Dikemas oleh :
Isamas54
Adanya gangguan
neurobiologis membuat penderita mengalami perubahan suasana hati menjadi
gembira atau sedih yang berlebih.
Gangguan bipolar (GB) atau
bipolar disorder adalah salah satu masalah psikologis
atau kejiwaan yang ditandai adanya perubahan mood atau suasana hati, pikiran, energi,
dan perilaku (dalam periode tertentu) yang sangat ekstrem dari
kondisi gembira berlebih (mania) menjadi sedih berlebih (depresi) atau
sebaliknya.
Istilah GB mengacu
ke suasana hati penderitanya yang dapat berubah secara tiba-tiba di antara dua
kutub (polar) yang berlawanan, yaitu kebahagiaan dan kesedihan yang
ekstrem. Dalam sela dua kondisi tersebut mood seorang
penderita dalam kondisi normal (eutimik).
Data
(1.1). Sebanyak 17-20% dari penderita GB melakukan bunuh diri, untuk hal ini peran keluarga dan lingkungan
sosial sangat penting untuk mengendalikan penderita. Penderita berusia 15-24 tahun itu bila dapat
dikendalikan umumnya tidak akan sampai mengalami depresi hingga bunuh diri.
(1.2). Data penderita GB di Indonesia belum ada, tapi gangguan mental emosional yang dapat menjadi gejala ringan bagi GB mencapai di atas 10%. Data gangguan mental emosional adalah 11,6% di Indonesia, 12,3% di Jatim, dan 14,7% di Surabaya. Dari jumlah itu hanya 17% penderita GB di Indonesia yang berobat, sedangkan tingkat ketidakpatuhan yang merupakan kunci keberhasilan pengobatan pada terapi GB cukup tinggi yakni 51-64%.
(1.2). Data penderita GB di Indonesia belum ada, tapi gangguan mental emosional yang dapat menjadi gejala ringan bagi GB mencapai di atas 10%. Data gangguan mental emosional adalah 11,6% di Indonesia, 12,3% di Jatim, dan 14,7% di Surabaya. Dari jumlah itu hanya 17% penderita GB di Indonesia yang berobat, sedangkan tingkat ketidakpatuhan yang merupakan kunci keberhasilan pengobatan pada terapi GB cukup tinggi yakni 51-64%.
(1.3). Perempuan lebih sering mengalami GB tipe II
dengan perbandingannya 2:1 dengan laki-laki.
(1.4). Kalau dapat dikendalikan justru GB akan
memiliki prestasi luar biasa seperti seniman, penulis, dan jurnalis Stephen
Fry, Ernest Miller Hemingway, dsb.
Penyebab
GB terjadi karena
adanya gangguan pada kimia otak yang
membuat kelenjar di otak tidak bisa mengendalikan pengeluaran zat
dopamin dengan baik. Jika zat dopamin berlebihan, penderita bipolar akan berada
pada kondisi mania, sebaliknya bila kekurangan dopamin membawa penderita ke
posisi depresi. Adanya gangguan
neurobiologis itu membuat sebagian besar penderita memerlukan obat seumur
hidup untuk menekan kekambuhan.
GB muncul sebagai kombinasi dari beberapa factor atau pemicu
seperti faktor biologis, faktor kepribadian, faktor pola asuh dan lingkungan,
serta faktor stresful di lingkungan.
Faktor biologis merupakan faktor utama yang sangat berperan dalam
pembentukan bipolar seperti genetika, ketidakseimbangan bio-kimiawi di otak
yaitu di neurotransmitter dan dopamin, serta di prefontal cortex.
Faktor genetik ini bisa
menjadi pemicu rentan terhadap GB yaitu ketika mengalami stres psikososial yang
tidak bisa ditanggulangi dan diatasi.
Gejala
Ada dua tipe
pengidap GB yakni : Tipe I didominasi
perasaan mania dimana pasien tak bisa berhenti berbicara, sangat aktif hingga
kerap melewatkan waktu tidur, gembira luar biasa meski tak sesuai dengan
konteks, kepercayaan diri meningkat drastis, boros dan ceroboh. Tipe II
cenderung didominasi perasaan. depresi dan hipomania (kondisi di bawah level
mania).
Ketika perubahan mood
terkesan tak wajar itu perlu diwaspadai sebab itu bisa saja hal itu gejala
bipolar. Jika pasien sedang mengalami hipomania,
pikirannya sangat optimistis tetapi tidak realistis, seperti
bicara
meledak-meledak, energinya meningkat luar biasa, terlalu berani menabrak
risiko, dan 'mood' lainnya.
Sebaliknya pasien
yang sedang mengalami depresi didominasi rasa bersalah, tak berharga, tak
konsentrasi, hingga tak jarang terpikir untuk bunuh diri. Pasien cenderung
menarik diri dari kehidupan sosial, nafsu makan naik turun, mengalami insomnia
atau terlalu banyak tidur, hingga keluhan fisik.
Gejala GB biasanya
mulai muncul pada usia 20-an atau mulai mengalaminya pada usia 60 tahun, namun
gangguan itu bisa dideteksi sejak dini pada masa kanak-kanak. Kalau anak hiperaktif dan diikuti perubahan
mood yang berfluktuasi, orangtua perlu curiga jangan-jangan si anak mengidap
bipolar sehingga orangtua perlu memeriksakannya sehingga bisa di-manage dari
awal misalnya orangtua tidak bersikap kasar atau guru tidak menambah faktor stressor.
Edukasi menjadi
faktor penting untuk membantu pasien beraktivitas normal dan tidak hanya perlu
diberikan kepada pasien tapi juga kepada orang sekitarnya, seperti ketika teman
atau keluarga yang bersikap berlebihan (berdandan lebih cantik, bicara lebih
cepat, atau uring-uringan) maka orang sekitarnya bisa menyarankannya untuk ke
dokter.
Faktor stressor
Penyebab pasti GB ini
belum diketahui namun penyebabnya tidak satu, tapi ada genetik, ada 'mood'
berlebihan, dan ada pemicu/stressor.
Untuk faktor keturunan. Bisa skip dua generasi misalnya di ibunya
tidak ada tapi ada di neneknya. Meski faktor keturunan berperan tetapi mesti
ada faktor pencetus, misalnya stres (stressor) yang terjadi pada satu dekade
kehidupan (seperti penyiksaan secara fisik, verbal, maupun seksual).
Jika stressor bisa
ditekan, kekambuhan bisa dicegah, tetapi jika tidak maka pasien bisa mengalami
kekambuhan yang cepat, bisa empai kali dalam setahun. Dalam kondisi yang
lebih parah, kekambuhan itu bisa terjadi tanpa stressor apa
pun.
Mengenai keadaan
seseorang stres akibat pilkada, ujian nasional (UN), dan sebagainya bukan
penyebab, melainkan hanya bisa menjadi pemicu. Stresor itu hanya pemicu, tapi
penyebabnya adalah genetik dan 'mood' yang berlebihan secara 'swing' (berubah
cepat).
Perempuan
Perempuan lebih
sering mengalami GB tipe II dengan perbandingannya 2:1 dengan laki-laki.
Adanya siklus
menstruasi dan perubahan hormonal dalam fase-fase hidup membuat wanita lebih
kerap mengalami perubahan mood (perasaan) daripada laki-laki. Penderita akan mengalami kekambuhan seumur
hidupnya, minimal sembilan periode. Dalam banyak kasus, dosis obat perlu
ditingkatkan tiga hari sebelum dan sesudah haid. Pasalnya ketidakseimbangan
hormon yang biasa dialami perempuan pada saat haid ditengarai rnemicu kambuhnya
bipolar.
Selain itu, perempuan yang baru saja melahirkan juga bisa
saja terkena GB, karena produksi estrogen yang turun sehingga bisa menyebabkan
perubahan mood, namun hal ini juga tidak bisa serta-merta divonis sebagai
penderita bipolar karena harus dilihat dulu depresinya apakah diikuti manic
atau tidak.
Rumus tiga
gejala
Terdapat
"Rumus Tiga" yaitu kategori untuk memprediksi bipolaritas pada
seseorang bila memiliki/mengalami tiga atau lebih dari kategori kemungkinan
memiliki GB. Kategori tersebut yaitu : episode
depresi mayor, kegagalan pernikahan, kegagalan berespons terhadap antidepresan,
memiliki profesi yang berbeda, memiliki saudara kandung (generasi pertama) yang
menderita gangguan mood, terindikasi penyalahgunaan zat, memiliki perilaku impulsive
(berjudi, mengemudi mobil dengan sangat cepat, seksual), berpacaran secara
simultan, pekerjaan simultan, terdiagnosis memiliki gangguan kepribadian, atau
menyukai benda-benda berwarna merah.
SELINGAN
Flu dan Bipolar
Ibu hamil yang
terpapar flu sepanjang kehamilannya berpotensi menularkan GB terhadap bayi yang
dilahirkan.
Bayi yang lahir
kelak berisiko besar terkena GB yang biasanya baru terdeteksi di masa remaja
atau usia 20-an.
Demikian penelitian
South London and Maudsley National Health Service Foundation Trust yang
dipublikasikan dalam JAMA Psychiatry baru-baru ini (2013).
Penelitian diikuti
814 ibu hamil yang melahirkan pada era 1960-an. Belum ditemukan hubungan jelas
antara penyakit flu dan GB. Flu hanya berkaitan dengan penambahan risiko perkembangan
bipolar sebesar 3%-4%. Namun, para peneliti tetap menyarankan ibu hamil memperoleh
vaksin flu untuk menghindarkan mereka terjangkit virus influenza.
Kita lanjutkan ...
Deteksi
Deteksi dini GB
dapat dilakukan dengan menggunakan The Mood Disorder Questionaire (MDQ)
dengan melihat gejala-gejala pasien. Seperti perasaan gembira yang berlebihan,
kepercayaan diri tinggi, banyak bicara, energik, aktif, memiliki perilaku
berisiko, lebih tertarik terhadap seksualitas, dan boros,
Namun deteksi dini
ini sulit dilakukan karena tidak terlihat dan dianggap biasa. Deteksi bisa
dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan melihat episode mood yang
terjadi. Apalagi tampilan gejala yang
bervariasi dan tumpang-tindih dengan gangguan psikiatri lain seringkali juga
menyebabkan misdiagnosis terhadap GB. Sehingga menyebabkan hambatan
dalam menegakan diagnosa gangguan ini.
Keterlambatan dan misdiagnosa
akan memberikan berbagai
dampak, misalnya meningkatkan risiko bunuh diri, perilaku yang merugikan,
hilangnya pekerjaan, dan resisten terhadap terapi.
Selain itu dapat
juga melakukan tindakan yang membahayakan
orang lain, misalnya : (a). mempercayai
sebentar lagi dunia akan hancur, sangat suram, dan tidak ada harapan lagi sehingga
muncul dari pikirannya untuk membunuh anaknya agar terlepas dari kesengsaraan
dunia. (b). Ketika episode mania, ia dapat ngebut
di jalan raya sehingga membahayakan dirinya dan orang lain. (c). Karena gairah seksnya meningkat maka dia bisa
melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Karya gemilang
Penderita GB tetap
bisa produktif dan berhasil dengan gemilang
atas karya-karyanya, seperti seniman Vincent Van Gogh (pelukis
jenius dari Belanda) dan Ernest Hemingway (penyair dari AS), dengan hasil
karyanya yang begitu mendunia dan legendaris.
Lukisan van Gogh masuk dalam lukisan terpopuler sepanjang masa, sedangkan
Hemingway meraih hadiah Nobel atas karya-karyanya. Namun keduanya meninggal secara tragis dengan
bunuh diri.
SELINGAN
(1). Catherine Zeta Jones
Aktris
pemeran Elena Montero dalam film aksi The
Legend of Zorro, Catherine Zeta Jones (43), menjalani perawatan di
pusat rehabilitasi untuk mengatasi GB II yang diidapnya sejak dua tahun lalu
dan telah menjalani program perawatan selama 30 hari itu.
Hal
ini sesuai kata juru bicaranya, Cece Yorke, seperti dikutip majalah People, Senin (29/4).
Jones
pertama kali berobat karena GB pada April 2011. la tinggal di Silver Hill
Hospital, Connecticut, selama lima hari. Di rumah sakit tersebut ia menjalani
perawatan, termasuk detoks yang diketahui menghabiskan biaya 770 euro per
hari.
Pada
Agustus 2011, Jones diberitakan tengah berusaha berhenti merokok dengan
menggunakan rokok elektrik. Pemenang Piala Oscar itu pernah berbicara secara
terbuka tentang kondisinya setelah menjalani pengobatan pada 2011. "Saya tidak diam-diam merahasiakan
penyakit ini dan saya tidak malu dalam mencari bantuan. GB merupakan kondisi
yang memengaruhi jutaan orang dan saya salah satu dari mereka," ungkap
artis yang telah membintangi sedikitnya 31 film layar lebar itu.
The Enquirer mengutip
pernyataan keluarga dekat Jones yang menyebutkan : (a). tahun-tahun ini merupakan yang tersulit bagi yang
mengalami kesulitan tidur di malam hari karena mengkhawatirkan suaminya yang mengidap
kanker tenggorokan yang menjalani perawatan kemoterapi dan radiologi. (b). telah
banyak mengatasi masalah dan perokok dan peminum berat.
(2). Kisah Niken
Gangguan
bipolar (GB) adalah suatu penyakit gangguan kejiwaan yang bukan hanya sulit
dideteksi, tetapi juga sulit disembuhkan. Namun ternyata, gejala-gejala GB
dapat diredakan dengan cara beribadah, misalnya dengan salat. Hal ini diakui
oleh salah seorang penderita GB.
Adalah Niken (69) yang baru menyadari dirinya mengidap GB di usia 40 tahun. Saat itu Niken adalah seorang ibu yang sangat aktif. Ia begitu percaya diri, berhasil menjadi ketua PKK di lingkungannya, tidak pernah merasa takut bahkan untuk pergi sendiri di malam hari.
Akan tetapi beberapa tahun setelah itu, Niken mengalami stres berat. Ia menarik diri dari pergaulan, mengurung diri di kamar, enggan makan, bahkan hingga enggan melanjutkan hidup. Dari situ ia menyadari, ada yang salah dengan dirinya, khususnya jiwanya.
Seperti disampaikan Niken dalam seminar 'Mental Health in Older Adults' dalam memperingati hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013, di Jakarta Selatan dalam tulisannya (3/10/2013).
Adalah Niken (69) yang baru menyadari dirinya mengidap GB di usia 40 tahun. Saat itu Niken adalah seorang ibu yang sangat aktif. Ia begitu percaya diri, berhasil menjadi ketua PKK di lingkungannya, tidak pernah merasa takut bahkan untuk pergi sendiri di malam hari.
Akan tetapi beberapa tahun setelah itu, Niken mengalami stres berat. Ia menarik diri dari pergaulan, mengurung diri di kamar, enggan makan, bahkan hingga enggan melanjutkan hidup. Dari situ ia menyadari, ada yang salah dengan dirinya, khususnya jiwanya.
Seperti disampaikan Niken dalam seminar 'Mental Health in Older Adults' dalam memperingati hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013, di Jakarta Selatan dalam tulisannya (3/10/2013).
"Bukannya saya
sombong, tapi mau cerita saja, yang membuat saya kuat adalah salat dan ikhlas.
Ditambah lagi dengan pengobatan dari dokter dan dukungan keluarga. Oh, dan
tentunya binatang-binatang saya," ungkapnya yang
merupakan penyayang binatang.
Kita lanjutkan ...
Penanganan
dan pengobatan
Bila sudah ada
tanda-tanda GB antara lain memiliki mood swing, maka
harus segera mencari
bantuan ahli yang tepat seperti ke psikiater atau psikolog
untuk diagnose, yaitu untuk
menyeimbangkan kembali zat-zat kimia alami otak. Adapun obat yang dapat membantu
otak agar semua sistemnya bekerja harmonis kembali dan secara bertahap tercapai
keseimbangan disebut mood stabilizer yang pengobatannya secara langsung
terkait fase episodenya (depresi atau manic) dengan derajat keparahan pada fase
tersebut.
Adapun beberapa cara penanganan dan pengobatannya seperti
berikut.
(a). Memperbaiki gaya hidup, misalnya tidur
teratur, tidak mengatasi stress, makan makanan yang sehat, melakukan
olahraga secara teratur, dan menghindari alkohol, narkoba dan rokok.
Selain itu dapat dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan
seperti menelpon teman atau berjalan-jalan.
(b). Apabila muncul
tanda-tanda yang mengarah kepada manic -- saat seseorang terlihat sangat berenergi
berlebihan -- maka sebaiknya mengurangi beban kerja, terlibat dalam aktivitas
yang menyenangkan, dan menghindari aktivitas yang menstimulasi. Jika
kondisinya sudah parah, pasien bisa diterapi dengan kejut listrik.
(c). Melalui
pengobatan yang harus patuh diminum selamanya antara lain mood
stabilizer, anti depressant, dan anti psychotic.
(d). Dilakukan melalui terapi yang melibatkan anggota keluarga dan situasi lingkungan seperti empati, menghindari stigmaisasi, pendekatan, konseling/mengajak bicara, dan psikoterapi/psikoedukasi.
(d). Dilakukan melalui terapi yang melibatkan anggota keluarga dan situasi lingkungan seperti empati, menghindari stigmaisasi, pendekatan, konseling/mengajak bicara, dan psikoterapi/psikoedukasi.
(e). Tratment
psikoterapi berupa konseling dengan psikolog atau psikiater, dan juga self
management yaitu dengan mengenali simptom dan membuat catatan, mengenali kapan
jadwal konsultasi ke psikiater, dan melakukan pola hidup sehat seperti tidur
teratur.
(f). Meningkatkan
komunikasi antara lain kumpul bersama seperti pada acara Bipolar Care Indonesia
di Kedai Lentera, Jl Sawo Manila, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (3/11/2013).
(g). Menurut Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ
(3/10/2013), kegiatan religi seperti
beribadah adalah hal yang sangat baik, sebab bagaimanapun juga beribadah dapat
memberikan ketenangan bagi yang menjalankannya. Namun meski demikian tidak semua GB dapat
diredakan dengan cara tersebut.
(h). Apabila hidup bersama orang dengan GB maka sebaiknya membantu yang bersangkutan untuk mengenali mulai munculnya sindrom, mendorong dan menciptakan secara rutin suasana nyaman, menyediakan perawatan professional, serta memberikan dukungan. Jangan men-judge, berikan kasih sayang dan perhatian yang unconditional, serta konsisten dengan peraturan seperti jangan karena kasihan lalu memberi mereka berbagai hadiah. Selain itu penting juga untuk menyediakan ruang dan kesempatan bagi mereka untuk didengar dan dimengerti.
(h). Apabila hidup bersama orang dengan GB maka sebaiknya membantu yang bersangkutan untuk mengenali mulai munculnya sindrom, mendorong dan menciptakan secara rutin suasana nyaman, menyediakan perawatan professional, serta memberikan dukungan. Jangan men-judge, berikan kasih sayang dan perhatian yang unconditional, serta konsisten dengan peraturan seperti jangan karena kasihan lalu memberi mereka berbagai hadiah. Selain itu penting juga untuk menyediakan ruang dan kesempatan bagi mereka untuk didengar dan dimengerti.
Catatan akhir :
(a). Mereka yang
hidup dengan GB tidak selalu membutuhkan solusi, namun terkadang mereka butuh
didengarkan. Ingat pula untuk menghindari kritik berlebihan.
(b). Tidak seperti infeksi yang bisa dihitung
kapan sembuhnya dan bagaimana pengobatannya, untuk pengobatan GB ini sulit
diukur atau diperkirakan, selain itu setiap orang mengalami gejala yang
berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula.
(c). GB sulit dideteksi tetapi dapat dikendalikan
Keterangan gambar : diambil dari internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar