Meski
usia harapan hidup berbeda-beda, masalah yang dihadapi lansia di manapun pada
umumnya sama saja, yaitu menginjak usia tertentu akan menghadapi berbagai
gangguan kesehatan.
Masalah
kesehatan pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja agar dapat memberikan
perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin,
terutama sekali yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia.
Penampilan
penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua.
Pengertian
(1).
Proses menua adalah proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
(2).
Populasi lansia di Indonesia,
yaitu tidak kurang dari 17-18 juta jiwa, atau 8,5-9,5% dari jumlah
penduduk. Bandingkan dengan China yang
memiliki 91 juta lansia (7%), dan Jepang yang memiliki 34 juta (27%).
(3).
Sebanyak 1,8 Juta lansia di Indonesia sangat membutuhkan perhatian,dikarenakan : hidup telantar, tinggal
di ribuan rumah tidak layak huni, korban konflik ocial, dan sebagainya yang
butuh penanganan serius. (Menteri social RI Salim Segaf Al Jufri, 4/8/2013).
(4).
Proses menua dapat
digolongkan dalam 6 kelompok : seperti pengontrolan genetik, rusaknya sistem
imun tubuh, mutasi somatik, kerusakan akibat radikal bebas, ikatan silang
makromolekul dan akibat metabolisme.
Adapun ciri khas lanjut usia misalnya, mudah infeksi, sukar tidur,
kekurangan gizi, depresi, sakit karena pengobatan, intelektual berkurang,
penglihatan berkurang, pendengaran, rasa dan lainnya mulai kurang.
(5).
Masalah penurunan kesehatan
sering disebut dengan istilah 14 I, sedangkan menurut istilah jawa disebut
istilah 6B
Istilah 14 i
Masalah
kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang
menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 i (empat belas i),
yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak
stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang
air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan,
dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition
(kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit
akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan
tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Uraian dari 14 i tersebut sebagai
berikut.
(a). Kurang bergerak (immobility): Penyebab yang paling sering adalah berupa
gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, penyakit jantung dan pembuluh
darah, hal ini dikarenakan adanya
gangguan fisik, jiwa, dan faktor
lingkungan..
(a). Instabilitas, atau terjatuh pada lansia. Penyebabnya dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering adalah : (b). Kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. (b.2). menyebabkan lansia sangat membatasi pergerakannya. (b.3). gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
(c). Beser (incontinence), beser buang air kecil dan atau buang air besar. Beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya : (c.1). timbul berbagai masalah kesehatan maupun sosial yang akan memperburuk kualitas hidupnya. (c.2). sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhannya tetapi hal ini dapat menyebabkan kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. (c.3). Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
(d). Gangguan intelektual (intellectual impairment) meliputi gangguan intelektual/dementia, yaitu merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
(e). Infeksi (infection). Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi. Dapat menyebabkan asimtomatik akibat keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan risiko menjadi fatal.
(a). Instabilitas, atau terjatuh pada lansia. Penyebabnya dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering adalah : (b). Kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. (b.2). menyebabkan lansia sangat membatasi pergerakannya. (b.3). gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
(c). Beser (incontinence), beser buang air kecil dan atau buang air besar. Beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya : (c.1). timbul berbagai masalah kesehatan maupun sosial yang akan memperburuk kualitas hidupnya. (c.2). sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhannya tetapi hal ini dapat menyebabkan kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. (c.3). Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
(d). Gangguan intelektual (intellectual impairment) meliputi gangguan intelektual/dementia, yaitu merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
(e). Infeksi (infection). Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi. Dapat menyebabkan asimtomatik akibat keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan risiko menjadi fatal.
(f). Gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit (impairment of
vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity). Akibat proses menua semua pancaindera
berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
(g). Sulit buang air besar (konstipasi/ impaction):
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya
gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum,
akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Pengosongan isi usus sulit terjadi atau isi
usus menjadi tertahan, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada
keadaan yang berat dapat berakibat lebih berat berupa penyumbatan pada usus
disertai rasa sakit pada daerah perut.
(h). Depresi (isolation) : Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Sering gejala depresi ini menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya karena gejala-gejala depresi ini seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
(i). Kurang gizi (inanition): kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
(j). Penyakit akibat obat-obatan (iatrogenesis). Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
(k). Gangguan tidur (insomnia): Dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Karena sangat rutin maka sering dilupakan dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni : sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak dalam, mudah terbangun, banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, dan lesu setelah bangun dipagi hari.
(l). Daya tahan tubuh menurun (immune deficiency). Daya tahan tubuh menurun pada lansia merupakan salah satu terganggunya fungsi tubuh dengan bertambahnya umur seseorang. Walaupun tidak selamanya disebabkan oleh proses menua tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
(h). Depresi (isolation) : Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Sering gejala depresi ini menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya karena gejala-gejala depresi ini seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
(i). Kurang gizi (inanition): kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
(j). Penyakit akibat obat-obatan (iatrogenesis). Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
(k). Gangguan tidur (insomnia): Dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Karena sangat rutin maka sering dilupakan dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni : sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak dalam, mudah terbangun, banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, dan lesu setelah bangun dipagi hari.
(l). Daya tahan tubuh menurun (immune deficiency). Daya tahan tubuh menurun pada lansia merupakan salah satu terganggunya fungsi tubuh dengan bertambahnya umur seseorang. Walaupun tidak selamanya disebabkan oleh proses menua tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
(m). Tidak punya uang (impecunity). Dengan semakin bertambahnya usia maka
kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang
menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia
kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang
diperlukan minimal dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat
tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
(n). Impotensi (impotence). Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.
(n). Impotensi (impotence). Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.
Menurut
Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria
usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi,
yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan
minimal 17 %. (waspada.co.id 2007/9/15)
5
B
Penurunan
kesehatan pada manula, dalam bahasa Jawa dikenal istilah 5-B yang merupakan
singkatan dari beberapa yang menggambarkan kondisi kesehatan yang sering dihadapai
para lansia. Kelima kondisi tersebut adalah sebagai berikut : Budeg
(pendengaran berkurang); Blawur (penglihatan kabur); Beser (buang air kecil
tidak terkontrol); Bingung (pikun/alzheimer); Bablas (jika 'B' yang lain sudah
tidak teratasi, bisa meninggal sewaktu-waktu).
Menghadapi Hari Tua
Dalam
tulisan Elvyn G Masassya dalam Media
Indonesia (20/5/2012), mengawalinya dalam beberapa pertanyaan.
Berapa usia Anda saat ini? Apa profesi
Anda? Berapa banyak uang di tabungan Anda atau berapa besar nilai investasi
Anda saat ini? Apakah nilai investasi Anda dan hasilnya diperkirakan mampu
memenuhi kebutuhan sepanjang hayat di kandung badan?
Jika
ya, tidak perlu menjawab berapa usia dan atau profesi Anda. Kondisi keuangan
Anda sudah berada pada level financial freedom. Yang perlu Anda lakukan
hanyalah bersyukur.
Tapi,
bagaimana dengan kalangan yang usianya sudah menjelang pensiun, tetapi hingga
saat ini masih terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini, dan
apalagi pada masa datang?
Siapa pun yang memasuki pensiun atau
berhenti bekerja pada sebuah perusahaan mesti memikirkan masa tuanya tanpa
membebani siapa pun juga.
Siapkan dana
Siapkan
dana yang cukup untuk membiayai masa tua. Itu jawabnya. Masa tua bukan lagi
masa untuk mengumpulkan aset, tetapi menikmati aset yang telah dimiliki atau
paling tidak mampu hidup mandiri tanpa membebani anak cucu dan handai tolan.
Dengan kata lain, definisikan dulu apa saja kebutuhan finansial Anda di hari
tua.
Jawabannya hanya ada dua, yakni
kebutuhan untuk membiayai hidup sehari-hari hingga hayat di kandung badan dan
juga kebutuhan untuk mampu membiayai biaya kesehatan jika Anda sakit.
Kebutuhan
untuk hidup sehari-hari di masa tua sebenarnya jauh lebih sedikit ketimbang
ketika masih di usia produktif. Yang paling utama adalah kebutuhan untuk makan
sehari-hari. Sementara kebutuhan biaya transportasi pasti akan lebih rendah.
Demikian juga kebutuhan untuk sandang. Berbeda, dengan ketika masih produktif.
Dengan berkurangnya biaya transportasi
dan biaya pembelian sandang, tentu kebutuhan biaya bulanan menjadi lebih
rendah.
Berapa
kira-kira penurunannya? Bisa mencapai 50 persen. Dengan kata lain, kebutuhan biaya
bulanan Anda setelah tidak produktif paling tinggi hanya 50 persen dari
sebelumnya.
Biaya
bulanan tentu berbeda dengan penghasilan. Ketika masih produktif pun,
kebutuhan pengeluaran untuk konsumsi sejatinya tidak boleh melebihi 70 persen
dari penghasilan bulanan. Jika penghasilan bulanan Anda katakanlah Rp 10 juta
per bulan, keperluan untuk konsumsi maksimum adalah Rp 7 juta. Nah, dengan
berkurangnya keperluan setelah tidak produktif sebagaimana dipaparkan di atas,
berarti dana yang diperlukan tidak lebih dari Rp 3,5 juta saja.
Lalu
berapa penghasilan Anda setelah pensiun? Jika Anda karyawan pemerintah atau
badan usaha milik negara, biasanya akan mendapatkan pensiun sekitar 30 persen
dari nilai penghasilan terakhir ketika memasuki masa pensiun. Dengan contoh di
atas, berarti penghasilan pensiun Anda adalah Rp 3 juta. Konkretnya, masih
defisit dibandingkan dengan kebutuhan bulanan setelah pensiun yang mencapai Rp
3,5 juta. Belum lagi, kebutuhan untuk membiayai pengobatan jika Anda sakit.
Bagaimana. menutupi itu semua?
Aset produktif
Anda
tentu memiliki aset yang Anda kumpulkan ketika masih produktif. Aset tersebut
bisa berupa tanah, rumah, kendaraan, dan mungkin juga deposito atau malah
investasi lainnya. Jika Anda beruntung dan memiliki semua itu, tidak ada yang
dikhawatirkan. Bunga deposito Anda mungkin mampu menutupi kekurangan kebutuhan
biaya hidup Anda setelah pensiun dan juga biaya kesehatan Anda.
Tapi, bagaimana jika Anda tidak memiliki
deposito dan/atau investasi lainnya?
Hanya dua cara.
(1). Menjual
aset tetap Anda, lalu pindahkan menjadi aset produktif. Jika memiliki rumah yan nilainya cukup tinggi,
baik karena ukuran dan/atau lokasi rumah yang strategi; pertimbangkan untuk
menjual rumah tersebut dan pindah ke rumah yang lebih kecil yang lokasinya
tidak lagi di daerah strategi sehingga harga rumah lebih terjangkau. Selisih
dari jual rumah itu Anda pergunakan untuk berinvestasi, atau paling tidak
didepositokan. Bunga depositonya Anda pergu nakan untuk membiayai kekurangan
biaya hidup sehari-hari. Selain itu, Anda juga mesti menyisihkan dana untuk
membeli polis asuransi kesehatan yang akan dipergunakan se panjang hidup Anda
(2).
Apa boleh buat. Anda masih harus aktif lagi, dalam arti mencari tambahan penghasilan.
Bisa bekerja paruh waktu atau belajar berwirausaha dengan menggunakan moda dari
aset yang Anda miliki. Agar usaha yang Anda rintis tidak gagal, tentu mesti
dipertimbangkan juga untuk memiliki mitra kerja sama yang sudah lebih
berpengalaman d bidang tersebut. Sebaiknya tidak usah merasa "nekat"
jika memulai usaha baru. Apalagi dengan mempertaruhkan dana terbatas yang Anda
miliki. Lebih baik memilih usaha yang tidak
terlalu berisiko, tetapi bisa memberikan tambahan pendapatan bagi Anda
Kesimpulannya
: Untuk aman secara finansial di hari tua, sesungguhnya mesti disiapkan sejak
dini sejak ketika Anda masih produktif. Namun,
jika saat ini sudah telanjur memasuki usia yang tergolong purnabakti bukan
berarti Anda pasti akan bermasalah secara finansial.
Banyak
jalan menuju Roma. Beberapa alternatif di atas mungkin bisa menjadi masukan
bagi Anda. Selamat mencoba.
TIP
: Melawan 5-B dengan 7-B
Kecenderungan umur panjang di beberapa
negara sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun demikian, pola dan gaya
hidup sehat menurutnya tak
kalah penting.
"Negara-negara Mediterania seperti Italia, Spanyol dan Turki memiliki persentase lansia cukup tinggi, karena warganya gemar mengkonsumsi tomat, ikan dan minyak zaitun," ungkap Dr Boen Setiawan (77), anggota Komnas Lansia,
Aktif memimpin sebuah perusahaan farmasi, (10/6/2010).
"Negara-negara Mediterania seperti Italia, Spanyol dan Turki memiliki persentase lansia cukup tinggi, karena warganya gemar mengkonsumsi tomat, ikan dan minyak zaitun," ungkap Dr Boen Setiawan (77), anggota Komnas Lansia,
Kelima masalah 5-B tersebut memang sulit
untuk dihindari, namun bisa dilawan untuk menunda kemunculannya dengan kiat
sehat 7-B, yaitu melalui : Banyak makan buah, Bekerja dengan semangat,
Berolahraga secara rutin, Beristirahat yang cukup, Belajar terus, Banyak
maunya, dan Berbahagia
Menurutnya, belajar terus dan banyak
maunya itu baik bagi lansia karena menunjukkan adanya semangat hidup, contohnya
dia sendiri dengan terus menekuni hobi memelihara burung, mulai dari mencari
tahu informasi tentang satu spesies hingga berusaha untuk memilikinya. Dia juga selanjutnya mencontohkan bagaimana
bekerja dengan penuh semangat bisa membuatnya awet muda.
Usia
dan Kepuasan.
Penelitian
tim dari University of Queensland (2013) menemukan fakta bahwa manusia lanjut usia (manula) lebih puas
dengan kehidupan sosial mereka dibandingkan dengan orang yang berusia muda.
Dalam
studi ini, Prof Bill von Hippel dari UQ's School of Psychology melakukan pengukuran
aktivitas sosial dan kepuasan sosial pada kelompok usia 66-91 tahun dan
kelompok usia 18-30 tahun.
Ternyata
menemukan bahwa kelompok kedua sering terlibat aktivitas sosial, tetapi tidak
lebih berbahagia ketimbang para manula dengan kehidupan sosial mereka.
"Penelitian
kami menunjukkan, jika orang dewasa muda dan manula memiliki pengalaman yang
sama, manula lebih merasa puas dengan pengalaman mereka. Manula bisa melihat
segi positif dari peristiwa dan tidak mudah dibuat putus asa." jelasnya,
kondisi itu mungkin disebabkan kebijaksanaan seiring dengan umur yang menua.
Catatan
Penulis :
a.
Proses menua berlangsung secara alami,
baik secara fisik maupun secara kejiwaan, bahkan juga finansial/materi.
b. Bekal untuk kehidupan dihari tua sudah harus
diperhitungkan sejak masih muda produktif.
c. Ketika masa tua, seharusnya sudah tinggal
menikmati. Namun terkadang ada
kekurangan dari segi kesehatan maupun financial (bekal hidup), yaitu bisa
dengan jalan menerima keuntungan secara rutin/mengalir dari asset/usaha yang
sudah ada, menjual sebagian asset untuk dapat dinikmati, atau menciptakan usaha
baru.
d. Seharusnya manula sudah tidak ngoyo atau banyak
santainya untuk mencapai sesuatu, banyak bersosialisasi, serta lebih semakin
mendekatkan diri pada sang Pencipta Allah SWT.
Keterangan gambar : diambil dari internet
Sumber a.l : health.detik.com 2010/06/11; detik.news.com
2013/08/04; Media Indonesia 13/3/2013; waspada.co.id 2007/9/15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar