Kamis, 17 April 2014

Perempuan, antara Profesi, Karir dan Keluarga



Dikemas oleh : Isamas54
Bagi suami istri yang bekerja tentu ada untung dan ruginya, namun di sisi lain apabila tidak bisa mengaturnya maka kenyamanan dalam berkeluarga bisa-bisa tergoyahkan.

(1).  Tuntutan dalam kehidupan
Dulu, pemasukan dobel tak pernah terpikirkan oleh banyak pasangan, karena pola pikir yang menganggap tugas suamilah sebagai satu-satunya pencari nafkah, dan tugas istrilah yang mengurus rumah tangga dan anak-anak.  Kini, ketika zaman sudah berubah, sekitar 80% pasangan menikah sama-sama bekerja, sehingga keduanya sama-sama memberikan kontribusi ekonomi bagi keluarga. Pandangan yang berubah ini juga memberi pengaruh cukup besar dalam urusan rumah tangga, sebaliknya kontribusi istri dalam pemenuhan ekonomi juga menuntut adanya keikutsertaan suami dalam mengurus rumah tangga.
Fenomena perempuan bekerja bukan hanya terjadi di era modern karena toh secara tradisi perempuan di banyak suku di Indonesia juga justru yang menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja di ladang atau sawah.
Sebagai gambaran berikut data Profesi dan tingkat pendidikan tertinggi dari perempuan Indonesia  yang kami ambil dari harian Media Indonesia tanggal 12 September 2012.
Profesi Perempuan Indonesia : Pertanian (28,29%), Perdagangan (20,88%), Industri pengolahan  (12,69%), Jasa kemasyarakatan (9,59%), Perkebunan (8,70%), Pendidikan (6,27%), Hotel dan rumah makan (2,61%), Lain-lain (10,97%).  Pendidikan tertinggi Perempuan Indonesia  : Tidak sekolah (11,45%), Tidak tamat SD (8.69%), SD (36,08), SLTP (15,29%), SLTA (18,34%), Diploma (I-III)  (4,04%), S-1 (5,76%), S-2 dan S-3 (0,35)
Namun, disukai atau tidak, perempuan bekerja kini kerap kali harus dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara berkarier atau keluarga, terutama jika buah hati telah hadir.  Sehingga dengan demikian permasalah baru pun timbul, terutama yang menyangkut kenyamanan dalam keluarga seperti mengharuskan peningkatan peran pembantu rumah tangga, kesempatan waktu bersama dalam keluarga, kebutuhan biologis, dan sebagainya.
Aktifitas seks bagi wanita karier yang sudah menikah biasanya sering terlupakan di tengah kesibukan. Bergulat dengan urusan kantor membuat tubuh lelah dan niat melakukan hubungan intim otomatis berkurang.
Mengatur waktu yang pas sangat diharapkan agar tak timbul konflik dengan suami, apalagi bila sang suami punya banyak waktu luang. Jika tak pandai memilah semua itu, rumah tangga bisa berantakan.
Untuk permasalahan ini tentunya diperlukan adanya keterbukaan dan keseimbang dalam membagi waktu dan perhatian.

(2).  Karir dan profesi

(2.1).  Profesi dan komitmen
Pasangan yang berprofesi sama cenderung sulit menjalani hubungan yang berkomitmen dan seimbang jika dibandingkan dengan pasangan berbeda dunia kerja. Demikian hasil studi University of Bedfordshire yang dilan sir British Psychological Society Division of Occupational Psychology Annual Conference, di Chester-Inggris (2012).
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 291 pasangan sesama akademisi, dan 350 akademisi yang berpasangan beda profesi. Studi menganalisis seberapa efektif pasangan dapat memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaan, berapa lama bekerja, dan komitmen mereka pada pekerjaan.
Hasil studi menunjukkan, pasangan akademisi lebih keras berjuang menyeimbangkan urusan pekerjaan dan pribadi, menghabiskan waktu lebih banyak di kantor, dan lebih mementingkan karier.

(2.2).  Kesuksesan
Kesempurnaan dalam karier, keuangan, dan hubungan pribadi merupakan arti kesuksesan bagi perempuan. Kesimpulan tersebut didasarkan survei yang dilakukan jejaring sosial pekerja profesional, Linkedin (2012).
Dari 500 perempuan pengguna Linkedin, peneliti menemukan mayoritas perempuan yang disurvei secara daring menjawab : (a).  Kesuksesan diawali dari memiliki pekerjaan mapan.  (b).  indikator lain yaitu anak yang sehat dan bahagia.  (c).  Sekitar 15% perempuan menjawab kesuksesan berarti menjadi bos buat diri sendiri.
Peneliti juga menemukan bahwa makna kesuksesan bagi perempuan berbeda sesuai tingkatan usia yaitu : (a).  Perempuan di bawah 35 tahun percaya bahwa kesuksesan berarti memiliki segalanya hingga memegang jabatan tinggi dalam pekerjaan.  (b). Perempuan di atas 35 tahun berpendapat bahwa kesuksesan adalah ketika berhasil menjadi bos bagi diri sendiri.

(2.3).  Hormon dan karier
Karier yang dipilih seorang perempuan ternyata bukan hanya karena minat dan pendidikan, namun tingkat hormon seksual juga memengaruhi pemilihan bidang karier perempuan.  Demikian hasil penelitian psikolog Universitas Pennsylvania-AS yang melibatkan 125 perempuan.
Penelitian dilakukan dengan meminta kepada mereka untuk mengidentifikasi daftar 64 tipe karier yang disukai, tidak disukai, dan yang sama sekali yang tidak mereka pedulikan.
Hasilnya, ternyata perempuan dengan tingkat hormon androgen tinggi akan memilih karier yang biasa dikuasai laki-laki, seperti sebagai peneliti, petani, teknisi, polisi, dan astronom.  Sedangkan perempuan tanpa hormon tersebut akan memilih pekerjaan seperti pekerja sosial, guru, penari, dan desainer.
Namun, menurut peneliti Adriene Beltz (2011), ‘kinerja otak tetap mengambil peran menerima rangsangan dari hormon tersebut’.

(2.4).  Pemimpin bersuara maskulin
Orang-orang cenderung memilih pemimpin dengan suara yang maskulin, hal yang sama juga berlaku untuk pemimpin perempuan.  Demikian hasil penelitian Rindy Anderson dari Duke University dan Casey Klofstad dari University of Miami-AS yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE (2012).
Keduanya menyebutkan, bahwa :  (a).  Dalam peran kepemimpinan yang biasa dipegang perempuan seperti dalam asosiasi guru dan wali murid juga anggota dewan sekolah, orang-orang cenderung memilih pemimpin perempuan bersuara maskulin. (b).  Temuan menunjukkan bahwa pengaruh nada suara terhadap persepsi kemampuan memimpin, berlaku konsisten di konteks sosial dan lingkungan kepemimpinan manapun.
"Kita sering tidak mempertimbangkan bagaimana kondisi biologis bisa mempengaruhi pengambilan keputusan kita, nyatanya nada suara yang juga karakter fisiologis, bisa mempengaruhi cara kita memilih pemimpin," terang Klofstad.

(3).  Tubuh, gairah dan penampilan

(3.1).  Jam Kerja dan Kehamilan
Ibu hamil yang masih bekerja membanting tulang harus berhati-hati, karena ditemukan perempuan yang mengandung dan tetap bekerja lebih 25 jam seminggu dengan banyak berdiri berpotensi memiliki bayi berbobot di bawah rata-rata. Demikian hasil studi University Medical Centre, Rotterdam-Belanda (2012).
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 4.680 calon ibu dengan usia kandungan sekitar 30 minggu. Hasilnya, mereka yang bekerja lebih dari 25 jam/minggu dengan pekerjaan yang menuntut banyak berdiri memiliki bayi dengan berat 148-198 gram lebih sedikit ketimbang berat rata-rata bayi normal. Lingkar kepala bayi juga sekitar 1 cm lebih pendek.
Tim peneliti menyarankan agar atasan lebih manusiawi dan pemilik tempat kerja harus sejenak meletakkan pola pikir kapitalisnya terhadap pekerja yang tengah mengandung.

SELINGAN
Remas dan gosok (ini kurag berkaitan dengan pekerjaan)    

Diskotik adalah tempat orang untuk bersenang-senang, bukan untuk menerima "teror" remas dan gosok! Itu yang diserukan oleh banyak wanita Singapura yang doyan ke disko. 

Menurut harian The Srails Tunes hari Senin (2/8), dalam dua tahun terakhir ini telah datang enam pengaduan ke polisi. Sang pengadu, yang semuanya perempuan, mengeluh sering dijahili seseorang ketika berdansa.  Tetapi mereka merasa kesulitan membuat tuntutan karena gelapnya disko mengakibatkan mereka tak bisa memastikan siapa yang kurang ajar.

"Saya tengah dansa dengan mata tertutup ketika seseorang tiba-tiba meremas buah dada kanan saya," kata seorang mahasiswi berusia 22 tahun.   "Tapi, mungkin lain kali saya tak akan tinggal diam bila dijahili. Disko kan tempat bersenang-senang bukan untuk diremas dan digosok," tegas korban yang lain (Kompas, 1993).

Catatan saja : itu dulu, mungkin sekarang sudah tidak terjadi lagi.
Kita lanjutkan …

(3.2).  Seks bagi wanita karier
Beberapa masalah seks di rumah yang muncul bila berprofesi sebagai wanita karier :  (a).  Aktifitas seksual membutuhkan waktu dan tenaga. Dengan terkurasnya stamina usai bekerja, gairah seksual menurun karena kelelahan. Untuk hal ini akan timbul masalah bila suami tak memahami hal itu, apalagi bila langsung tidur usai bekerja.  (b).  Peluang berselingkuh di kantor.  Hubungan yang intens karena punya waktu lebih bersama rekan-rekan sejawat bisa saja melibatkan emosi serta berakhir dengan asmara.. Jika ini sampai terjadi, suami di rumah semakin terlupakan.  (c). Kelelahan sering terkait dengan masalah kesuburan.
TIP mengatasinya :  (a). Upayakan untuk beristirahat yang cukup dan menjauhi hal-hal atau aktifitas yang tak perlu.  (b).  Segera pulang sehabis kerja bila tak ada aktifitas yang sangat penting.  (c).  Pilih makanan yang mengandung gizi dan berkualitas bagi tubuh, jika perlu konsultasikan dengan dokter.  (d).  Jangan lupa menelepon suami secara rutin dan memupuk cinta agar tak terpeleset asmara dengan rekan kantor.

(3.3).  Berkuasa dan seksual
Perempuan yang cenderung memiliki kekuasaan lebih, baik di rumah maupun di tempat kerja ditengarai memiliki intensitas hubungan seksual lebih sedikit.  Demikian hasil para peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg yang telah meneliti hubungan antara otonomi perempuan menikah dan intensitas hubungan seksual mereka.
Hasil penelitian seperti dalam Telegraph (22/9/2011)  yang diterbitkan dalam Journal of Sex Research edisi Oktober 2011, menunjukkan bahwa : (a).  Perempuan yang lebih diberdayakan untuk membuat keputusan cenderung kurang sering melakukan hubungan seksual, pola ini terbilang konsisten di enam negara yang disurvei.  (b).  Perempuan yang lebih terbiasa mengambil keputusan sendiri, bukannya secara bersama-sama, memiliki kemungkinan lebih kecil melakukan hubungan seks rutin. (c).  Dengan memahami bagaimana posisi perempuan dalam rumah tangga memengaruhi aktivitas seksual mereka mungkin menjadi bagian penting dalam melindungi hak-hak seksual perempuan dan membantu mereka untuk mencapai kehidupan seksual yang aman dan menyenangkan.

(3.4).  Kegenitan
Pria yang rutin menggoda lawan jenis di tempat kerja cenderung kurang puas dengan pekerjaan mereka.  Demikian hasil penelitian psikolog Chadi Moussa dan Bank Adrian, dari University of Surrey-Inggris (2012).  Demikian hasil studi yang melibatkan 201 peserta, pria dan perempuan, rentang usia 21-68, dan dari berbagai sektor pekerjaan.
Penelitian dilakukan melalui kuesioner yang mengukur perilaku kegenitan di kantor, kepuasan kerja, penilaian kinerja oleh diri sendiri, dan kepribadian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa : (a).  tingkat flirting seorang pria di tempat kerja berbanding terbalik dengan tingkat kepuasan kerjanya. (b).  Bagi perempuan sebaliknya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara aktivitas menggoda dan kepuasan kerja.
(c).  Meskipun terkadang memiliki manfaat, seperti menyenangkan atau menghibur rekan kerja, menggoda secara berlebihan merupakan tanda bahwa seseorang bosan dengan jenis, penempatan, atau bidang pekerjaannya.

(3.5).  Karier dan penuaan
Dua pertiga perempuan percaya tampak muda adalah kunci menentukan masa depan karier yang cemerlang. Sejumlah perempuan di Inggris percaya bahwa terlihat awet muda sangat berprospek pada karier.  Demikian menurut survei yang dilakukan escentual.com (2012).
Mereka semua berpikir produk anti penuaan sangatlah penting, selain itu banyak pula yang beranggapan yaitu bila tidak serius menggunakan produk anti penuaan tidak akan mendapatkan promosi jabatan ketika menginjak usia 40-an.
Hasil survey menemukan  :  (a).  Prospek karier para perempuan sangat dibatasi jika tidak terlihat awet muda, bagi mereka yang menginjak usia 40-an pun percaya tidak akan mendapatkan promosi jabatan ke jenjang yang lebih tinggi karena kerutan di wajah. (b).  Namun kenyataan itu berbeda dengan laki-laki. Yang mengejutkan ketika laki-laki menginjak usia 40-an tidak merasakan tekanan akan penampilan untuk tetap terlihat muda.
Juru bicara escentual.com Emma Leslie pun mengatakan (2012) bahwa penampilan menjadi masalah serius perempuan di tempat kerja. Situasi ini semakin mengerikan ketika mereka menginjak usia 40-an dimana sudah saatnya bergerak maju dalam karier.  Situs itu juga menemukan pengeluaran produk anti penuaan semakin meningkat secara signifikan bagi perempuan di pertengahan usia 30-an.

(4).  Rumah tangga dan penghasilan

(4.1).  Pekerjaan
Seberapa banyak pekerjaan rumah tangga yang dilakukan perempuan dan laki-laki warga Amerika Serikat dipengaruhi oleh pekerjaan utama mereka.  Secara umum, perempuan mengerjakan dua pertiga pekerjaan rumah tangga sehari-hari.
Eliza­beth Aura McClintock, sosiolog dari University of Notre Dame, mengatakan : (a).  Laki-laki yang menikah atau berkeluarga dan be­kerja di sektor yang umumnya dilakukan perempuan -- seperti menjadi guru ataupun bekerja di tempat penitipan anak atau panti jompo -- lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibandingkan dengan pria yang bekerja di bidang yang umumnya dikerjakan laki-laki. Otomatis istri mereka menger­jakan lebih sedikit pekerjaan rumah. (b).  Saat mencermati data yang dikumpulkan oleh Panel Studi Dinamika Pendapatan tahun 1981-2009, ditemukan perempuan yang bekerja di sektor yang umum dilakukan perempuan akan me­ngerjakan lebih banyak pekerjaan rumah tangga daripada perempuan yang bekerja di sektor yang umumnya dikuasai la­ki-laki.
"Namun, hal ini tidak berlaku bagi laki-laki dan perem­puan yang tidak menikah. Hal ini menunjukkan, pekerjaan berpengaruh pada pembagian kerja di rumah tangga lewat interaksi dan negosiasi pasangan," ujarnya dalam pertemuan tahunan Asosiasi Sosiolog Amerika di New York. (2013)

(4.2).  Mulai mengungguli
Kaum adam diperkirakan segera kehilangan peran tradisional mereka sebagai pencari nafkah utama keluarga dan digantikan oleh untuk perempuan.  Demikian hasil survei yang digelar Chartered Management Institute
Hasil survey menunjukkan : (a).  Perempuan muda berusia antara 22 dan 29 tahun kini memiliki pendapatan rata-rata per jamnya lebih banyak daripada rekan pria mereka. (b).  Atasan perempuan berusia 20-an kini dibayar lebih dari pria dengan posisi sama. (c).  Gaji perempuan di Inggris naik sebesar 2,4% per tahunnya, sedangkan pria hanya mengalami kenaikan 2,1 persen.
Maria Curnock Cook, kepala eksekutif dari Universities and Colleges Admission Service mengatakan : (a).  Efek itu mungkin karena jumlah perempuan yang memiliki kualifikasi lebih baik lebih banyak ketimbang pria dalam sebuah perusahaan. (b).  Kecenderungan itu tentunya bisa menimbulkan kemungkinan adanya pergantian peran, yakni akan lebih banyak perempuan yang bekerja, sedangkan suami mereka mengurus rumah.
"Bagi saya, ini adalah hal yang sangat menarik. Bila pertengahan usia 20-an perempuan berpenghasilan lebih banyak daripada laki-laki, ini membuka kemungkinan adanya titik kritis di mana ia menjadi lebih berperan. Dengan penghasilan lebih tinggi dalam keluarga, ia lebih mampu melakukan pekerjaan penuh waktu, meninggalkan suami mereka untuk memainkan bagian sebagai pengasuh utama bagi anak-anak dalam keluarga," katanya seperti dikutip Daily Mail (2011)

SELINGAN ..
Siapa sangka, suatu kali kelak orang melihat sekretaris Cina tiba-tiba meloncat dari kursinya dan menghantam tamu yang membahayakan bosnya. Tapi, ini bakal jadi kenyataan, mengingat sekolah sekretaris yang memberi pelajaran tambahan bela diri semakin menjamur.  Pelajaran yang diberikan sangat beragam, mulai dari menembak, terjun payung, yudo, tinju, hukum, kehumasan, psikologi, etiket, sampai bahasa asing. Janjinya cukup menggiurkan buat sarg pekerja Cina umumnya, yaitu gaji sebesar 1.000 yuan (Rp 350.000) sebulan. Ini,artinya, tiga kali lipat dari pegawai pada umumnya.

Tidak tahu keadaan sekarang karena berita tersebut diambil dari harian Kompas di tahun 1994.

(5).  Penyepelean dan kerja
Perempuan yang menghadapi sikap kasar, penyepelean, dan tidak ramah di tempat kerja cenderung membalasnya dengan kerja lebih keras.  Demikian kesimpulan penelitian gabungan Universitas New England dan Universitas Edith Cowan (ECU)-Australia, setelah Tim mengamati 317 pekerja formal di Australia.
Jennifer Loh , peneliti senior psikologi ECU, mengatakan : (a).  seorang perempuan dan pria memiliki kecenderungan sikap yang berbeda dalam menanggapi peremehan di tempat kerja. Pria, cenderung menarik diri, sedangkan perempuan membalasnya dengan memperlihatkan upaya kerja yang lebih keras.  (b). Perempuan lebih sering mengalami peremehan di tempat kerja ketimbang pria.
           
(6).  Kantor di masa depan
Mungkin ini salah satu solusi untuk keseimbangan keluarga …
Pekerjaan di masa depan tidak memerlukan lagi tempat usaha atau kantor.   Demikian menurut  hasil survei dilakukan dengan melibatkan lebih dari 3 ribu pemilik usaha. 
Lebih dari setengah atau tepatnya 57%  perusahaan yang disurvei berencana setidaknya mengeluarkan dua kali lipat anggaran untuk pekerja online di 2013. Sementara itu 82% percaya dalam 10 tahun ke depan banyak perusahaan akan membangun tim virtual pekerja online.
Michael Haaren, co-founder dan CEO situs Rat Race Rebellionand, menyatakan : (a).  Tren bekerja dari mana saja akan menjadi tuntutan.  (b).  Akan lebih banyak perusahaan yang merampingkan pekerjaan yaitu pekerja tidak perlu datang ke kantor, hal ini menghemat biaya bisnis tempat usaha dan mengurangi omset.   Beberapa perusahaan seperti American Express, Amazon, United Health dan Aetna pun sekarang menyadari dengan menyewa lebih banyak pekerja online akan memberikan akses ke jutaan calon potensial rekanan bisnis.
Ide pekerja online itu telah membangkitkan beberapa investor. Melalui perusahaan investasi Revolution, pendiri AOL Steve Case mendukung startup Loosecubes pada Maret 2012 yang sesuai dengan pekerja virtual. Sementara itu dari Amazon yaitu Jeff Bezos dan Howard Schultz dari Starbucks adalah dua nama besar yang membantu General Assembly yaitu sebuah jaringan global co-working dengan ruangan seluas 20ribu kaki persegi di New York.
Jadi pekerja virtual bergaji tinggi pun bisa melakukan pekerjaan dari sofa atau di toko kopi lokal karena tren 'rolling workstations' yang meningkat di masa depan.  "Pekerja muda tidak ingin membatasi diri dalam bekerja. Dan tren bekerja dari mana saja akan menjadi tuntutan," kata Haaren.
           
(7).  Beberapa Tip
Bad bos s memang bisa tisak terhindarkan lagi, entah di pekerjaan sebelumnya, saat ini, atau suatu hari nanti.  Sosoknya bisa kasar, sombong, konyol,  dan kebijakan-kebijakan yang diambilnya sering tidak masuk akal.  Selain itu bisa juga menghadapi boss yang genit sehingga membuat permasalahan yang sulit dihadapi, bahkan terkadang sampai membuat seorang karyawati stres dan depresi.
Mungkin cara-cara berikut ini untuk mengatsinya, walaupun lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, termasuk Tip untuk mengatur kesimbangan rumah tangga bagi suami dan istri yang sama-sama bekerja seperti dari m.tabloidnova.com (2009 dan 2013).
TIP (1) : Menangani atasan yang berperilaku buruk.
(a). Ketika atasan membuat janji, ancaman, atau bahkan argumen yang tak masuk akal, pastikan menuliskan atau merekamnya. Cara termudah ialah dengan melakukan komunikasi dengannya melalui e mail atau chatting . Bukti tertulis itu bisa digunakan sebagai alat jika suatu saat menghadapi konfrontasi dengannya.  (b). Mengidentifikasi kemelut sangat penting.  Jangan membalas perkataannya yang membabi buta dengan cara yang sama. Cobalah tenangkan pikiran, menuliskan semua ucapannya, berusaha mencari solusi, dan sampaikan pikiran dengan jelas kepadanya. Itulah yang dinamakan ber negosiasi dengan cerdas!  (c). Jangan memberikan ruang atau kesempatan untuk atasan menunjuk kelemahan. Jadi bekerjalah dengan baik, yakni dengan datang dan serahkan tugas tepat waktu, serta bersikap sopan.  (d). Cari teman lain yang pernah punya pengalaman tak enak dengan atasan. Tanyakan secara rinci seperti apa kejadian yang mereka alami. Ini untuk mengetahui secara dalam bagaimana kepribadian atasandan mencari petunjuk lain bagaimana mengatasinya.

TIP (2) : Sedangkan cara mengatasi bos genit
Jika atasan terlalu “ramah” dan melakukan beberapa hal yang tak pantas atau cabul, sehingga membuat Anda merasa tidak nyaman.   Berikut cara mengatasinya.
(a).  Jaga Jarak.  Misalkan saja dia mencondongkan tubuhnya dekat ke layar komputer saat Anda sedang mengetik (alih-alih ingin mendekati). Jika dibiarkan maka ini dianggap sinyal kalau Anda membuka diri, maka menjauhlah dari kursi sebagai tanda tidak mentolerir perilakunya.  (b).  Kontrol Bahasa Tubuh.  Gunakan ekspresi wajah, gerak tubuh, postur, dan reaksi nonverbal umum yang biasa dilakukan sehari-hari. Coba ingat, apakah ada gerak-gerik yang tanpa sadar yang dilakukan untuk “mengundang” dia?, misalnya saja, gerakan mata atau senyum centil. Apabila betul ada maka hentikan segera.  (c).  Tetap professional.  Berperilaku dan berpakaianlah yang lugas juga sopan. Jika atasan sering sekali memanggil ke ruangannya untuk hal-hal yang tak terlalu penting, lebih baik ajak teman lain saat masuk ke ruangannya. Jangan menerima begitu saja ajakannya untuk “rapat” di luar kantor jika agendanya tak jelas.
(d).  Hindari permainan kekuasaan.  Tehnik untuk menolak ‘maksud atasan’ dengan membuatnya cemburu dan menggoda atau mendekati rekan kerja pria di kantor, tentu hal ini harus dihindari, karena dikhawatirkan atasan tidak bersikap fair dan merugikan keberadaan teman kerja Anda di tempat itu.
(e).  Petunjuk suami atau pacar.  Jika sudah punya suami atau pacar maka secara tak langsung tunjukkan pada atasan, misalnya dengan memuat foto pasangan di meja kerja, mengatakan dengan lantang nanti sore akan dijemput oleh pasangan, memakai cincin tunangan atau kawin, atau juga memasang foto bersama pasangan di jejaring sosial.   (f).  Laporkan!.  Ini merupakan ‘jalan mendekati final’ dimana tindakan atasan sudah tidak bisa ditolerir lagi, dimana banyak tugas yang diberikan atasan lebih karena subjektifitas perasaannya. Bicarakan hal ini dengan bagian HRD dan katakana bahwa Anda sudah tidak nyaman dan kelakuannya sudah di luar batas profesionalisme kerja.

TIP (3) : Bagi suami istri yang bekerja
(a).  Milikilah pandangan bahwa perkawinan merupakan kerjasama, bukan persaingan, karena berdua sama-sama bekerja demi mendukung kehidupan rumah tangga, baik secara ekonomi maupun emosi.
(b).   Walau sesibuk apapun maka sediakan waktu bersama untuk keluarga dan anak-anak, seperti kumpul bersama, berlibur.  (c).  Meski istri turut menyokong keuangan keluarga, bukan berarti karier menjadi nomor dua. (d).  Perhatikan dan dengarkan keluhan atau keberatan anak-anak atas waktu yang di habiskan untuk bekerja.  (e).  Buatlah batasan antara persoalan rumah tangga dan pekerjaan, upayakan tidak membawa pekerjaan ke rumah, atau kalau perlu suami juga ikut membantu pekerjaan seperti merapikan rumah. (d).  Berikan perhatian kepada pasangan karena tidak sedikit pasangan suami-istri yang bekerja merasa tersinggung atau cemburu dengan karier pasangannya. (e).  Bicarakan kegelisahan, kekhawatiran, dan harapan-harapan dengan pasangan, karena tidak jarang (baik suami maupun istri) merasa tidak diperhatikan -- nilai dirinya di dalam struktur keluarga -- jika pasangannya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

Catatan akhir : Bukan hal yang mustahil lagi bisa sama-sama menikmati kehidupan keluarga meski pasangan sama-sama bekerja. Berusahalah untuk selalu melakukan yang terbaik, terus berkomunikasi dengan keluarga, mencintai dan dicintai, memberikan perhatian serta bisa diandalkan, sesibuk apapun pekerjaan.
Sampai bertemu di topik lain yang lebih menarik
 
Keterangan gambar : diambil dari intenet
Sumber bacaan a.l :  m.tabloidnova.com (2009/09/04&5, 10/14; 2013/07/27&23);  mediaindonesia.com  (2011/10/13&05, 09/17; 2012/03/03, 07/07, 10/10, 10/14, 11/19, 12/12); bataviase.co.id dari Media Indonesia (18/1/2012 );  Media Indonesia (12/9/2012; 23/3/2013); Kompas (3/6/1993;27/8/2013)

Bacaan terkait (di website ini): 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar