Kamis, 03 November 2011

Pelatihan TKI : Dari PRT Menjadi Mahasiswi


Pertama kali ke Singapura sebagai tenaga kerja Indo­nesia, Bibiana Bhusang (20) hanya punya satu niat be­kerja mengumpulkan uang. Namun ketika ternyata ada kesempatan belajar di sela-sela pekerjaannya perempuan itu berani menyalakan mimpi baru.

Oleh ;  Laksana Agung Saputra
"Nanti kalau sudah pulang ke kampung halaman, saya ingin menjadi guru bahasa Inggris atau menjadi tour guide," kata Bibiana yang berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Mimpi Briana, nama panggilannya, kini bukan angan-angan kosong. Dia mendaftar sebagai peserta Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja (P3K) Indonesia-Singapura, sebuah program yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Si­ngapura, khusus untuk pekerja rumah tangga (PRT) asal Indo­nesia Bahasa Inggris adalah salah satu program P3K. Dua pilihannya, program kursus atau program universitas terbuka
"Saya mengetahui kalau ada P3K dari radio. Juga dari teman-teman sesama TKI," katanya
Kegiatan P3K digelar setiap Sabtu, saat para PRT di Singa­pura umumnya libur.
Briana telah lima tahun be­kerja di Singapura sebagai PRT. Pada 2014, lajang lulusan SMA itu bertekad tak akan memperpanjang kontrak. la akan pulang kampung.
Mulai tahun ini, bungsu dari enam bersaudara itu akan mengambil program universitas terbuka jurusan bahasa Inggris. Pulang dari Singapura pada 2014, ia akan melanjutkan kuliah di Kupang sampai lulus strata satu (S-l).
Murtini (25), PRT yang telah tiga tahun di Singapura, juga punya mimpi. Perempuan asal Ngawi, Jawa Timur, itu hanya lulusan SMP. Ketika P3K dibuka, Murtini ikut Kejar Paket C di P3K. Pada akhir Februari lalu, ia lulus setara SMA sebagai lulusan terbaik.
Tidak berhenti di situ, Mur­tini ingin kuliah sampai lulus sarjana. Tahun ini, ia berniat melanjutkan belajar di program universitas terbuka di P3K, juga di jurusan bahasa Inggris.
"Besok kalau sudah kembali, saya ingin bekerja menjadi penerjemah bahasa Inggris di Nga­wi," kata Murtini yang suaminya pelaut di Malaysia
P3K tidak hanya memberikan ilmu dan keterampilan terkait kerja PRT. Juga bekal setelah pulang dari Singapura.

Sangat membantu
Terlahir dengan latar belakang keluarga petani miskin, Murtini dan Briana tak sampai mengenyam jenjang kuliah. Sempitnya lapangan kerja di daerah, apalagi untuk lulusan SMP atau SMA, memaksa mereka mengadu nasib sebagai PRT di Singapura Di sinilah mereka menemukan jalan.
Ernawati (26), PRT asal Kendal, Jawa Tengah, yang tengah menempuh pendidikan akuntansi di universitas terbuka P3K, mengatakan, tak mungkin ia kuliah jika bertahan di desanya. Dengan status janda beranak satu, pertama-tama ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anaknya
Setelah bekerja empat tahun, kini upah Ernawati 450 dollar Singapura atau sekitar Rp 3 juta. Setiap bulan, ia menyisihkan Rp 1,5 juta untuk dikirim ke kampung. Sisanya masih cukup ditabung dan biaya kuliah 350 dollar Singapura per semester.
Dubes RI untuk Singapura, Wardana, mengatakan, P3K didirikan atas usulan dari para PRT di Singapura. Termasuk program pendidikan dan pelatihan yang ditawarkan.
"P3K tidak sebatas membe­rikan ilmu dan keterampilan terkait bidang kerja PRT, tetapi juga bekal untuk mencari pekerjaan di Indonesia setelah pu­lang dari Singapura," katanya, beberapa waktu lalu.
Didirikan tahun 2009, P3K Indonesia-Singapura punya program bahasa Inggris, komputer, menjahit, serta program Kejar Paket B dan C dengan biaya Rp 50 dollar atau Rp 340.000 per semester. Program lainnya adalah kursus bahasa Mandarin, musik, tari, serta bimbingan spiritual yang gratis.
Program universitas terbuka, biayanya 350 dollar Singapura per semester atau sekitar Rp 2.380.000, bisa dicicil dua kali. Program studinya antara lain ilmu komunikasi, administrasi negara, sosiologi, akuntansi, dan manajemen.
Kini, kata Kepala Sekretariat P3K Indonesia-Singapura, Yaya Sutarya, jumlah siswi P3K su­dah 905 orang.
Berdasarkan data KBRI, di Singapura terdapat sekitar 160.000 orang warga negara In­donesia di Singapura.  Terbanyak adalah yang bekerja sebagai PRT, sekitar 86.000 orang.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber : Artikel pada Harian Kompas tanggal 14 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar