Dikemas oleh :
Isamas 54
Setiap tahun jutaan
penduduk di dunia meninggal akibat menderita penyakit jantung. Berikut
penjelasan mengenai jantung dengan beberapa permasalahan dan upaya pencegahannya.
Data
dan batasan
Jantung
adalah merupakan organ vital dalam tubuh yang memompa darah untuk mengalir dan
mensirkulasikannya ke seluruh tubuh.
Serangan penyakit
jantung menewaskan 17,1 juta jiwa
penduduk dunia setiap tahunnya dan merupakan penyakit pembunuh nomor satu di
dunia, (WHO, 2010). Bobot terbesar
masyarakat dunia meninggal karena jantung adalah berpenghasilan rendah (80%-nya).
Tensi atau tekanan
darah normal adalah berkisar antara
120/80 mmHg, tekanan darah ini dapat berubah karena aktivitas fisik di mana
jantung dipompa lebih keras atau karena stres serta bertambahnya usia.
Hipertensi
memiliki gejala yang samar sehingga jarang ketahuan sampai mencapai tekanan
yang sangat tinggi dari biasa 180/110 mmHg.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian akibat dari jantung koroner (45%).
Lebih lanjut
mengenai jantung dan permasalahannya
(1). Serangan penyakit
Otot jantung adalah
bagian yang bekerja paling keras dalam tubuh manusia, organ ini juga terus
berfungsi hingga napas terakhir.
Seperti halnya semua
otot lain dalam tubuh, jantung memerlukan darah kaya oksigen untuk beraktivitas
secara optimal. Tetapi ketika ada
gangguan dalam pasokan darah --karena penyumbatan atau pembentukan plak di
arteri—maka seseorang bisa mengalami serangan jantung.
Pada mulanya
penyakit jantung bisa dikarenakan penyumbatan lemak di dalam pembuluh darah
yang proses terjadinya pada usia dini.
Gejala yang dapat dirasakan adalah nyeri di dada, mual muntah, badan
lemas, berdebar-debar, dan keringat dingin.
Adapun faktor risiko penyakit jantung kroner bisa disebabkan berbagai
hal seperti hipertensi, kolesterol, merokok, diabetes, kegemukan, kurang
olahraga, riwayat keluarga.
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab penyakit
jantung, oleh karena itu, mempertahankan tekanan darah normal sangat penting
untuk menghindari penyakit jantung dan berbagai penyakit kronis lainnya. Untuk mengontrol tekanan darah, sebagian
besar ahli setuju salah satunya adalah dengan mempertahankan berat badan sehat
yang ideal. Disamping itu, sebagian
besar orang sensitif terhadap garam sehingga dengan mengurangi konsumsi garam
bisa menurunkan tekanan darah.
Hipertensi, seperti
dalam situs kesehatan news-medical.net, disebabkan oleh aterosklerosis atau
menumpuknya lemak (plak) yang terjadi di lapisan dinding arteri yang
mengakibatkan menyempitnya dinding pembuluh darah sehingga aliran darah
berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan pengentalan darah yang akhirnya
menjadi gumpalan (thrombus) yang dapat menyumbat pembuluh arteri sehingga
pasokan oksigen bagi jaringan berkurang atau terhenti sama sekali dan
menyebabkan kematian jaringan. Hal ini bisa terjadi pada seluruh organ tubuh,
namun yang paling sering terjadi pada jantung, otak, anggota gerak, ginjal, dan
retina.
Sebenarnya banyak
cara untuk mengurangi sakit jantung yaitu dengan memakan makan yang
sehat, tidak merokok, jauhi
minuman beralkohol, berolahraga yang
aktif (termasuk di waktu bekerja), dan
usahakan bebas dari stress. Jangan
sampai harus terserang penyakit dahulu baru tersadar.
Bila merasakan adanya
gejala kelainan jantung disarankan untuk segera memeriksakan diri sebelum
mengalami serangan dan kerusakan jantung yang lebih parah, atau bahkan
menghindari akibat lebih fatal seperti kematian.
"Bahkan jika
telah mengalami serangan jantung, mengubah gaya hidup dapat membantu Anda hidup
lebih lama, sehat, dan menyenangkan. Berolahraga, makan makanan segar dan
sehat, dan menjadi lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu akan
menurunkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol dan metabolisme Anda sehingga
mengurangi kemungkinan serangan jantung berikutnya," ujar dokter BK Goel, seorang
ahli jantung terkemuka di Rumah Sakit Bombay (2011).
(2). Pertanda pada ‘orang sehat’
Jangan sampai
karena measa sehat maka kesadaran pemeriksaan kondisi tubuh diabaikan, karena
ada beberapa ‘gejala’ yang tidak memperlihatkan diri, diantaranya seperti pada
uraian selanjutnya.
(2.1). Kelainan sel endotel
Sering kali hasil cek jantung seseorang normal, namun
beberapa hari kemudian ia mengalami serangan jantung. Foto yang disiarkan (2012) Scripps Translational Science
Institute-AS, telah menunjukkan bahwa bentuk sel endotel sehat (kiri) dan sel
endotel penderita serangan jantung. Sel
endotel pada penderita serangan jantung tampak membesar, bentuknya tidak beraturan
dengan inti sel lebih dari satu. Temuan para peneliti ini diharapkan bisa
membantu dokter memperkirakan risiko seseorang terkena serangan jantung
sehingga bisa dicegah.
Catatan
: Sel endotel adalah sel gepeng yang melapisi permukaan dalam pembuluh darah
dan pembuluh getah bening, sel endotel
sehat bentuknya teratur dengan satu inti
.
(2.2). Pingsan
Pingsan
mungkin merupakan gejala awal masalah jantung.
Seseorang yang mendadak pingsan tanpa alasan yang jelas harus lebih
waspada terhadap serangan jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya, yang mungkin
akan jumpai di kemudian hari. Demikian hasil penemuan Peneliti dari
Denmark yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology,
seperti dikutip dari Medical Daily (16/12/2012).
Para peneliti dari Denmark tersebut telah melacak sekelompok orang yang pernah mengalami pingsan setidaknya sekali selama beberapa tahun dan menemukan bahwa sekitar 74% orang yang pernah pingsan lebih mungkin mengalami serangan jantung atau stroke selama hidupnya nanti.
Para peneliti dari Denmark tersebut telah melacak sekelompok orang yang pernah mengalami pingsan setidaknya sekali selama beberapa tahun dan menemukan bahwa sekitar 74% orang yang pernah pingsan lebih mungkin mengalami serangan jantung atau stroke selama hidupnya nanti.
Para peneliti ingin
mengetahui apakah orang-orang yang pernah pingsan, lebih mungkin meninggal di
usia muda karena penyakit tertentu dan apakah orang yang sering mengalami pingsan
yang berulang, dapat mengembangkan masalah kardiovaskular atau tidak.
Catatan
(sebelum lanjut) : Pingsan adalah hilangnya kesadaran sementara karena
berkurangnya aliran darah ke otak secara tiba-tiba. Menurut U.S. National
Institute of Neurological Disorders and Stroke, pingsan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah secara mendadak yang mengarah ke penurunan aliran darah
di otak. Sinkop vasovagal adalah jenis
pingsan yang paling umum dan biasanya dipicu oleh peristiwa seperti gangguan
emosional, stres, melihat darah atau berdiri terlalu lama.
Penelitian
dilakukan dengan mengikuti catatan kesehatan sekitar 37.000 orang yang pernah
pingsan, tetapi tidak memiliki penyakit tertentu yang menyebabkan pingsan.
Periode penelitian berlangsung selama sekitar 4,5 tahun. Selanjutnya membandingkan hasil catatan
kesehatannya dengan orang-orang yang belum pernah pingsan.
Hasil penelitian menunjukkan : (a). pingsan pada orang yang sehat tampaknya merupakan gejala pertama terhadap kondisi kardiovaskular yang mendasarinya. (b). Pada beberapa orang, pingsan mungkin tidak menandakan masalah kesehatan yang signifikan, contohnya kaum perempuan di bawah usia 20 tahun yang dapat pingsan karena tekanan darah rendah. (c). Ditemukan hubungan antara pingsan pada orang sehat dengan kondisi jantungnya di masa depan, tetapi belum menemukan hubungan sebab akibat diantara keduanya.
Hasil penelitian menunjukkan : (a). pingsan pada orang yang sehat tampaknya merupakan gejala pertama terhadap kondisi kardiovaskular yang mendasarinya. (b). Pada beberapa orang, pingsan mungkin tidak menandakan masalah kesehatan yang signifikan, contohnya kaum perempuan di bawah usia 20 tahun yang dapat pingsan karena tekanan darah rendah. (c). Ditemukan hubungan antara pingsan pada orang sehat dengan kondisi jantungnya di masa depan, tetapi belum menemukan hubungan sebab akibat diantara keduanya.
"Pasien,
keluarga dan dokter harus menyadari bahwa sinkop atau pingsan pada orang yang
tampak sehat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi. Sinkop mungkin
merupakan gejala pertama penyakit jantung," kata Dr Martin Ruwald, pemimpin
penelitian tersebut yang berasal dari University of Rochester Medical Center.
(3). Satu Jam Lewati Masa Kritis
Serangan jantung
ini berbeda dengan penyakit lainnya, di mana seseorang yang terkena harus
benar-benar mendapat pertolongan cepat, hal ini dikarenakan hanya satu jam
waktu pasien bisa bertahan sebelum otot-ototnya berhenti bergerak, demikian berdasarkan
American Heart Association/AHA (2011),
Ada enam alasan
dibalik masa satu jam itu yaitu :
(a). Waktu satu jam dianggap kritis karena
berdasarkan pengalaman dokter menangani pasien serangan jantung, di mana
kebanyakan pasien tidak tertolong pada satu jam pertama serangan jantung.
(b). jantung adalah otot, dan otot akan berhenti
bekerja atau mulai mati jika kekurangan oksigen. Otot jantung membutuhkan
pasokan darah berisi oksigen secara teratur agar dapat berfungsi dengan baik.
Jika arteri koroner menjadi sempit, jantung tidak dapat menerima semua darah
yang dibutuhkan.
(c). Ketika otot jantung mengalami kekurangan
oksigen, maka beberapa sel akan mati dan otot tidak bisa bekerja lagi.
(d). Setiap menit yang berlalu selama serangan
jantung, artinya jantung kekurangan oksigen dan semakin lama menunggu, kian
lama otot jantung berjalan tanpa oksigen, sehingga menyebabkan kematian.
(e). Saat
jantung mulai kekurangan pasokan darah, maka terjadi irama jantung tidak stabil
yang menyebabkan aliran darah tidak bisa berjalan baik ke organ vital seperti
ke otak.
(f). Jika dalam waktu satu jam bisa tertangani,
maka bisa mencegah kerusakan lebih lanjut. Karena semakin sedikit daerah yang
tersumbat, maka kemungkinan sembuhnya lebih besar.
Hanya sayang,
rata-rata pasien serangan jantung meninggal, karena keterlambatan pertolongan
serta beratnya serangan yang terjadi.
(4). Resiko terkait gen
Dari beberapa
indikator, ternyata pria memiliki status
kesehatan yang lebih buruk dibandingkan wanita. Angka kematian pria pun lebih
tinggi dibandingkan wanita, termasuk angka kematian karena penyakit jantung.
(4.1). Perempuan
Perempuan yang
memiliki sedikit kesempatan untuk menyalurkan kreativitas dan khawatir
kehilangan pekerjaan amat berisiko menderita penyakit jantung. Demikian
dipaparkan Michelle, seorang dokter spesialis jantung di Brigham and Women
Hospital di Boston-AS, dalam pertemuan tahunan Asosiasi Jantung Amerika di
Chicago (17/11/2010).
Penelitian
dilakukan terhadap lebih dari 17 ribu perempuan yang bekerja selama satu
dekade. Dari jumlah tersebut terdapat 134 kasus serangan jantung, yang 88% di
antaranya dialami perempuan yang bekerja dengan tuntutan pekerjaan yang tinggi.
Hasil temuan yang
dipresentasikan yaitu : (a). Hubungan antara penyakit jantung dan stres
biasanya hanya diberlakukan pada kaum pria, sedangkan risiko penyakit jantung
untuk kaum hawa hanya diperhitungkan dari faktor standar, yaitu tekanan darah
dan kolesterol. (b). Faktor stres juga sebenarnya menjadi penyebab
penyakit jantung pada perempuan. (c).
Khawatir akan kehilangan pekerjaan dan kecilnya kesempatan
berkreativitas merupakan pemicu stres paling utama bagi mereka.
SELINGAN
Golongan Darah
Orang-orang
dengan tipe darah AB memiliki risiko yang lebih tinggi terkena penyakit jantung
dibandingkan dengan orang bergolongan darah O.
Demikian menurut penelitian dari Harvrad School of Public Health di
Boston, yang hasilnya dipublikasikan
dalam Jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology (2012).
Penelitian
dilakukan dua kali yaitu : pertama dilakukan
terhadap 62 ribu perempuan berusia lebih dari 26 tahun, dan kedua dilakukan terhadap 27.400 pria berusia
lebih dari 24 tahun. Hasil diagnose secara
keseluruhan yaitu lebih dari 2.500 orang didiagnosa memiliki penyakit jantung.
Diagnosa
hasil penelitian laiinya yaitu :
(a). Risiko penyakit jantung koroner berbeda-beda
tergantung dari golongan darah, yaitu orang dengan golongan darah O memiliki
risiko paling rendah, sedangkan tipe darah AB memiliki 23% lebih mungkin
terkena penyakit jantung koroner. Semantara
golongan darah B 11%, dan golongan darah
A hanya 5%. "Karena orang-orang
tidak mungkin mengganti golongan darah mereka, penemuan kami mungkin bisa
membantu para dokter untuk lebih mengerti siapa saja yang berisiko terkena
penyakit jantung," kata pemilik penelitian, Dr. Lu Qi, asisten profesor
nutrisi di Harvrad School of Public Health di Boston.
(b). Hubungan dengan golongan darah ini dilakukan
setelah peneliti melihat variable lain yang bisa menyebabkan penyakit jantung
seperti kadar kolesterol, penyakit diabet, dan hipertensi. Dengan mengetahui bahwa tipe darah bisa
meningkatkan resiko penyakit jantung, hal ini
bisa juga meningkatkan motivasi orang-orang untuk "menjaga diri
mereka sendiri serta menghentikan kebiasaan buruk,".
(c). Peneliti lain menyebutkan, seperti hubungan
golongan darah A dengan jenis kolesterol tertentu, dan hubungan antara golongan
darah AB dengan peradangan tinggi. Hubungan
ini ditemukan dalam penelitian yang sangat kecil, sehingga dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk bisa menjelaskan korelasinya.
Catatan : Di
Amerika Serikat, 45% orang memiliki golongan darah O, sehingga menjadi golongan
darah yang umum. Hanya 4% dari populasi di Amerika Serikat yang memiliki
golongan darah AB, sementara itu golongan darah A ada 40% dan golongan darah B
ada 11%.
(4.2). Wanita
Pekerja
Kaum pekerja wanita yang memiliki aktifitas tinggi termasuk tekanan
ditempat kerja kemungkinan akan mengalami resiko terkena masalah yang
berhubungan dengan jantung. Hal itu terungkap dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Elaine D. Eaker dari Eaker Epidemiology Enterprises
Wisconsin (AS), yang dipublikasikan oleh The American Journal of Epidemology.
Hasil penelitian yang telah melakukan penelitian atas 3000 wanita berusia
18-77 tahun selama 10 tahun ini, berusaha membandingkan jenis pekerjaan dengan
penyakit jantung antara wanita dan pria, yaitu : (a). Wanita yang beresiko untuk terkena masalah
atas jantung adalah :
(a.1). Wanita pekerja keras yang
mendapatkan tekanan tinggi yang dikombinasikan dengan kepribadian pada wanita
itu sendiri. (a.2). Wanita yang memiliki
pekerjaan dengan posisi yang tinggi atau memiliki otoritas yang menentukan, mengalami resiko tiga kali lebih tinggi. (a.3). Wanita
dengan tekanan atas gaya hidup. (a.3). Dibandingkan dengan pria,
pekerjaan bagi wanita adalah merupakan sebuah prestasi tersendiri. (a.4). Posisi sebagai pekerja laboratorium dan
operator memiliki rating paling tinggi terkena penyakit jantung dan kematian.
Sedangkan kondisi bagi pria berkaitan dengan pekerjaan, yaitu
: (a). Tingginya
penghasilan dan posisi jabatan pada pria akan membuat mereka mengalami resiko
paling rendah terkena serangan jantung dan kematian. (b). Pria dengan professional
atau managerial memiliki resiko paling rendah.
Hasil studi menyimpulkan : Wanita dengan posisi yang
tinggi pada pekerjaan akan semakin membuat resiko semakin tinggi terkena
penyakit jantung, namun mengenai penyebabnya tidak jelas.
Spekulasi menyatakan : faktor sosial mungkin merupakan
salah satu dampak yang paling berpengaruh, karena studi ini dilakukan pada
tahun 1980 dimana sejumlah wanita di AS banyak yang berhasil menduduki posisi
jabatan yang menentukan, mungkin mereka akan merasa terkucil dari masyarakat.
Namun tidak bisa diperkirakan apakah dengan perubahan fungsi sosial mampu juga
merubah hasil penelitian.
(4.3). Pria
kuat
Pria kuat tidak
hanya dinilai dari besar otot yang dimiliki atau kemampuannya berhubungan intim
di ranjang, tetapi juga harus memiliki jantung yang kuat.
Berikut beberapa
cara yang dapat membuat jantung pria tetap kuat, seperti dilansir Menshealth (29/4/2011).
(a) Berhenti Merokok. Selain itu,
pastikan juga tidak ada anggota keluarga di rumah yang merokok karena pria yang
memiliki keluarga juga perokok menghadapi 92% peningkatan risiko serangan
jantung. Bernapas pada udara yang tercemar asap rokok dapat meningkatkan
kolesterol jahat, menurunkan kolesterol baik dan meningkatkan kecenderungan
darah untuk menggumpal.
(b). Olah raga. Pada pria tengah baya, olahraga 2 jam atau lebih per minggu (misalnya 4 kali seminggu @ 30 menit) secara komulatif dapat mengurangi 60% risiko serangan jantung.
(b). Olah raga. Pada pria tengah baya, olahraga 2 jam atau lebih per minggu (misalnya 4 kali seminggu @ 30 menit) secara komulatif dapat mengurangi 60% risiko serangan jantung.
(c). Turunkan berat badan. Jika
kelebihan berat badan (gemuk), supaya menurunkan 4,5 hingga 9
kg dapat secara signifikan mengurangi risiko serangan jantung.
(d). Minum air putih. Pria yang minum 8 gelas air putih setiap hari dapat mengurangi risiko serangan jantung sebanyak 54% ketimbang pria yang minum 2 gelas atau kurang. Penelitian mengatakan bahwa air dapat mengencerkan darah sehingga mampu mencegah pembekuan darah.
(e). Ganti minum kopi menjadi the. Sebuah studi menemukan bahwa minum tiga cangkir teh sehari dapat mengurangi 50% risiko serangan jantung ketimbang yang tidak minum teh sama sekali. Potensi antioksidan yang disebut flavonoid dapat memberikan efek pelindung pada jantung dan pembuluh darah.
(f). Makan ikan. Para peneliti di Harvard School of Public Health mengatakan makan ikan setidaknya dua kali seminggu, misal Sabtu makan makan ikan dan Minggu ikan tuna. Hal ini karena kandungan asam lemak omega-3 yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung lebih dari 30%,.
(g). Vitamin E dan aspirin. Menurut studi University of Pennsylvania, pria yang mengonsumsi vitamin E dan aspirin dapat memotong risiko penumpukan plak pada arteri hingga 80%. Untuk hal ini konsultasi dokter.
(h). Makan buah (tomat dan semangka). Tomat mengandung sekitar 40% lebih lycopene. Hasil studi menunjukkan bahwa tubuh dapat menyerap lebih banyak lycopene pada semangka yang kaya air, sehingga secara teratur makan semangka dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga 30 %.
(d). Minum air putih. Pria yang minum 8 gelas air putih setiap hari dapat mengurangi risiko serangan jantung sebanyak 54% ketimbang pria yang minum 2 gelas atau kurang. Penelitian mengatakan bahwa air dapat mengencerkan darah sehingga mampu mencegah pembekuan darah.
(e). Ganti minum kopi menjadi the. Sebuah studi menemukan bahwa minum tiga cangkir teh sehari dapat mengurangi 50% risiko serangan jantung ketimbang yang tidak minum teh sama sekali. Potensi antioksidan yang disebut flavonoid dapat memberikan efek pelindung pada jantung dan pembuluh darah.
(f). Makan ikan. Para peneliti di Harvard School of Public Health mengatakan makan ikan setidaknya dua kali seminggu, misal Sabtu makan makan ikan dan Minggu ikan tuna. Hal ini karena kandungan asam lemak omega-3 yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung lebih dari 30%,.
(g). Vitamin E dan aspirin. Menurut studi University of Pennsylvania, pria yang mengonsumsi vitamin E dan aspirin dapat memotong risiko penumpukan plak pada arteri hingga 80%. Untuk hal ini konsultasi dokter.
(h). Makan buah (tomat dan semangka). Tomat mengandung sekitar 40% lebih lycopene. Hasil studi menunjukkan bahwa tubuh dapat menyerap lebih banyak lycopene pada semangka yang kaya air, sehingga secara teratur makan semangka dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga 30 %.
(5). Nikmati Hidup Pasca serangan
Beberapa tips bagi
yang pernah tekena serangan jantung, seperti dalam metrotvnews.com (2011/10/17) dengan mengutip dari Times of India (22/9/2011).
(a). Olahraga. Diperlukan waktu 5-6 minggu untuk benar-benar pulih dari serangan jantung. Pada awalnya mungkin melakukan beberapa pekerjaan ringan untuk beberapa hari dan secara bertahap meningkatkan volume aktivitas. Setelah sembuh, gabungkanlah aktivitas kardiovaskular seperti berjalan, berkebun, berenang, dan bersepeda.
(b). Mengubah pola makan. Kolesterol
adalah salah satu penyebab utama serangan jantung, maka untuk menjaga kadar
lemak dengan diet karbohidrat rendah akan memberikan hasil yang sehat. Memilih makanan dengan memeriksa
kandungannya. Makanan tertentu mungkin tidak mengandung kolesterol sama sekali,
tetapi mungkin memiliki jumlah tinggi lemak jenuh yang buruk bagi jantung.
Konsultasikan dengan ahli gizi dan pastikan asupan total lemak tidak boleh
lebih dari 30% dari total kalori harian.
Asupan bawang putih mentah (30 gram) per hari juga baik.(a). Olahraga. Diperlukan waktu 5-6 minggu untuk benar-benar pulih dari serangan jantung. Pada awalnya mungkin melakukan beberapa pekerjaan ringan untuk beberapa hari dan secara bertahap meningkatkan volume aktivitas. Setelah sembuh, gabungkanlah aktivitas kardiovaskular seperti berjalan, berkebun, berenang, dan bersepeda.
(c). Buat catatan harian. Catat situasi mana saja yang memicu stres. Identifikasi reaksi terhadap tekanan tersebut. Belajarlah untuk tetap tenang dan terkendali, misalnya ketika dihadapkan kemacetan lalu lintas maka dengarkanlah musik untuk menenangkan.
(d). Kendalikan stress. dalam kehidupan pasti akan menghadapi berbagai persoalan sehari-hari, seperti di tempat kerja, lalu lintas macet, dan jadwal kerja padat, sehingga hal ini dapat membuat tingkat stres lebih buruk. Jika tidak mungkin untuk menghindari stres, makacarilah cara supaya Anda dapat mengelola dan menurunkan tingkat stres. Ingat! Stres dan emosi tidak terkontrol dapat memicu risiko serangan jantung kedua.
(e). Tidur
nyenyak. Tidur yang baik akan membuat
jantung tenang sehingga dapat berfungsi secara efisien pada hari berikutnya.
Cobalah untuk menerapkan 8 jam waktu tidur setiap hari.
(f). Berpikir positif. Kendalikan pikiran karena pikiran yang tenang akan membuat tekanan pada jantung stabil.
(g). Belajar santai. Tidak perlu membawa pulang pekerjaan setiap hari. Bersantai dan nikmatilah waktu luang, cobalah yoga atau terapi pijat untuk merelaksasikan diri.
(f). Berpikir positif. Kendalikan pikiran karena pikiran yang tenang akan membuat tekanan pada jantung stabil.
(g). Belajar santai. Tidak perlu membawa pulang pekerjaan setiap hari. Bersantai dan nikmatilah waktu luang, cobalah yoga atau terapi pijat untuk merelaksasikan diri.
Catatan akhir :
Untuk mengurangi
resiko penyakit jantung, seseorang harus berolahraga, makan dengan benar, jiwa
yang sehat (tidak banyak stres), atur berat badan, serta rajin kontrol
kolesterol.
Sampai bertemu di topik lain yang lebih menarik
Keterangan
gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan : health.detik.com
(2011/04/29, 2012/12/16); kapanlagi.com; id.berita.yahoo.com dari republika.co-id (2012/08/15); mediaindonesia.com
2010/09/21; Media Indonesia 18/11/2010; Jurnal Bogor 7/2/2011; Kompas 30/3/2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar