Kamis, 17 November 2011

Kisah Empat Orang Istri

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?'' (The Book of Wisdom).

Oleh : Drs. Larry N. Kurniadi, M.A
Ada seorang usahawan kaya yang memiliki empat orang isteri, namun ia paling mencintai isteri keempatnya karena memang ia yang paling muda dan cantik.  Pria itu membanjirinya dengan berbagai pakaian yang mewah dan sangat memanjakannya. Apapun yang diinginkannya pasti segera dipenuhinya. Pendek kata, untuk isteri termudanya ini, ia selalu memberikan yang terbaik.
Meski demikian, ia juga sangat mencintai isteri ketiganya, ia sangat membanggakan isteri ketiganya itu di hadapan kolega-koleganya. Akan tetapi, dalam hati kecilnya, ia selalu khawatir suatu hari nanti isteri ketiganya itu akan mengkhianatinya dan lari dengan pria lain.
Pria kaya ini juga mencintai isteri keduanya, isteri keduanya adalah seorang yang bijaksana, sabar dan kalem. Tak heran, setiap kali pria ini menghadapi masalah, isteri keduanya itulah yang menjadi tempat mengadu dan mendapatkan pertolongan, sehingga ia dapat melalui masa-masa yang sulit dalam hidupnya.
Nah, sekarang tinggal isteri yang pertama. Terus terang, penampilannya sangat jauh beda dengan ketiga isteri yang lain. Wajahnya tirus, tubuhnya kurus cenderung membungkuk, dan kulitnya kurang terawat. Maklum, ialah yang paling tua dan paling banyak mengalami kesusahan dibanding ketiga isteri yang lain. Meski begitu, dialah partner yang paling setia bagi suaminya. Tenaga, pikiran, dan keterampilannya telah membuat usaha suaminya berkembang pesat. la pun cakap dalam mengurus rumah tangga, sayangnya, suaminya tidak mencintai dia, meski isteri pertamanya ini sangat tulus mencintainya, suaminya tidak pernah menghargainya.

Suatu hari, usahawan ini jatuh sakit. la menyadari bahwa sakitnya tidak akan sembuh. la pun mengkhawatirkan hartanya yang sangat banyak. Dalam perenungannya, ia berpikir, " Aku memiliki empat isteri sekarang. Tapi kalau aku mati, aku akan sendirian saja. Oh, betapa kesepiannya aku nanti!"
Maka ia memanggil keempat isterinya. Dan ia bertanya kepada isteri keempatnya, "Kamu tahu bahwa aku paling mencintaimu, bukan? Aku selalu memberikan pakaian-pakaian yang mahal kepadamu, dan membanjirimu dengan fasilitas yang lengkap. Sekarang aku sakit keras. Maukah kamu menemaniku dalam kematian?" " Apa? Gila ya, Papa ini!! Tidak akan!!" jawab isteri keempat sambil meninggalkan usahawan ini tanpa berpamitan. Jawaban itu bagaikan pisau tajam yang menyobek hatinya.
Dalam kesedihannya, usahawan ini berpaling pada isteri ketiganya, "Ma, aku sudah mencintaimu sepanjang hidupku. Kalau aku mati, maukah kamu menemaniku dalam kematian?" "Tidak!" jawab isteri ketiga. "Hidupku begitu sempurna! Aku bahkan akan kawin lagi kalau kamu sudah mati!" Jawaban itu membekukan hatinya, dan menyeretnya makin dalam ke dalam jurang keputusasaan.
Lalu ia berkata kepada isteri keduanya, "Ma, aku selalu lari kepadamu ketika masalah datang, dan kamu selama ini selalu menolongku. Sekarang, aku sangat membutuhkan pertolonganmu lagi. Kalau aku mati, maukah kamu menemaniku?" "Maaf, Pa. Kali ini aku betul-betul tak bisa menolongmu. Paling aku akan mengantarmu ke liang kubur. Itu saja." Tak pelak, Jawaban itu bagaikan petir di siang bolong, dan semakin remuklah hatinya.
Tiba-tiba, ada suara yang berbisik lembut, "Pa, aku akan pergi bersamamu. Aku akan mengikutimu bahkan sampai mati sekalipun." Si usahawan itu mendongak ke atas, dan melihat pada isterinya yang pertama. la baru menyadari keberadaannya selama ini. Ia kurus, seperti kurang gizi. Seberkas penyesalan menjalar dalam hatinya, dan ia berkata, "Mama, seharusnya aku lebih memperhatikanmu selagi aku bisa!"

Coba tebak! Hanya jiwa kitalah yang abadi, dan satu-satunya yang menyertai kita kemana pun kita pergi, bahkan sampai alam maut sekalipun. Sekali manusia diciptakan Tuhan, jiwanya akan eksis selama-lamanya, bahkan melintasi gerbang kematian sekali pun. Di balik gerbang itu, ada sorga dan neraka yang abadi.   Mungkin ada yang tidak setuju terhadap ide ini. Tetapi, para dokter dan pakar NDE (Near Death Experiences) yang meneliti pasien-pasien yang sempat mati kemudian bangun kembali, menyimpulkan, bahwa memang ada kehidupan setelah kematian (life after death]. Semua agama dan kebudayaan dunia setuju akan hal ini.
Pertanyaannya, sudahkah jiwa kita siap jika Check Out Time itu datang? Janji temu dengan manusia bisa dibatalkan. Tetapi janji temu dengan TUHAN, siapa yang sanggup membatalkannya. Untuk hal-hal duniawi seperti bepergian, sekolah, bekerja, kita selalu membuat persiapan yang memadai. Tragisnya, untuk pergi ke tempat yang kekal, acapkali kita tidak atau kurang persiapan.
Sahabat Natasha, doa saya, selagi nafas masih dikandung badan, pergunakan waktu-waktu ini untuk memperkuat manusia rohani kita. Berkomitmenlah untuk hidup menyenangkan Tuhan. Meski segala pekerjaan dan aktivitas dunia itu penting, jangan lupa untuk mempersiapkan jiwa kita menghadap Sang Khalik, karena oleh Anugerah-Nya saja kita diselamatkan.

Sesungguhnya Kita semua memiliki Empat Istri dalam hidup Kita yaitu :
Istri Pertama adalah jiwa kita
Istri Kedua adalah keluarga dan sahabat-sahabat kita
Istri Ketiga adalah harta benda dan status sosial kita
Istri Keempat adalah tubuh kita

Jangan Sampai Menyesal, Karena Sesal Kemudian Tidak Ada Gunanya. SELAMAT BERUBAH!

Sumber bacaan : dikutip dari artikel dalam Majalah Natasha Edisi 27 bulan November- Desember 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar