Selasa, 20 Agustus 2013

Spesies Baru dan Fosil Serangga


Dikemas oleh Isamas54
Penemuan beberapa jenis serangga baru di dunia ini terus bertambah termasuk yang sudah menjadi fosil.


Kurang lebih 70% dari semua jenis binatang yang hidup di dunia adalah serangga -- diperkirakan sekitar 16% jenis serangga dunia berada di Indonesia -- dan saat ini sudah lebih 800.000 spesies insekta sudah ditemukan yaitu : 5.000 species bangsa capung (odonata),  20.000 bangsa belalang (orthoptera), 150.000 bangsa kupu-kupu dan ngengat (lepidoptera), 120.000 bangsa lalat (diptera), 82.000 bangsa kepik (hemiptera), 360.000 bangsa kumbang (coleoptera), 110.000 bangsa semut dan lebah (hymenoptera), 3.500 bangsa kecoa (dictyoptera), 2.000 spesies bangsa rayap (isoptera).  Dari berbagai jenis serangga tersebut, sekitar 600 jenis dikoleksikan di Museum Serangga Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang, didominasi oleh jenis kupu-kupu (sekitar 250 jenis) dan kumbang (sekitar 200 jenis), sedangkan kelompok serangga yang lainnya (sekitar 150 jenis).
Penemuan beberapa jenis serangga baru di dunia ini terus bertambah baik yang masih banyak, tinggal sedikit atau bahkan yang telah punah (fosil).
Berikut adalah beberapa diantaranya hasil penemuan spesies baru – termasuk fosilnya – dari jenis serangga di dunia.

(1).  Laba-laba dari Oregon- AS

Sejumlah ilmuwan di Amerika Serikat mengatakan (2012) telah menemukan keluarga baru laba-laba di sejumlah gua di wilayah California dan Oregon-AS.  Laba-laba ini -- yang sebagian panjangnya mencapai tujuh sentimeter -- diberi nama Trogloraptor karena memiliki "cakar luar biasa atau kaki seperti pisau lipat untuk menjebak mangsanya".  Kurator Arachnology di California Academy of Sciences, Charles Griswold, mengatakan kepada presenter dalam acara Today, Sarah Montague, bahwa penemuan tersebut merupakan "peristiwa bersejarah".  Penemuan penting yang diterbitkan dalam jurnal ZooKeys ini, mengungkapkan, cakar laba-laba tersebut “menunjukkan mereka galak, seperti predator khusus.”

(2).  Tarantula dari Brasil


Peneliti Institute Butantan Brasil, Rogerio Bertanim, menemukan sembilan spesies baru tarantula warna-warni yang hidup pada pohon di wilayah Brasil tengah dan timur. Empat di antaranya merupakan jenis misterius karena termasuk jenis lama dan lainnya amat berhati-hati memilih pohon. Semula cuma ada tujuh jenis tarantula diketahui di wilayah itu.
Tarantula misterius itu merupakan tarantula pohon terkecil. Selain itu, ada satu spesies, Iridopelma katiae, yang memilih hidup di gunung yang pohonnya jarang.
"Kini kita memiliki lima jenis yang 'bangkit' kembali. Jenis lama yang misterius ini sudah dikenal sejak 1841," kata Bertanim. Penelitian ini Menurut Bertamin, (1/11/2012), kepada Live Science, dimana hasil penelitian ini dilaporkan pada jurnal online Zookeys edisi November.

(3).  'Tawon Garuda' dari Indonesia


Seorang professor di University of California, Lynn Kimsey, menemukan spesies tawon raksasa di Sulawesi. Tawon ini pantas disebut sebagai Raja Tawon 'King Of Wasps' karena memiliki ukuran yang luar biasa, mencapai dua setengah inch atau sekitar tujuh centimeter. Hewan ini memiliki merupakan tawon pekerja dan memiliki rahang yang cukup besar. "Rahangnya begitu besar, saat menutup (mulut) mereka menyimpannya di kedua sisi kepala. Saat rahang itu membuka panjangnya melebihi panjang kaki depan tawon jantan," kata Lynn seperti yang dilansir dari DailyMail (23/3/12) waktu setempat. Tawon ini ditemukan di Pegunungan Mekongga-Sulawesi Tenggara. Posturnya yang besar dan daya serangnya yang agresif membuatnya seperti komodo dalam dunia tawon.
Rahangnya yang besar berperan besar dalam pertahanan diri dan berlangsungnnya siklus reproduksi. "Dalam speies lain pada genus ini, para pejantan di depan pintu sarang. Ini adalah tugas untuk melindungi sarang dari parasit dan penyerang dan untuk pekerjaan ini pejantan diizinkan mengawini tawon betina setiap kali kembali ke sarang. Inilah cara menjamin ketersediaan benih dari pejantan,"  …. "Saya akan menamainya Tawon Garuda, simbol nasional Indonesia," tambah Kimsey.

(4).  Fosil kutu raksasa


Di era Jurassic, kutu ternyata juga berukuran raksasa jika dibandingkan dengan kutu ada saat ini, hewan pengisap darah itu panjangnya sampai 25 milimeter.
Fosil yang ditemukan di China tersebut merupakan bukti kutu tertua di dunia, dengan usia fosil mencapai 125juta hingga 165juta tahun.  Kutu itu memiliki proboscis panjang yang dilengkapi ujung tajam untuk menggigit dan mengisap darah hewan yang menjadi inang mereka.
Penemuan kutu purba itu dilaporkan dalam jurnal Nature, llmuwan memperkirakan sebanyak delapan atau lebih kutu modern bisa muat di cangkang kutu purba tersebut "Kutu itu adalah monster," ujar
Michael Engel dari Natural History Mu­seum University of Kansas.
Betina dari kutu purba tersebut beru­kuran dua kali lipat dari yang jantan.

(5).  Fosil serangga prasejarah


Ilmuwan menyatakan telah menemukan tiga serangga kuno yang terjebak di dalam batu amber.  Ketiga serangga yang ditemukan di Italia itu diperkirakan berusia 230 juta tahun, atau berasal dari periode Triassic. 
Penemuan ini berusia lebih tua sekitar 100 juta tahun ketimbang serangga sebelumnya yang ditemukan terjebak di dalam batu amber.
Para peneliti menyelidiki sekitar 70 ribu batu amber yang berasal dari timur laut Italia. Dari 70 ribu batu amber itu, ditemukan dua kutu mikroskopis dan sebagian dari tubuh lalat.
Kutu-kutu itu terlalu kecil bila dilihat dengan menggunakan mata telanjang dan lalat itu berukuran lebih kecil daripada lalat buah. Penemuan tersebut dilaporkan da­lam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences yang terbit pada Senin (27/8/2012).

(6).  Fosil Laba-laba Terbesar


Telah ditemukan fosil dari laba-laba prasejarah terbesar dengan rentang kaki enam inci, yang berusia sekitar 165 juta tahun.  Fitur fosil laba-laba ini begitu sempurna, yang oleh para ilmuwan telah diidentifikasi sebagai spesies betina dewasa.
Golden Orb Weaver ini telah diberi nama Nephila Jurassica. Hidup di hutan-hutan di utara Tiongkok saat iklim jauh lebih hangat dan lebih tropis dibandingkan dengan saat ini.
Temuan fosil di Mongolia Dalam ini dikataan sebagai Golden Orb Weavers atau Nephilids, laba-laba raksasa yang dapat tumbuh lebih besar dari tangan manusia dan masih berkembang hingga saat ini. Serangga ini merupakan genus laba-laba dengan rentang terpanjang yang diketahui manusia.
Temuan ini telah dilaporkan pada jurnal Royal Society Biology Letters. Seperti dilansir Telegraph (20/4/2011), Prof. Paul Selden, Paleontolog pada Universitas Kansas, menyatakan : (a).  laba-laba betina dengan jaring terbesar ini dapat hidup dengan panjang tubuh hingga mencapai dua inci dan rentang kaki mencapai enam kaki. (b).  Laba-laba ini ‘menarik dan menakhjubkan’, dengan habitat di wilayah tropis dan subtropics. (c). Pejantan diketahui relatif lebih kecil, sedangkan betinanya memiliki ciri khas yang dapat membuat jaring sutera kuning seperti kilauan emas saat terkena sinar matahari. (d).  Golden Orb Weavers harus memiliki garis keturunan yang sangat kuno, dengan rentang sangat panjang untuk setiap genus hewan. (e).  Temuan ini juga menunjukkan bahwa iklim ketika itu ‘hangat dan lembab’ seperti saat ini.

(7).  Fosil Serangga Tertua


Sebuah fosil serangga dengan badan yang masih lengkap berhasil ditemukan dengan umur fosil diperkirakan 300 juta tahun atau merupakan fosil serangga tertua di dunia.
Penemuan fosil tersebut mengejutkan karena ditemukan tahun 2008 di belakang pusat perbelanjaan di North Attleboro, Massachusetts-AS.
"Seperti menang lotere," kata pemimpin studi, Richard J Knecht, murid geologi dari Tufts University, saat ia mengetahui temuan yang dianggap jarang ini.
Serangga yang ditemukan itu berukuran 7,6 sentimeter diduga terjebak dalam lumpur cukup lama. Kakinya seolah digerakkan untuk bersiap-siap terbang. Demikian dijelaskan Knecht pada 2008.
Tubuh serangga terbang biasanya tidak awet karena sifat mereka yang lembut dan rapuh. Ilmuwan biasanya hanya menemukan sisa-sisa sayap yang tidak mudah dicerna oleh predator.

Keterangan gambar : diambil dari internet.
Sumber :  sains.kompas.com 2011/04/08,  erabaru.net 2011/4/22 & 8/21, Media Indonesia (12/3 & 29/8/2012).

Bacaan terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar