Dikemas oleh
Isamas54
Gejala tindakan
orang yang mengalami depresi sering irasional dengan tingkatan bervariasi dari
mulai ringan sampai berat, tetapi depresi juga bisa bermanfaat. (lanjutan dari
Bagian 1).
Lanjutan
…
(7). Peragu dan Kanker
Penelitian
Dilakukan oleh tim
dari Stanford University School of Medicine dengan percobaan dilakukan terhadap
beberapa ekor tikus tanpa bulu di bawah paparan sinar ultraviolet (UV).
Metoda
penelitian
Peneliti
menempatkan tikus dalam kandang yang separuh terang dan separuh gelap, lalu
mengukur stres dengan mengukur berapa lama tikus-tikus itu menghabiskan waktu
di wilayah gelap dan terang. Selanjutnya, tikus-tikus diberi paparan sinar UV
tiga kali seminggu selama 10 minggu, yang cukup untuk memicu tumor pada tikus.
Hasil penelitian
Hasil penelitian
Kekebalan tubuh
tikus yang peragu dan memilih zona terang relatif kasar, sedangkan kadar chemokine
dan cytokine (zat kimia pelindung kekebalan terhadap tumor) lebih sedikit
bila dibandingkan dengan tikus yang berani memutuskan untuk menyerempet zona
gelap.
Kesimpulan: Orang
yang galau dan peragu berlebih berpotensi terserang penyakit kanker. (mediaindonesia.com/read/2012/04/28)
(8). Penyesalan dan Jantung
Keinginan
untuk kembali ke masa lalu yang diiringi dengan penyesalan berlarut-larut hanya
akan menuntun seseorang pada penyakit jantung. Meski begitu, penyesalan tetap
bermanfaat untuk mengevaluasi kesalahan.
Hasil penelitian
Hasil penelitian
(a). Penelitian dilakukan Dr Jos Brosschot dari
Universitas Leiden-Belanda : Salah satu jenis stress yang dikenal ruminasi
(kecenderungan merenungkan sesuatu berjam-jam atau bahkan berhari-hari tentang
kekhawatiran terhadap sesuatu sebelum itu terjadi) sangat merugikan kesehatan,
seperti risiko serangan jantung. Kondisi ini paling sering terjadi pada anak
muda, sedangkan pada umumnya orangtua sebaliknya yaitu lebih bisa berkompromi.
(b). Penelitian dilakukan profesor psikologi Leonard Martin dan Abraham K Tesser dari University of Georgia : ruminasi hanya bermanfaat jika berfokus pada mengoreksi kesalahan dan pencapaian tujuan, namun jika tak bisa mengendalikan sisi emosi hanya akan memperburuk tingkat stres dan kondisi kesehatan fisik. (mediaindonesia.com/read/2012/05/05)
(b). Penelitian dilakukan profesor psikologi Leonard Martin dan Abraham K Tesser dari University of Georgia : ruminasi hanya bermanfaat jika berfokus pada mengoreksi kesalahan dan pencapaian tujuan, namun jika tak bisa mengendalikan sisi emosi hanya akan memperburuk tingkat stres dan kondisi kesehatan fisik. (mediaindonesia.com/read/2012/05/05)
(9). Kegalauan dan Flu
Berbahagialah bagi yang
sedang galau.
Penelitian
Studi terbaru
American University of Arizona dan Universitas Emory, Georgia, AS, menemukan
kegundahan memiliki sisi positif, yakni obat penyakit menular semacam flu.
Hasil penelitian
Andrew Miller, profesor psikiatri dan ilmu tingkah laku di Emory University, dan Charles Raison dari University of Arizona mengatakan depresi yang sudah terprogram ke dalam variasi genetik manusia merupakan bentuk adaptasi evolusi. Mereka percaya depresi yang diderita satu dari 10 orang dewasa AS itu muncul sebagai respons organisme terhadap penyakit menular, yang secara periodik menyerang.
Mekanisme 'obat yang menyedihkan' itu, kata peneliti, bermula dari alur hidup autopilot orang yang depresi, yakni tidak ingin bertemu siapa pun, lesu, dan kehilangan nafsu makan. Perilaku tersebut, menurutnya, sangat berguna dalam memerangi penyakit menular.
Analisis : Perilaku depresif itu pun sejalan dengan anjuran dokter kepada penderita flu, agar tidak meninggalkan rumah, beristirahat lebih banyak, dan mengurangi aktivitas. (mediaindonesia.com/read/2012/04/04)
Hasil penelitian
Andrew Miller, profesor psikiatri dan ilmu tingkah laku di Emory University, dan Charles Raison dari University of Arizona mengatakan depresi yang sudah terprogram ke dalam variasi genetik manusia merupakan bentuk adaptasi evolusi. Mereka percaya depresi yang diderita satu dari 10 orang dewasa AS itu muncul sebagai respons organisme terhadap penyakit menular, yang secara periodik menyerang.
Mekanisme 'obat yang menyedihkan' itu, kata peneliti, bermula dari alur hidup autopilot orang yang depresi, yakni tidak ingin bertemu siapa pun, lesu, dan kehilangan nafsu makan. Perilaku tersebut, menurutnya, sangat berguna dalam memerangi penyakit menular.
Analisis : Perilaku depresif itu pun sejalan dengan anjuran dokter kepada penderita flu, agar tidak meninggalkan rumah, beristirahat lebih banyak, dan mengurangi aktivitas. (mediaindonesia.com/read/2012/04/04)
(10). Kecemasan dan Pekerjaan
Perempuan pencemas dan terlalu banyak berpikir ternyata jauh
lebih rentan membuat kesalahan dalam pekerjaannya bila dibandingkan dengan
pria.
Penelitian
Dilakukan oleh peneliti dari Michigan State University, AS.
Studi melibatkan 79 siswa perempuan dan 70 laki-laki sebagai responden. Selama penelitian, aktivitas otak relawan diukur dengan topi elektroda. Peserta lantas diminta mengidentifikasi huruf tengah dalam serangkaian kelompok lima huruf yang berbeda variasi di layar komputer. Responden juga diminta mengisi kuesioner seberapa sering mereka cemas.
Hasil penelitian
Studi melibatkan 79 siswa perempuan dan 70 laki-laki sebagai responden. Selama penelitian, aktivitas otak relawan diukur dengan topi elektroda. Peserta lantas diminta mengidentifikasi huruf tengah dalam serangkaian kelompok lima huruf yang berbeda variasi di layar komputer. Responden juga diminta mengisi kuesioner seberapa sering mereka cemas.
Hasil penelitian
Peneliti menemukan : (a). meskipun relawan perempuan memiliki tingkat kekhawatiran
sama dengan laki-laki dalam tugas, otak kaum hawa nyatanya mesti bekerja lebih
keras. (b). Pada tes yang lebih sulit,
otak dari perempuan yang merasa paling cemas terdeteksi bekerja paling buruk
dalam menyelesaikan tugasnya.
Analisa : Peneliti Jason Moser mengatakan hal itu mungkin terkait dengan hormon perempuan, estrogen. Ini merupakan neurotransmiter kunci yang mengontrol kemampuan belajar dan proses kesalahan. (mediaindonesia.com/read/2012/07/07)
Analisa : Peneliti Jason Moser mengatakan hal itu mungkin terkait dengan hormon perempuan, estrogen. Ini merupakan neurotransmiter kunci yang mengontrol kemampuan belajar dan proses kesalahan. (mediaindonesia.com/read/2012/07/07)
(11). Kegundahan dan es krim
Waspadalah jika merasa kecanduan es krim
atau jenis makanan manis cepat saji.
Penelitian
Penelitian dilakukan
oleh National Institute of Health and Medical Research-Prancis, mengungkap
kebiasaan itu menunjukkan berpotensi tengah mengalami kegundahan.
Metode
penelitian
Studi yang dimuat dalam British Journal of Psychiatry itu melibatkan 3.486 partisipan laki-laki dan perempuan dewasa. Mereka ditanyai seberapa sering mengonsumsi makanan alami (buah-buahan, sayur, ikan), dan makanan olahan (junk food, es krim, dan cokelat). Lima tahun kemudian, mereka disurvei lagi untuk mengetahui tingkat depresi.
Hasil penelitian
Studi yang dimuat dalam British Journal of Psychiatry itu melibatkan 3.486 partisipan laki-laki dan perempuan dewasa. Mereka ditanyai seberapa sering mengonsumsi makanan alami (buah-buahan, sayur, ikan), dan makanan olahan (junk food, es krim, dan cokelat). Lima tahun kemudian, mereka disurvei lagi untuk mengetahui tingkat depresi.
Hasil penelitian
Hasil penelitian :
(a). Ada hubungan erat antara jenis
makanan dan gejala depresi, sebanyak 58% partisipan yang sering mengonsumsi
makanan manis terdeteksi stres. Fakta
itu terkait dengan kebiasaan orang yang tengah depresi mengonsumsi makanan
manis yang memiliki efek adiksi. (b). Dampaknya
itu akan menjadi kebiasaan ketika terserang stres. (mediaindonesia.com/read/2012/04/04)
(12). Stres dan
Gosip
Bergunjing
atau membicarakan orang lain sudah menjadi kebiasaan sejak zaman manusia kuno.
Meski kerap diasosiasikan dengan hal negatif dan dianggap haram di beberapa
kepercayaan, gosip ternyata punya efek positif untuk kesehatan manusia.
Seperti ditulis The Daily Telegraph, bahwa menurut survei terbaru, 85 persen manusia menyukai gosip dan 10 persen lagi tidak tahan untuk menyimpan rahasia.
Seperti ditulis The Daily Telegraph, bahwa menurut survei terbaru, 85 persen manusia menyukai gosip dan 10 persen lagi tidak tahan untuk menyimpan rahasia.
Menurut psikolog Dr
Colin Gill (5/12/2011) : (a).
"Gosip meningkatkan level hormon positif seperti serotonin,
mengurangi stres dan rasa gelisah, (b).
Karena dalam gosip kita tertarik dengan apa yang orang lain katakana.
rasa keterikatan dengan mereka ini membuat rasa bahagia dengan melepas zat-zat
kimia yang baik, (c). Gosip melibatkan banyak tertawa, inilah yang membantu
tubuh melepas zat kimia 'gembira' ke otak, bahkan membantu pergerakan otot
juga. (d). Membagi informasi tentang
sesuatu juga meningkatkan sisi emosional dan sosial seseorang.
(e). Membantu seseorang menilai apakah isi pembicaraan menarik bagi lawan bicara, misalnya orang yang diajak bicara malah mengerenyitkan dahi, maka bisa tahu jika ada yang salah dengan pembicaraan itu, (f). Namun, gosip juga bukannya tanpa masalah. Sebab hal-hal yang dibicarakan cenderung negatif dan kerap bukan fakta yang sebenarnya. Yang menyedihkan, orang yang bergosip yakin jika gosip itu adalah nyata. Inilah yang membuat gosip bisa meruntuhkan reputasi seseorang. Tapi masyarakat tetap mempertahankan tradisi ini karena -diakui atau tidak- orang lebih senang mendengar orang lain susah. (nationalgeographic.co.id 07/12/2011)
(e). Membantu seseorang menilai apakah isi pembicaraan menarik bagi lawan bicara, misalnya orang yang diajak bicara malah mengerenyitkan dahi, maka bisa tahu jika ada yang salah dengan pembicaraan itu, (f). Namun, gosip juga bukannya tanpa masalah. Sebab hal-hal yang dibicarakan cenderung negatif dan kerap bukan fakta yang sebenarnya. Yang menyedihkan, orang yang bergosip yakin jika gosip itu adalah nyata. Inilah yang membuat gosip bisa meruntuhkan reputasi seseorang. Tapi masyarakat tetap mempertahankan tradisi ini karena -diakui atau tidak- orang lebih senang mendengar orang lain susah. (nationalgeographic.co.id 07/12/2011)
Definisi dan
pengertian sekitar gossip dapat dilihat di sini
(13). Jalan Kaki
Bantu Atasi Depresi
Para peneliti di
Universitas Stirling, Skotlandia, mengkaji penelitian para akademisi guna
mencari data tentang olahraga dalam bentuk paling ringan, jalan kaki. Mereka
menemukan delapan studi tentang berjalan kaki yang melibatkan 341 pasien. Para
peneliti menyimpulkan, berjalan kaM efektif untuk mengurangi depresi dan
efeknya sama dengan olahraga berat. Kesimpulan para peneliti Skotlandia itu
dimuat dalam jurnal Mental Health and Physical Activity. Prof Adrian
Taylor yang meneliti efek olahraga terhadap depresi, kecanduan, dan stres di
Universitas Exeter mengomentari hasil penelitian itu. "Jalan kaki
bermanfaat besar untuk atasi depresi," ujarnya kepada BBC, Senin (16/4).
Olahraga meringankan depresi karena meng-alihkan perhatian dari segala
kekhawatiran, memunculkan perasaan memegang kontrol atas keadaan, dan
meningkatkan hormon endorfm yang memunculkan rasa bahagia. Hasil penelitian
The Mental-Health Charity Mind, organisasi yang meneliti manfaat olahraga bagi
depresi, menyebutkan, aktivitas di luar ruangan lebih meningkatkan kesehatan
mental. Pimpinan organisasi, Paul Farmer, mengatakan, pilihlah olahraga yang
diminati dan lakukan teratur, seperti berjalan kaki, bersepeda, berkebun, atau
berenang. (Kompas, 18 April 2012)
(14). Depresi dan salahkan diri
Orang
suka menyalahkan diri sendiri yang cenderung membuat depresi, hal itu
disebabkan area-area di otak tidak berkomuniksi dengan baik.
Penelitian
Dilakukan Roldan
Zahn dan koleganya, peneliti Universitas Manchester- Inggris, dengan memindai
otak 25 partisipan yang punya sejarah depresi berat tapi sudah dinyatakan
sembuh dalam waktu setahun terakhir. Hasilnya dibandingkan dengan pindai otak
22 partisipan yang sehat. Hasil
penelitian dipublikasikan lewat jurnal Archives
of General Psychiatry.
Hasil penelitian
(a). Partisipan yang diketahui paling sering menyalahkan diri sendiri menunjukkan kesenjangan komunikasi bagian otak yang sangat luas dimana partisipan yang pernah depresi tidak menyadari gangguan komunikasi tersebut yang menimbulkan pikiran menyalahkan diri sendiri, (b). sedangkan bagi orang yang tidak mengalami kesenjangan komunikasi di bagian otak akan berujar :
Hasil penelitian
(a). Partisipan yang diketahui paling sering menyalahkan diri sendiri menunjukkan kesenjangan komunikasi bagian otak yang sangat luas dimana partisipan yang pernah depresi tidak menyadari gangguan komunikasi tersebut yang menimbulkan pikiran menyalahkan diri sendiri, (b). sedangkan bagi orang yang tidak mengalami kesenjangan komunikasi di bagian otak akan berujar :
"Saya gagal,
tapi mengapa saya tidak mencoba yang lebih baik lagi?" (mediaindonesia.com/read/2012/06/06)
Bagian 1 dapat dilihat di sini.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber
a.l : tercantum dalam bacaan.
Bacaan terkait : PengertianGosip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar