Minggu, 17 Oktober 2010

PANGERAN ANTASARI (1809-1862), PAHLAWAN KEMERDEKAAN NASIONAL

Pangeran Antasari selalu berkata : "HARAM MANYARAH WAJA SAMPAI KAPUTING", artinya haram hukumnya untuk menyerah kepada musuh. Belanda selalu mengambil keuntungan dengan adanya kericuhan di Kesultanan Banjarmasin dengan memihak kepada yang tidak berhak menduduki kesultanan.  Perjuangan Pangeran Antasari antara lain memimpin pertempuran mengepung Benteng Pengaron pada bulan April 1859 dan memimpin perjuangan rakyat terhadap penjajah Belanda yang selalu berupaya memecah persatuan dan kesatuan diantara pemimpin dan rakyart.   Pangeran Antasari (1809-1862) merupakan Pahlawan Kemerdekaan yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI No.06/TK/Tahun 1968 tanggal 27 Maret 1968.
Untuk mempercepat penalaran maka kami sampaikan ringkasan dulu sejarahnya yaitu :

Sultan Aminullah (wafat 1761) - mempunyai 3 putra (2 tewas misterius), yang selamat Pangeran Amir.
• Pangeran Natanegara diangkat jadi wali dengan nama Sulaiman Saudilah/Sultan Sulaeman.
• Tahun 1875 Pangeran Amir melancarkan pemberontakan untuk merebut tahta, Sultan Sulaeman minta bantuan Belanda, Pangeran Amir tertangkap dan dibuang. Salah seorang putera Pangeran Amir adalah Pangeran Mas'ud (ayah Pangeran Antasari),
• Kericuhan terjadi masa pemerintahan Sultan Adam Alwasih (putera Sultan Sulaiman Saidilah) - mengangkat anaknya - Abdurrahman - sebagai Sultan Muda (tahun 1852 meninggal dunia) - dua orang anaknya, Pangeran Hidayat (anak permaisuri) dan Pangeran Tamjidilah (hasil perkawinan tak sah) - keduanya merasa berhak alas tahta kerajaan - juga pihak ketiga ada yang merasa berhak yaitu Prabu Anom (Putra sultan Adam adik Abdurrahman) yang bertabiat buruk bahkan ada anggapan dia penyebabkan kematian Abdurrahman.
• Sebenarnya Pangeran Hidayatulah yang berhak atas tahta Kesultanan
• Sultan Adam (meninggal 1867), Belanda mengangkat Tamjidilah sebagai penggantinya, sedangkan Pangeran Hidayat diangkat sebagai Mangkubumi.
• Para Bangsawan dan rakyat banyak tidak menyukai Tamjidilah, karena tabiatnya yang kurang senonoh dan terlalu akrab dengan Belanda.
• Gerakan-gerakan rakyat itu hakekatnya menghendaki agar yang bertahta di kesultanan Banjar Pangeran Hidayat (sesuai wasiat Sultan Adam).
Pangeran Antasari hampir tidak dikenal, ia tidak memiliki kekayaan yang layak untuk hidup sebagai seorang Pangeran, tapi merasa prihatin menyaksikan Kesultanan Banjar ricuh dan semakin besar pengaruh Belanda di negeri Banjar. Putranya yang ke dua adalah Gusti Muhammad Said.
• Para alim ulama dan pemimpin-pemimpin rakyat mulai mendukung Pangeran Antasari dan gerakan rakyat semakin luas untuk menentang Sutan Tamjidilah dan Belanda.
• Tanggal 28 April 1859 meletus pertempuran yang pertama menyerbu Benteng Pengaron.
• Perjuangan di bawah pimpinan Pangeran Antasari terus berlanjut melawan Belanda tanpa mau kompromi/berdamai karena banyak tipu muslihat Belanda yang menangkap pimpinan rakyat dengan dalih damai.
• 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari wafat selelah tiga setengah tahun memberontak kepada Belanda
• Rakyat menobatkan putra Antasari yang pertama Pangeran Muhammad Seman sebagai Sultan dan Muhammad Said adiknya sebagai Mangkubumi.  Sultan Muhammad Seman melanjutkan perjuangan ayahnya, Belanda terus-menerus berusaha menangkapnya, pada bulan Januari 1905 Belanda berhasil menyergap kedudukan Pegustian, dan Sultan Muhammad Seman tewas
Gusti Sulaiha meneruskan perjuangan kakak dan ayahnya,
• Dengan tewasnya Sultan Muhammad Seman, maka berakhirlah Pegustian dan berakhir pulalah perjuangan rakyat Banjar yang berlangsung selama 46 tahun dari tahun 1889 sampai 1905. Perlawanan itu sungguh-sungguh menggoyahkan kedudukan Belanda

Cerita selengkapnya yaitu .....
Kericuhan terjadi ketika Sultan Aminulah wafat dalam tahun 1761. Ia meninggalkan 3 orang putra yang masih kecil, dan karena itu ia saudara Aminulah, Pangeran Natanegara diangkat menjadi wali. Dua orang putra Aminulah terbunuh secara rahasia, sedangkan seorang lagi, Pangeran Amir berhasil menyelamatkan diri ke Pagatan. Sesudah itu Pangeran Natanegara menobatkan diri menjadi sultan dengan nama Sulaiman Saidilah.
Tahun 1875 Pangeran Amir melancarkan pemberontakan untuk merebut tahta dengan kekuatan 3000 orang Bugis. Sultan Sulaiman minta bantuan Belanda, Pasukan Belanda dibawah pimpinan Kapten Christoffel berhasil mematahkan perlawanan Panperan Amir, Dalam suatu pertempuran Pangeran Amir tertangkap dan kemudian dibuang ke Srilangka. Salah seorang puteranya bernama Pangeran Mas'ud dan Pangeran inilah ayah Pangeran Antasari,
Belanda menarik keuntungan dari kericuhan itu. Sebagai imbalan jasa memadamkan pemberontakan Pangeran Amir, sesuai perjanjian Agustus 1787, Sultan Sulaiman Saidilah menyerahkan kedaulatan Banjar kepada Belanda, la dan keturunannya masih berhak menyandang gelar-gelar Sultan dan memerintah wilayah Kesultanan, tetapi hanya sebagai pinjaman (Vasal) dari Belanda.
Kericuhan terjadi lagi pada masa pemerintahan Sultan Adam Alwasih dialah putera Sultan Sulaiman Saidilah. Selagi masih bertahta. ia mengangkat anaknya, Abdurrahman, sebagai Sultan Muda. Pada tahun 1852 Abdurrahman meninggal dunia dengan meninggalkan dua orang anak, Pangeran Hidayat dan Pangeran Tamjidilah. Yang pertama adalah anak dari perrnaisuri sedangkan yang kedua lahir dari perkawinan tidak sah dengan wanita cina. Keduanya merasa berhak alas tahta kerajaan. Disamping itu ada lagi pihak ketiga yang juga merasa berhak yaitu Prabu Anom, Putra sultan Adam adik Abdurrahman. la dikenal sebagai seorang yang bertabiat buruk, bahkan ada anggapan bahwa ialah yang menyebabkan kematian Abdurrahman. Sebenarnya Pangeran Hidayatulahlah yang berhak atas tahta Kesultanan.
Sekali lagi Belanda ikut campur tangan. Mereka harus menggunakan sebagai alasan campur tangannya, karena investasinya yang sudah ditanamkan dalam pertambangan Batu Bara " Oranye Nasau" di Pengaron dan " Yulia Hermina" dibanyu Ipang. Kedua tamabang ini mendatangkan hasil yang cukup banyak. karena itu Belanda memerlukan seorang Sultan yang dapat mereka kendalikan.
Sultan Adam meninggal dunia dalam tahun 1867. Belanda mengangkat Tamjidilah sebagai penggantinya, sedangkan Pangeran Hidayat diangkat sebagai Mangkubumi. Para Bangsawan dan rakyat banyak tidak menyukai Tamjidilah, Karena tabiatnya yang kurang senonoh dan terlalu akrab dengan Belanda.
Keresahan rakyat tampak jelas dengan adanya pemberontakan di daerah pedalaman yaitu:
1. Di Benua Lima (Negara, Alabio, Sungai Bouna, Amuntai dan Kelua) dipimpin oleh Jalil,
2. Di Muning dibawah pimpinan Alim yang telah menobatkan dirinya
    menjadi Sultan dengan nama Penambahan Muda, anaknya yang
    bernama sambang diangkat bergelar Sultan Kuming; dan anak
    perempuannya Saranti diberi gelar Putri Jenang Buih, Nama kampung
    Aling digantinya menjadi Tamba Merah.
3. Di Tanah Laut dan di Hulu Sungai dipimpin oleh Demang Lehman.
4. Di Kapuas Kahayan dibawah Pimpinan Tumenggung Surapati.
Gerakan-gerakan rakyat itu hakekatnya menghendaki agar yang bertahta di kesultanan Banjar Pangeran Hidayat.  Sebenarnya Pangeran Hidayat yang bernak menjadi Sultan, karena Sultan Adam pernah meninggalkan Wasiat itu sebagai berikut:
1. Sultan Adam memberi kepada Pangeran Hidayat gelar Sultan
    Hidayatullah Halilillah.
2. Mengangkat menjadi penguasa agama serta mewariskan semua
    harta kerajaan,semua alat senjata kerajaan.alat pusaka dan
    pedang perburuan.
3. Apabila Sultan Adam wafat, maka penggatinya adalah Pangeran
    Hidayat, dan hendaknya memerintah rakyat dengan penuh
    keadilan dan mengikut perintah agama,
4. Memerintahkan kepada seluruh rakyat kerajaan Banjar supaya
    mentaati hal ini dan jika perlu mempertahankan dengan kekerasan.
5. Memerintahkan kepada semua Pangeran, Menteri, orang Besar
    kerajaan, Ulama dan Tatuha Desa supaya mematuhi ketentuan ini,
    apabila dilanggar maka Sultan Adam akan menjatuhkan kutuknya.
Pada mulanya gerakan-gerakan itu berdiri sendiri-sendiri diberbagai tempat, di desa-desa rnereka mempengaruhi rakyat dan disana-sini mengganggu ketenterarnan, Baru kernudian gerakan-gerakan itu dapat dipersatukan Pangeran Antasari yang berusia kurang lebih 50 tahun.
Sampai saat ini nama Pangeran Antasari hampir-hampir tidak dikenal. Ia tidak memiliki kekayaan yang memungkinkan untuk hidup layak sebagai seorang Pangeran, sedang ia merasa prihatin menyaksikan Kesultan Banjar yang ricuh dan semakin besarnya pengaruh Belanda di negeri Banjar. Kesempatan terbuka bagi Pangeran Antasari ketika dipedalaman Banjar timbul gerakan-gerakan rakyat.
Pangeran Hidayat dalam kedudukannya sebagai Mangkubumi mengutus 3 orang untuk menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak salah seorang utusan itu adalah Pangeran Antasari. Maka terbukalah kesempatan bagi Pangeran Antasari untuk menghubungi pemimpin-pemimpin gerakan rakyat yang siap memberontak maka berhasil memperoleh kepercaan rakyat dan dipilih sebagai pimpinan pemberontakan. Cita-cita pemberontakan memang sesuai dengan sikap dan pendirian Antasari, Oleh karena dia dan keluarganya diam-diam meninggalkan kediamannya di Antasari Martapura dan mempersatukan diri dengan pemberontak di pedalaman. Putranya yang kedua Gusti Muhammad Said, dikawinkan dengan Saranti, Putri Penembahan Aling, tokoh pemberontak yang amat berpengaruh. Antasari berhasil mempersatukan gerakan rakyat yang dipimpin oleh Penembahan Aling di Muning dengan gerakan Jalil di Benua Lima. Dengan demikian wilayah perlawanan bertambah luas meliputi tanah Dusun Atas Pabanio dan Kuala Kapuas sampai Tanak Bumbu, Semuanya menjadi satu front dibawah pimpinan Antasari untuk menentang Sutan Tamjidilah dan Belanda.
Setelah pimpinan gerakan rakyat dipegang oleh Antasari, maka pengaruhnya lebih luas, juga dikalangan alim ulama Banjar yang sebagian besar bersedia ikut menempuh jalan kekerasan. Pada permulaannya ia berhasil mengumpulkan sebanyak 6000 orang yang menjadi laskar.
Mulai tanggal 28 April 1859 meletuslah pertempuran yang pertama. Pagi-pagi buta 300 orang laskar Antasari menyerbu Benteng Pengaron. Pertempuran berlangsung hingga jam 2 siang. Di pihak Antasari tewas 15 orang dan dipihak Belanda 1 orang
Benteng Pengaron dikepung rakyat. Komando Beeckman amat khawatir karena persediaan makanan sudah menipis. la segera mengirim kurir, tetapi kurir itu dibunuh rakyat. Dapat dikatakan diluar Benteng dikuasai oleh laskar Antasari. 20 orang bersenjata pedang menyelinap kedalam Benteng tetapi diketahui musuh dan semua nya mati terbunuh. Dokter Belanda di dalam benteng diamuk dan dibunuh oleh orang hukuman. Antasari mengirim surat kepada Beeckman agar ia menyerah.
Didalam bulan suci Ramadhan 1278 H, (Maret 1862 M) para alim ulama dan pemimpin-pemimpin rakyat dari Barito, Murung, Sihong, Teweh dan Kepala-kepala Dayak Kapuas Kahayan berkumpul di dusun Hulu untuk menobatkan Pangeran Antasari menjadi Penembahan Amirudin Kalifatul Mukminin, pemimpin tertinggi agama.Dengan demikian dalam pengertian rakyat, kedaulatan Banjarmasin yang sekarang dipegang oleh keturunan Syah dari Sultan Aminullah telah pulih kembali. Kekuasaan dan kedaulatan dilaksanakan sesuai dengan keadaan perang yang masih berkobar.
Belanda masih berusaha untuk berdamai dengan Pangeran Antasari dan memberi pengampunan. Tetapi Pangeran Antasari sadar, bahwa itu hanya tipu muslihat Belanda saja. Bukankah banyak pemimpin Indonesia yang mengalami nasib yang menyedihkan. Sultan Ageng Ttrtayasa, Pangeran Diponegoro, Kyai Maja, Pangeran Hidayah kesemuanya memenuhi ajakan Belanda untuk berunding namun mereka ditipu dan akhirnya dibuang sebagai tawanan
Pangeran Antasari menolak ajakan Belanda dengan mengirim surat kepada GEZA HEBBER (penguasa) dimuara Bahau (Bakumpai). Isinya adalah penolakan pengampunan yang diajukan Belanda kepada Pangeran Antasari la tidak percaya dengan janji-janji yang diberikan Belanda dan menganggapnya sebagai tipu muslihat belaka
Ternyata Pangeran Antasari benar-benar menunjukan jiwa kepahlawanan. Beliau selalu berkata, HARAM MANYARAH WAJA SAMPAI KAPUTING", artinya adalah haram hukumnya untuk menenyerah kepada musuh.
Pada waktu itu Pangeran Antasari sudah tidak muda lagi, usianya sudah 50 tahun. Dengan kesadaran dan kenyakinan ia memimpin gerakan melawan pemerlntah Belanda di Kalimantan Selatan dan Tengah. la mempunyai kekuatan pribadi dan keluhuran budi yang menjadi motor pendorong mengapa ia tetap mempertahankan pendiriannya tanpa pernah mundur setapakpun untuk berkompromi dengan lawan sampai akhir hayatnya
"Pangeran Antasari telah membuktikan memiliki keahlian dalam siasat perang gerilya serta mampu memimpin pasukan di daerah-daerah yang luas lagi sukar didiami manusia, la adalah pemimpin yang ulet, tabah dan berwibawa, serta memiliki kekuatan bathin untuk mengikat para pengikutnya Kepada tujuan yang mulia, Pangeran Antasari adalah seorang pemimpin yang tidak mementingkan diri sendiri, Pada saat para bangsawan yang berkuasa dalam kerajaan Banjarmasin banyak yang hanya memikirkan kehidupan pribadinya sendiri saja. Maka Pangeran Antasari mengangkat senjata dengan semboyan pantang mundur."
Sementara itu wabah penyakit melanda daerah pedalaman, penyakit cacar yang ganas mengamuk Pangeran Antasari terserang penyakit itu pula. Dalam keadaan sakit parah ia diangkut ke pegunungan Dusun Hulu Akhirnya pada 11 Oktober 1862 ia wafat dikampung Bayan Begok, Pangeran Antasari yang telah diangkat oleh rakyatnya menjadi sultan dengan gelar penembahan itu wafat selelah tiga setengah tahun memberontak kepada Belanda jenaahnya dikebumikan disana.
Dengan wafatnya Pangeran Antasari rakyat kehilangan pemimpin yang berani, tegas, tangguh, cerdik dan alim, Meskipun demikian semangat-semangat Pangeran Antasari tetap berkobar-kobar. Rakyat Banjar tidak tenggelam dalam kesedihannya dan serta menobatkan putra Antasari yang pertama, Pangeran Muhammad Seman sebagai Sultan dan Muhammad Said adiknya sebagai Mangkubumi.
Nama Kesultanan diubah menjadi Pegustian artinya pemerintah para gusti (=pangeran) yaitu gelar para putera-putera Antasari. Pusat pemerinlahan terpaksa berpidah-pindah karena senantiasa dikejar-kejar Belanda. Semula berpusat di dusun Hulu dengan kedudukan di Muara Teweh. Kemudian di Kapuas Kahayan dengan pertahananya didekat sungai Patangan paling akhir di Baras Kuning dimulut Sungai Manawing
Belanda Terus-menerus berusaha menangkap Sultan Muhammad Seman hingga akhirnya pada bulan Januari 1905 tiga Brigadir Belanda yang terdiri dari 60 orang berhasil menyergap kedudukan Pegustian,  Sultan Muhammad Seman tewas dalam penyergapan itu anggota ketuarganya dan kerabat Pegustian terpencar-pencar. Hanya putrinya yang bernama Gusti Sulaiha meneruskan perjuangan kakak dan ayahnya,
Dengan tewasnya Sultan Muhammad Seman, maka berakhirlah Pegustian dan berakhir pulalah perjuangan rakyat Banjar yang berlangsung selama 46 tahun dari tahun 1889 sampai 1905. Perlawanan itu sunggun-sungguh menggoyahkan kedudukan Belanda.
Pemerintah Rl dan seluruh Bangsa Indonesia menghargai perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran Antasari dalam usahanya melenyapkan Kolonial Belanda, sedangkan Makam Pahlawan Nasional Pangeran ANTASARI berada di Jalan Malkon Temon BANJARMASIN.
Sumber a.l : Program Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan 2010 (leaflet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar