampak berantai terhadap kondisi kimiawi dan fisika laut serta mengancam sistem iklim.
Menurut buku Roberts, di beberapa lokasi, hewan besar seperti paus, dolfin, hiu, serta pan dan sejenisnya telah berkurang hingga 75 persen akibat overfishing. Sementara dalam setahun hanya ditemukan seekor penyu belimbing di Pasifik! Tahun 1962 ditemukan 20 ekor.
Penangkapan ikan sekarang juga telah mencapai kedalaman sekitar 1 kilometer di mana terdapat ikan-ikan besar. Padahal, reproduksi ikan di kedalaman tersebut lambat dan mereka berada di tengah sistem rantai makanan. "Jika rantai makanan di tengah terputus, predator di hulu rantai akan terancam hidupnya," tutur Zainal. Artinya, bisa terjadi kepunahan makhluk hidup di hulu rantai makanan.
Ukuran tangkapan yang mengecil dan jumlah tangkapan yang semakin sedikit merupakan indikator overfishing. Suplai perikanan tangkap, menurut Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan Riza Damanik, terus menurun. "Ini terjadi dalam lima dekade terakhir," ujarnya, sejalan de­ngan Roberts.
Fungsi laut sungguh beragam dan tak tergantikan. Laut menyerap sekitar 30 per­sen emisi karbon dioksida dari aktivitas ma­nusia. Penyerapan karbon dioksida ini, antara lain, dilakukan oleh diatom dan plankton yang berfotosintesis. Jika rantai makanan berakhir di plankton tanpa predatornya lagi, akan terjadi penimbunan jasad-jasad plank­ton dan diatom. Terjadi ram snow, diatom atau plankton mati turun ke dasar laut dan menjadi stok karbon. Pemanasan global akan berlanjut terus.

Humanisme ekologi
Penguasaan manusia atas alam yang se­makin masif, yang antara lain mengancam keberlanjutan kehidupan laut, didorong oleh perkembangan teknologi yang pesat. Dalam konteks kelautan, teknologi penangkapan ikan telah sedemikian maju dan semakin rakus.
Ketika ancaman ketidakseimbangan eko­sistem semakin nyata, diperlukan cara pandang baru. Cara pandang yang didasarkan pada kesadaran akan keterbatasan Bumi dan ekosistem di dalamnya.
Pada awal lahirnya, teknologi adalah untuk membantu memudahkan hidup manusia. Henryk Skolimowski dalam Living Philoso­phy, EcoPhilosophy as A Tree of Life mengingatkan pada frasa "teknologi adalah taktik untuk hidup".
Namun, dalam perkembangannya, tekno­logi modern, teknologi (dunia) Barat, telah melupakan fungsi dasar tersebut. Teknologi modern, tulis Skolimowski, telah gagal sebagai alat hidup. Sebaliknya, telah terbukti tidak produktif secara ekonomi dan secara ekologis menghancurkan.
Skolimowski lantas mencoba mengenalkan ekologi-humanisme yang antara lain, menempatkan manusia bukan sebagai penguasa dan pengakuisisi, melainkan sebagai penjaga dan pelayan (lingkungan). Di dalamnya terkandung kohesi (ikatan erat) antara manusia dan makhluk hidup lainnya.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi (tambahan) yang diambil dari internet
Sumber bacaan : Kompas tgl. 18 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar