Rabu, 01 Februari 2012

Kesenjangan Kesejahteraan Usik Dunia

Dunia tengah duduk di atas bom waktu sosial dan ekonomi, hal itu akibat banyaknya pengangguran usia muda.

Oleh : Windy Dyah Indriantari

Krisis utang yang berlarut-larut di Eropa memang mendominasi isu di forum pertemuan para pemimpin politik dan bisnis dunia di Davos, Swiss, pekan lalu. Namun untuk pertama kalinya, masalah melebarnya kesenjangan antara si kaya dan si miskin juga menjadi isu pembicaraan.
Hal itu akibat pergolakan politik dan sosial di negara-negara Arab, gerakan oc­cupy atau pendudukan, dan protes-protes serupa yang terjadi di seluruh dunia. Semua peristiwa tersebut dipicu kesenjangan kesejahteraan yang makin terlihat di banyak negara.
Suasana pada akhir per­temuan Forum Ekonomi Du­nia (World Economic Forum/ WEF), Minggu (29/1) waktu setempat, relatif suram. Lebih dari 2.500 undangan VIP yang hadir dalam pertemuan lima hari tersebut pulang dengan beragam kekhawatiran dalam menghadapi 2012.
Meski beberapa pihak tetap menjaga optimisme mereka terhadap penanganan krisis di Eropa, kekhawatiran akan munculnya gejolak tetap menjadi ketakutan tersendiri.
Forum juga belum bisa menemukan solusi untuk menambal kesenjangan kesejahteraan. Namun, forum sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi harus menyertakan rakyat miskin.
Penciptaan lapangan kerja menjadi sangat penting. Karena itu, harga pangan yang terjangkau, tempat tinggal, layanan kesehatan, dan pendidikan harus menjadi bagian dari solusi tersebut.
Dalam panel penutup fo­rum, Direktur Utama Unilever Paul Polman menyatakan perubahan di Eropa harus segera dilakukan. "Sederhananya, selama ini kita hidup di atas kemampuan kita dan kita sudah terlalu lama melakukannya. Saat-saat kebenaran itu telah datang."
Di tempat yang sama, Direktur Utama Citigorup Inc Vikram Pandit mengatakan krisis telah memangkas sekitar 1% produk domestik bruto di seluruh dunia.
"Anda hitung saja, berapa pekerjaan itu semua? Berapa orang yang tidak bekerja karena itu semua?" tanya Pandit.
Dunia membutuhkan 400 juta lapangan kerja baru hingga akhir dekade mendatang. Itu belum termasuk 200 juta orang yang masih 'setengah menganggur'. "Itulah yang harus menjadi prioritas nomor satu kita."
Pandit melanjutkan, untuk menciptakan kondisi ramah pertumbuhan, ketidakpastian ekonomi harus dihentikan. Itu berarti krisis di zona euro harus segera diatasi, ketidakpastian regulasi ha­rus diakhiri, dan mendorong sektor publik serta swasta untuk bersama-sama membangun infrastruktur yang bisa menciptakan lapangan kerja, Klaus Schwab, sang empunya WEF, selama ini selalu mengagungkan sistem pasar bebas. Meski tetap teguh memegang prinsipnya itu, ketika forum dibuka dia juga mengatakan kapitalisme dunia saat ini sudah keluar jalur dan perlu diperbaiki agar lebih melayani masyarakat.

Pengangguran muda
Pada pertemuan tahun ini untuk pertama kalinya forum mengundang 60 pemimpin muda berusia di bawah 30 tahun. Mereka diundang un­tuk ikut mengatasi masalah yang akan dihadapi generasi selanjutnya.
Para pemimpin bisnis mengatakan dunia tengah duduk di atas bom waktu sosial dan ekonomi. Hal itu akibat banyaknya pengangguran usia muda.
Di beberapa negara Arab, sekitar 90% penduduk usia 16-24 tahun menganggur. Di Amerika Serikat, tingkat pengangguran muda mencapai 23%. Adapun di Inggris 22%. Bahkan di Spanyol hampir mencapai 50%.


Kesenjangan pendapatan beberapa Negara berdasarkan Rasio Gini (%)

Di seluruh dunia, sekitar 200 juta orang diperkirakan menganggur. Dari jumlah itu, 75 juta di antaranya berusia 16 hingga 24 tahun. Setiap tahun sekitar 40 juta anak muda memasuki pasar tenaga kerja.
Para pemimpin bisnis du­nia di WEF menilai fakta itu sangat penting dan perlu segera diatasi. Generasi muda yang menganggur dalam waktu lama akan mendapatkan lebih sedikit kesejahteraan sepanjang hidup mereka.
Mereka tidak akan memiliki keahlian yang dibutuhkan kalangan usaha. Me­reka juga cenderung lebih rentan mengalami masalah kesehatan jangka panjang. Kondisi-kondisi ini akan menimbulkan gejolak sosial.
Generasi seperti ini akan menjadi generasi yang akan kehilangan visi tentang masa depan.

Sumber :Media Indonesia tgl. 31 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar