Hiroshima - Jumat 6 Agustus 2010. Sekjen PBB Ban Ki-moon menundukkan kepala di depan tugu peringatan dan puluhan burung merpati diterbangkan saat peringatan 65 tahun jatuhnya bom atom di Peace Memorial Park, Hiroshima, Jumat (6/8). Pemerintah AS Untuk pertama kalinya mengirimkan diplomatnya guna menghadiri peringatan serangan bom atom di Hiroshima - Jepang.
Perwakilan dari 70-an negara bergabung dengan puluhan ribu orang yang mengikuti seremoni emosional tersebut. Peringatan 65 tahun serangan bom atom Hiroshima tersebut berlangsung di bawah langit biru yang cerah, secerah pagi di 6 Agutus 1945 silam saat Hiroshima dengan cepat berubah menjadi neraka mengerikan. Sekutu AS dalam Perang Dunia II, Inggris dan Prancis, untuk pertama kalinya juga mengirimkan diplomat-diplomat mereka ke seremoni tersebut. Sekjen PBB Ban Ki Moon pun menghadiri peringatan tersebut. Ini menjadikan Ban sebagai sekjen PBB pertama yang ikut serta dalam event tahunan di Hiroshima Peace Memorial tersebut.
Seremoni dimulai dengan bunyi lonceng di kuil yang kemudian diikuti dengan mengheningkan cipta selama satu menit pada pukul 08.15 waktu setempat. Pada pukul itulah, pesawat pengebom AS, B-29 Enola Bay menjatuhkan bom atom yang seketika menewaskan ratusan ribu orang di Hiroshima.
“Umat manusia tidak boleh mengulang horor dan penderitaan yang disebabkan bom-bom atom,” kata Perdana Menteri Jepang Naoto Kan dalam pidatonya seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (6/8). “Jepang, sebagai satu-satunya negara yang pernah diserang bom-bom atom semasa perang, punya tanggung jawab moral untuk memimpin upaya menuju terciptanya dunia tanpa senjata nuklir,” tandas Kan.
Pidato Kan tersebut disampaikan setelah 1.000 ekor burung merpati putih dilepaskan ke udara sebagai simbol untuk perdamaian. “Dengan jelas, mendesaknya penghapusan senjata nuklir akan menembus suara hati global kita,” kata Walikota Hiroshima Tadatoshi Akiba.
Dalam seremoni itu, Duta Besar (Dubes) AS John Roos meletakkan karangan bunga untuk mengenang para korban. “Demi generasi mendatang, kita harus terus bekerja sama untuk mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir,” kata Roos dalam pernyataannya.
Kedatangan Dubes AS ke seremoni tersebut menggambarkan perubahan kebijakan di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama. Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan, Obama menganggap perlu untuk mengakui peringatan tersebut karena sejalan dengan upayanya untuk membersihkan dunia dari senjata nuklir.
Bom Hiroishima, yang dijuluki “Little Boy”, yang mengeluarkan campuran gelombang udara sangat cepat yang ditimbulkan oleh pesawat, sinar panas dan radiasi, menewaskan ribuan orang seketika. Pada akhir 1945, korban tewas telah meningkat menjadi sekitar 140.000 orang dari kira-kira 350.000 penduduk kota itu. Ribuan orang lagi tewas karena sakit dan luka-luka kemudian.
Tiga hari setelah serangan Hiroshima itu, pada 9 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom kedua di Nagasaki di Jepang selatan. Penyerahan diri Jepang enam hari kemudian, mengakhiri agresi militer yang telah membawa negara itu ke Perang Dunia II.
“Kami menginginkan perlucutan senjata nuklir dan jika AS mengambil pimpinan, negara lain mungkin akan mengikuti langkahnya,” kata Tomiko Matsumoto, orang yang selamat dari bom atom yang kini berusia 78 tahun. “Pertama saya membenci mereka (Amerika), tapi kebencian (terhadap AS) itu telah hilang. Sekarang saya ingin melihat dunia yang damai.”
Obama, yang menerima hadiah Nobel perdamaian tahun lalu sebagian karena visinya mengenai dunia bebas nuklir, telah menandatangani perjanjian senjata strategis dengan Rusia April lalu untuk mengurangi hulu ledak nuklir sekitar 30 persen.
Jepang, satu-satunya negara yang pernah menderita serangan nuklir, akan memimpin negara lainnya untuk merealisasikan dunia tanpa senjata nuklir. Jepang memiliki larangan yang diterapkan sendiri terhadap kepemilikan, produksi dan pembiaran senjata nuklir masuk ke negara itu, sebagai bagian dari konstitusi pasca perangnya yang cintai damai. Menurut PBB, setelah Perang Dunia II berakhir, sekitar 400.000 warga lainnya juga kehilangan nyawa mereka karena dampak bom atom.
Sumber :Harian Sinar Indonesia Baru, 7 Agustus 2010 dari Ant/AFP/Detikcom/r
Tidak ada komentar:
Posting Komentar