Minggu, 29 Januari 2012

Musibah Kapal Costa Concordia (Bagian 3) : Kisah Teguh, Tatang dan Kawan-Kawan WNI Lainnya

Dikemas oleh : Isamas54
Kapal mewah Concordia malam itu berlayar menyusuri rute rutin, para penumpang dan anak buah kapal (ABK) sibuk dengan kegiatan masing-masing, namun sekitar pukul 21.00 waktu setempat kapal bergerak oleng dan miring dan para tamu mulai berteriak histeris.

Kapal mewah Concordia malam itu, Jumat (13/1/2011), berlayar menyusuri rute rutinnya. Para penumpang dan anak buah kapal (ABK) sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Namun, sekitar pukul 21.00 waktu setempat atau sekitar 04.00 WIB, beberapa benda tiba-tiba berjatuhan, kapal bergerak oleng dan miring, lampu-lampu mendadak mati, sempat dua kali blackout, para tamu mulai berteriak histeris. Terjadilah musibah kapal tersebut akibat menabrak karang dekat Pulau Giglio, sekitar 16 kilometer dari daratan Italia
Dalam kapal tersebut terdapat sebanyak 170 orang Anak Buah kapal (ABK) yang berasal dari Indonesia (WNI), dengan beberapa kisah dan cerita pada kejadian tersebut.

Teguh Haryono
Pria asal Cikarang-Bekasi tengah yang telah bekerja di kapal ini selama 2 bulan, menjalankan tugas rutin melayani para tamu di Restoran Milano di bagian belakang kapal pesiar Costa Concordia, walaupun terkejut, mencoba menenangkan mereka dengan bahasa Italia.
"Saya berteriak tenang-tenang dan tidak apa-apa ini hanya angin kencang”. Bahkan saya mencoba me­nenangkan mereka dengan suara keras. Saya katakan “Kamu harus percaya kepada saya, yang penting tenang'," jelasnya.
Saat kapal Concordia mu­lai oleng, Teguh mengaku memang belum mengetahui penyebab pastinya. Karena itu, ia berupaya menenang­kan dengan memberikan penjelasan menduga-duga agar para penumpang tidak panik dan suasana menjadi kacau.
Dugaannya kapal sedang bermanuver tertiup oleh angin kencang. Tetapi kemudian, ternyata mendapat perintah untuk mengambil jaket pelampung.
Suasana di atas kapal Concordia penuh dengan kepanikan. Para ABK Con­cordia mendapat perintah untuk membantu para pe­numpang menyelamatkan diri. Bersama ABK lainnya Teguh membagikan jaket pelampung. Beberapa ABK menyiapkan sekoci untuk "membawa penumpang turun dari kapal.
Satu sekoci ditangani empat sampai lima ABK. Mereka membimbing para penum­pang menaiki sekoci.
Setelah 0,5 jam menabrak karang di dekat Pulau Giglio, Italia, badan kapal Costa Con­cordia terus bergerak miring. Saat badan kapal semakin miring dan sebagian terendam air laut, para penum­pang dan ABK kian panik dan ketakutan.

Tatang
Selain Teguh, warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di kapal Concordia, Tatang Suromenggolo Ronggo, pun sibuk membantu menyela­matkan para penumpang. Karena posisi kapal semakin miring, Tatang mulai berpikir kapal pasti akan tenggelam.
Saat itu Tatang memutuskan menceburkan diri ke laut. la terus berenang ke arah daratan. "Saya memang tidak dapat sekoci, jadi saya langsung berenang," ujar pria berusia 28 tahun itu.

Teringat keluarga
Saat sibuk membantu pertolongan, Teguh mengaku tidak ingat sama sekali kepada keluarganya di Tanah Air, namun saat sekoci ketiga hendak diturunkan, Teguh mulai teringat pada wajah anggota keluarganya, baru sadar mempunyai istri dan anak, sempat menangis, dan sam­pai sekarang masih ti­dak percaya dengan kejadian yang telah dialaminya.
Lain halnya kalau Tatang yang sempat memberi kabar ke orangtuanya bahwa kapal tempatnya bekerja mulai miring 30 derajat, dan se­telah tiba di daratan dengan berenang, ia kembali menghubungi, keluarganya un­tuk mengabarkan dirinya selamat.

Sudirman
Sudirman Ibrahim, 49,  pria  beruban yang sedang beristirahat di kamarnya,  sangat kaget  saat kapal pesiar Costa Concordia menghantam   karang dekat Pulau Giglio, sekitar 16 kilometer dari daratan Italia.
"Tabrakannya terasa benar. Kapal langsung miring ke kiri, barang-barang jatuh semua. Tapi, kapal masih bisa jalan dan berputar ke dekat gunung. Saya lang­sung keluar bersiap-siap di sekoci," kata pria yang bertanggung jawab terhadap sekoci nomor 1.  Sudirman adalah salah satu dari tujuh warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi juru mudi di Costa Concordia.
Setiap hari seorang juru mudi dan dua petugas berjaga di ruang kemudi sedangkan yang menentukan arah kapal ialah Kapten Francesco Schettino. Ketika insiden tabrakan berlangsung, kemudi dikendalikan rekan Sudirman yang juga seorang WNI, Rusli bin Jacob, yang sejak kejadian itu, Rusli terlihat terguncang, dia jadi pendiam.

Kembali ke tanah air
Beberapa ABK Costa Concordia WNI

Tatang kembali ke tanah air dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta – Tangerang, ia disambut de­ngan isak tangis  keluarganya dan merasa bahagia ka­rena bisa selamat dari insiden kapal Concordia.
Tercatat sebanyak 170 WNI yang bekerja sebagai ABK di atas kapal mewah Costa Concordia, tetapi baru 169 WNI yang telah kem­bali ke Tanah Air (24/1/12).  Seorang lagi, ABK asal Bali Nyoman Yuniarta yang mengalami patah tulang rusuk, masih dirawat di RS Santa Maria Alle Scotte, Siena, Italia.
Bersambung ke Bagian 4

Bacaan sebelumnya : Bagian 2  
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber : Media Indonesia tgl 20 & 24 Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar