Kita bisa menemukan kebahagiaan dengan cara berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Oleh : Johny The
Mengejar pengalaman yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang kurang menyenangkan merupakan kodrat manusia. Entah sadar atau tidak, sejak kecil kita selalu berusaha mengulang-ulang hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan dan kurang menyenangkan. Itu manusiawi.
Apa hal-hal yang bisa membuat kita merasa senang dan bahagia? Ternyata setiap orang punya sumber kesenangan dan kebahagiaan yang berbeda-beda.
(1). Jalan-jalan/Rekreasi
Ada orang-orang yang menemukan kesenangan dengan pergi jalan-jalan. Mengunjungi tempat-tempat yang eksotis. Bukan hanya di dalam negeri, melainkan juga ke mancanegara. Melihat tempat-tempat yang indah dan mengalami pengalaman yang baru menimbulkan kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Salah satu obyek turisme yang digemari adalah Cina, satu negeri yang eksotis dengan danau, pegunungan, sungai, Tembok Besar, Istana dan Kota Terlarangnya yang memukau. Pada akhir abad XIII Marco Polo berkunjung ke Cina pada zaman Kubilai Khan. Selama 17 tahun tinggal di sana, penjelajah dari Italia itu mendapat banyak pengalaman baru. Pengalaman itu ia tuangkan ke dalam sebuah buku yang berjudul "Kisah Perjalanan Marco Polo." Buku ini menjadi best seller”.
Mesir dengan piramidanya juga merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi. Selama bulan Ramadan 2010, Agus Mustofa melakukan ekspidisi spiritual, menyusuri sungai Nil di Mesir dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang eksotis. Hasil pengamatannya atas tempat-tempat tersebut kemudian dilaporkan selama 1 bulan penuh di harian Jawa Pos. Kisahnya yang menarik seakan-akan membawa kita menyusuri lorong waktu yang panjang dalam sejarah Mesir.
Sayang, jalan-jalan membutuhkan biaya yang besar sehingga tidak semua orang bisa menikmati privilege ini. Namun sebenarnya kita bisa melakukan perjalanan ke mancanegara dengan bekal pas-pasan. Trinity dalam bukunya "The Naked Traveller" menceritakan pengalamannya pergi ke Puerto Rico, Finlandia, Sri Lanka, Filipina, Kamboja, Ceko dan ke berbagai negara ala backpacker. Kisahnya sangat menarik, lucu, dan penuh info yang berguna, serta membuktikan bahwa semua orang yang punya kemauan yang kuat bisa melakukan travelling ke seluruh dunia. Sekedar selingan, turis dari Indonesia itu mudah dikenali karena punya karakteristik tertentu. Yaitu, ingin mengunjungi tempat wisata sebanvak mungkin, kemudian berfoto-foto di ikon tempat wisata itu. Dan kemudian, shopping. Pergi kemanapun belanja sehingga ketika pulang kopornya beranak banyak.
(2). Makan
Ada juga orang-orang yang menemukan kesenangan melalui makan. Pergi ke manapun, yang pertama dicari adalah tempat makan dan makanan yang enak. Jadi dia punya daftar nama-nama restoran yang pantas untuk dikunjungi di setiap kota atau negara. Bahkan saking hobinya, orang-orang ini punya moto “Hidup untuk Makan."
Karena menyadari pangsa pasar penggemar makan cukup besar, stasiun televisi, koran maupun majalah menyediakan rubrik wisata kuliner untuk memberi info tentang restoran yang layak untuk dikunjungi. Selain itu, restoran-restoran baru terus bermunculan dan menawarkan berbagai jenis makanan, suasana dari konsep yang berbeda untuk menarik orang datang.
(3). Money, Money, Money!
Sumber kesenangan lain bagi banyak orang adalah punya banyak uang. Beberapa tahun yang lalu kelompok band ABBA mempopulerkan lagu "Money-Money, Money" yang mengisahkan betapa berat kehidupan orang yang miskin harus bekerja siang malam untuk membayar hutang dan masih tetap saja kekurangan. Jadi mereka membayangkan betapa menyenangkan jadi orang yang punya banyak uang. Bisa melakukan apa saja. Lagu Oppie Andaresta "Cuma Khayalan" juga memimpikan betapa menyenangkan jika jadi orang kaya punya mobil mewah, punya rumah gedong dengan kolam renang pribadi, punya kapal pesiar lengkap dengan pulau pribadi dan deposito yang bisa dipakai tujuh keturunan.
Hal yang sama juga disingkapkan dalam film "Fiddler on the Roof". Dalam film itu diceritakan tentang seorang pemerah susu Yahudi yang miskin pada awal tahun 1900-an di Rusia. Saat itu kondisi Rusia sungguh-sungguh sulit, sehingga banyak orang sulit dapat makanan. Pada waktu-waktu luang, pemerah susu itu sering melamun dan membayangkan betapa enaknya jadi orang kaya: tidak perlu kelaparan, punya rumah bagus, punya baju bagus, bisa menikmati berbagai hiburan dan dihormati masyarakat. Karena begitu terobsesi, ia menyanyi, "If I Were Rich Man." Ketika mendengar kata-kata lagunya, isterinya mengingatkan bahwa uang itu kutukan. Tapi pemerah susu itu justru menengadah ke langit dan berteriak sekeras-kerasnya, Tuhan, kutuklah aku. Kutuklah aku." Maksudnya, ia ingin Tuhan memberikan banyak uang kepadanya dan menjadikan dia kaya.
Seperti ABBA, Oppie Andaresta dan pemerah susu itu, banyak orang punya mimpi dan obsesi ingin jadi orang kaya. Mereka sudah bosan dengan kemiskinan dan penderitaan. Mereka membayangkan betapa nikmatnya jika punya banyak uang. Jika punya banyak uang, mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan: rumah mewah, mobil bagus, baju dan perhiasan yang mahal, hiburan kelas atas, makanan bergengsi dan status sosial yang bagus. Namun banyak orang kaya, yang sudah memiliki apa yang diimpikan banyak orang, tidak merasa bahagia. Uang ternyata tidak bisa membeli segala-galanya. Uang bisa untuk membeli rumah yang mewah, tapi bukan suasana rumah tangga yang harmonis. Uang bisa untuk membeli tempat tidur yang mahal, tapi bukan kenikmatan tidur yang nyenyak. Uang bisa untuk membeli makanan yang berkelas, tapi bukan kenikmatan makan. Uang bisa untuk mendapatkan perawatan istimewa dari dokter dan rumah sakit terkenal, tapi bukan jaminan sehat dan umur panjang.
(4). Berbagi Kebahagiaan dengan Orang Lain.
Selain jalan-jalan, makan, dan uang, ada hal-hal lain yang mampu mendatangkan kesenangan. Misalnya, olahraga, main game, judi, atau seks. Tetapi jika ditelusur, semua kesenangan itu berpusat pada diri sendiri. Namun, ada jenis kesenangan yang tidak berpusat pada diri sendiri, yaitu berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Margaret dari New Orleans, AS, telah menjadi yatim piatu ketika masih bayi. Jadi ia dipungut anak oleh pasangan muda yang miskin tapi ramah. la tinggal bersama mereka sampai dewasa. Kemudian ia menikah. Sayang tak lama setelah itu, suami dan anaknya yang masih bayi mati, sehingga ia kembali hidup sendirian. Untuk mencukupi kebutuhannya, ia bekerja dari pagi sampai malam di sebuah perusahaan laundry. Di dekat tempat kerjanya ada sebuah panti asuhan, dan setiap hari ia melihat anak-anak yatim yang hidup serba kekurangan.
Melihat suster-suster kewalahan mengurus anak-anak panti yang jumlahnya terus bertambah, Margaret tergerak dan berjanji untuk menyumbangkan sebagian upahnya. Untuk itu ia bekerja lebih giat dan lebih lama. Akhirnya ia berhasil mengumpulkan uang cukup banyak. Dengan uang itu ia membeli dua ekor sapi dan sebuah kereta dorong. Pagi-pagi ia memerah susu dan mengantarnya ke para pelanggan. Sambil berkeliling ia meminta sisa-sisa makanan dari hotel-hotel dan rumah-rumah orang kaya untuk diberikan kepada anak-anak panti yang kelaparan. Ia juga membangun sebuah panti asuhan khusus untuk bayi.
Sayang tak lama sesudah itu terjadi Perang Saudara di AS, sehingga makin banyak orang hidup dalam kemiskinan. Selama perang ia membantu banyak orang miskin dengan menyediakan makanan bagi mereka. Setelah perang usai, ia membangun sebuah pabrik roti. Bisnisnya terus berkembang dan setiap orang di kota itu mengenal dan mencintainya. Kaum miskin datang minta tolong kepadanya. Para pengusaha juga datang meminta nasihat darinya. Tetapi Margaret selalu menyediakan diri untuk membantu semua orang yang membutuhkan.
Akhirnya, suatu hari Margaret meninggal. Ketika surat wasiatnya dibacakan, ternyata ia punya tabungan yang sangat besar nilainya pada masa itu, sekitar Rp 5,4 milyar. Uang itu ia hibahkan kepada seluruh panti asuhan yang ada di New Orleans. Ketika orang-orang New Orleans mendengar bahwa Margaret sudah meninggal, mereka berkata, "Ia adalah ibu bagi anak yatim piatu. la teman bagi orang-orang yang tidak punya teman. Ia memiliki kebijaksanaan yang lebih agung dari pada yang diajarkan di sekolah-sekolah. Kita tidak akan membiarkan kenangan akan dia memudar."
Maka pada 1884 penduduk kota itu membuat patung Margaret, tepat sebagaimana ia biasanya terlihat duduk di kursi pendek, dengan pakaian dan sepatu yang sangat sederhana dan tangan merangkul anak yang bersandar padanya. Patung itu dibuat untuk mengenang seorang ibu sederhana yang memiliki kekuatan cinta yang luar biasa. Sampai saat ini, kita bisa menyaksikan patung itu jika berkunjung ke New Orleans.
Kebahagiaan tidak hanya kita temukan dengan cara mencari kesenangan pribadi. Kebahagiaan juga bisa kita temukan dengan cara membagi kebahagiaan dengan orang lain. Melihat orang-orang bersyukur kepada Tuhan dengan air mata bercucuran saat menerima uluran tangan kita akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi kita.
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan : dikutip dari artikel dalam Majalah Natasha Edisi 27 bulan November-Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar