Minggu, 07 Desember 2014

Lalat yang Ramah Lingkungan



Dikemas oleh : Isamas54
Lalat merupakan binatang kotor dan menjijikan, namun salah satu jenisnya adalah bersahabat bagi manusia dan lingkungannya. Berikut hasil penelitian yang telah dicoba penerapannya.
 
Setelah tidak menjabat lagi di salah satu deputi di Kementerian BUMN, Agus Pakpahan, alumnus IPB dan doktor lulusan Michigan State University-AS, guru besar riset ekonomi pertanian, dia memiliki lebih banyak waktu untuk meneliti lalat.  Kini makhluk yang dikenal hidup di tempat kotor itu tekah menjadi “teman” setianya. Dia malahan telah menemukan bahan pakan ternak berprotein tinggi dari prepuva lalat atau yang biasa disebut maggot.

Setiap tamu yang masuk kerumahnya di kawasan Jalan Bangka II, Mampang, Jakarta Selatan, harus melalui lorong sejauh sekitar 30 meter. Di ujung lorong, setiap tamu akan disuguhi sebuah “laboratorium” lalat. Di tempat berselubung jaring itu Agus Pakpahan meneliti binatang yang bagi sebagian orang menjijikan itu.  Namun jenis lalat ini sangat berbeda dengan lalat yang biasa kotor dan menjijikkan.

Historis
“Pertemuan” dirinya dengan lalat berawal sekitar tiga tahun lalu, dimana suatu saat dia membaca sebuah laporan bahwa IQ rata-rata orang Indonesia 80. Padahal, negara lain rata-rata 150. Ternyata, yang menyebabkan IQ rata-rata orang Indonesia relatif rendah adalah karena kekurangan protein.  Dalam laporan itu disebutkan, sel-sel otak sulit berkembang karena kekurangan protein. Disebutkan pula, ibu hamil yang kekurangan yodium akan menyebabkan anaknya kelak kuntet dan daya tahan tubuhnya rendah. Ibu hamil harus mengonsumsi yodium 200 mg. Padahal, sebutir telur hanya mengandum 15 mg yodium. “Lalu saya berpikir, harus ada pakan ayam dan ikan yang tinggi yodium. Mengapa ayam dan ikan? Karena ayam dan ikan sumber protein yang relatif murah,” katanya.
Kebetulan, setelah tak lagi menjadi deputi Menteri BUMN, Agus beternak bebek di Bogor. Saat itulah dia menambahkan yodium dalam pakan bebeknya. “Indonesia tidak akan maju kalau tidak punya pabrik pakan ternak yang murah dan tinggi protein,” katanya
Tepung ikan sebagai salah satu bahan baku pakan ternak, menurut Agus, masih harus diimpor oleh Indonesia dengan harga mahal. Volume impor tepung ikan Indonesia bisa mencapai 95% dari kebutuhan.
Padahal, Indonesia yang beriklim tropika memiliki karakter panas, lembab, dan basah. Dalam keadaan ini proses yang dominan adalah pembusukan, serta yang paling diuntungkan dalam pembusukan adalah lalat.
Selain itu di sebuah literatur, Agus menemukan fakta bahwa lalat merupakan sumber protein untuk pakan ternak.
Dalam proses dekomposer, yang menjadi unsur penghancur adalah bakteri, tetapi proses pembusukannya lama karena memakan waktu enam bulan. Di satu sisi, ada satu makhluk yang makan barang-barang busuk, yakni lalat. Lalat selama ini dianggap sebagai hewan menjijikkan dan penebar penyakit. Yang bikin susah, lalat sendiri bisa terbang antara 12-30 km jauhnya.
“Dari sini saya menemukan benang merah antara kebutuhan bahan pakan murah berprotein tinggi serta potensi yang dimiliki Indonesia yang beriklim tropis,” terang Agus.
Dalam buku Stephen A Marshal Flies, disebutkan bahwa di dunia ini terdpat 400-800 spesies lalat. “Lantas, lalat apa yang aman dan sehat untuk pakan ternak? Ternyata, lalat tropis dengan nama latin Hermetia illucens, atau yang lebih dikenal dengan sebutan black soldier flies. Lalat tentara hitam, keren namanya, lalat jenis ini tidak mengandung penyakit dan tidak menjadi vektor (perantara, Red) penyakit,” paparnya.
Menyangkut permasalah sampah, Agus menjelaskan bahwa 1 kg sisa makanan akan menjadi tempat hidup bagi 100 ribu ekor lalat. Jika 1 kg rumah tangga membuang sampah dan sisa makanan 2,5 kg, maka ada 250 ribu ekor lalat. Jika separo dari lalat itu betina, maka seekor betina bisa bertelur 500. Sehingga, dalam satu life circle selama satu bulan, 2,5 kg sampah menghasilkan 62,5 juta telur lalat. Nah, yang menjadi sumber protein dari lalat adalah di fase larva dan prepuva. Sumber protein di fase tersebut bisa mencapai 45%.

Permasalahan sampah
Volume sampah rumah tangga dan restoran selama ini cukup tinggi. Di negara berkembang seperti Indonesia ini, produksi sampah sebanyak 70-80% merupakan sampah organik.
Selama ini yang banyak ditangani adalah daur ulang sampah anorganik. Sedangkan sampah organik banyak yang tidak tertangani. Hanya sebagian yang diolah menjadi kompos.
Di rumah tangga, ada dua macam sampah organic, yakni yang berbentuk padat dan cair.  Sedangkan permasalahannya, yaitu di Indonesia sebagai negara kepulauan hanya memiliki daratan dengan luasan hanya sepertiga dari lautan. Sehingga, jika tidak pandai mengelola sampah, maka persoalan sampah ini menjadi masalah yang sangat serius. Di satu sisi sampah diproduksi terus setiap hari sedangkan tempat pembuangan nya yang menjadikan persoalan.

Solusi penghancur sampah
Menurut Agus, black soldier flies memiliki banyak keunggulan untuk dikembangkan sebagai bahan pakan ternak, antara lain dikenal tahan banting, makan banyak, larva dan prepuva kaya kandungan yang dibutuhkan (protein 45%, lemak 35%, dan asam amino lengkap), mengandung zat chitin yang baik untuk pupuk, kemampuan berkembang biak cepat, dan hidup di iklim tropis.
Untuk mengembangbiakkan lalat black soldier flies atau yang juga biasa sebut maggot sebenarnya relatif mudah. Di sebuah lahan yang tidak terlalu luas, disiapkan ruang berjaring untuk mencegah lalat tak berkeliaran.  Lalu, perlu disediakan kotak sampah dari rangka kayu yang diberi saringan, dari tempat itu nanti akan muncul belatung. Selanjutnya, di bagian atasnya diberi potongan-potongan kardus sebagai tempat lalat bertelur, dimana telur yang ada di rongga-rongga kardus itu nantinya akan jatuh dan ditampung sampai menjadi larva.
Larva yang menjadi puva atau prepuva itulah yang mengandung protein, lemak, dan asam amino lengkap.
Puva atau prepuva itulah yang diolah menjadi pengganti tepung ikan. “Ini tidak bau,” kata Agus, yang tidak terlihat jijik sedikit pun menciduk puva dan prepuva dari sebuah boks gabus.
Karena itu, Agus sudah membuat hitungan, per meter persegi lahan sebenarnya bisa mengolah sampah seberat 1 kuintal per 20 hari menggunakan teknik biokonversi. Untuk membuat tempat pengembangan maggot hanya membutuhkan beberapa ratus ribu rupiah. “Biayanya bisa patungan per dasawisma satu lokasi, Insya Allah masalah sampah akan selesai,” sebutnya.
Dengan mengembangkan teknik semacam ini, Agus berharap persoalan sampah yang menjadi masalah pelik, terutama di kota-kota besar, bisa teratasi.

Penelitian
Berkat keuletannya meneliti maggot itu, kini ada dua perusahaan perkebunan yang menjalin kerja sama dengan Agus untuk mengembangkan.  Bagaimanapun, perusahaan perkebunan juga menghasilkan sampah organik dalam jumlah besar. “Bila tidak dikelola bisa jadi masalah baru,” katanya.
HM Arum Sabil, seorang petani sekaligus peternak besar dari Jember, Jatim, termasuk salah seorang yang tertarik dengan pengembangan maggot ini. Melalui bendera Arum Sabil Farm, Arum memiliki ratusan ribu ekor ayam petelur dan ratusan ekor sapi pedaging, berkepentingan dengan maggot. “Setiap hari ayam dan sapi menghasilkan kotoran organik. Yang kalau tidak dikelola dengan baik menjadi masalah lingkungan,” katanya.
Dengan mengembangkan maggot, Arum yang juga dikenal sebagai petani tebu ini mengatakan dua persoalan di peternakannya teratasi. Yakni, limbah organik dan ketersediaan bahan pakan berprotein tinggi.
“Jika maggot bisa dikembangkan secara masal, maka limbah ternak akan teratasi karena tidak mencemari lingkungan. Ternak sendiri mendapat bahan pakan murah yang berprotein tinggi. Ini bagus sekali,” tuturnya.
Agus dan Arum sendiri sudah lama bersahabat karib. Karena itu, saat Arum tertarik untuk mengembangkan maggot di peternakannya di Jember, Agus menyatakan siap membantu.
“Semoga maggot bisa menjadi solusi bagi persoalan limbah dan sampah organik,” harap Agus.
 
”Hermetia illucens”
Hermetia illucens merupakan jenis serangga keluarga lalat yang jauh beda dengan lalat sampah (Musca domestika) pada umumnya dengan sifat yang tak dimiliki lalat lain.
Secara fisik, lalat hitam ini bertubuh lebih panjang dan ramping dibandingkan lalat umumnya. Tubuhnya mengilap, geraknya lambat. Jika dikembangbiakkan khusus dan jumlahnya mendominasi, lalat lain, seperti lalat hijau dan lalat sampah, akan menyingkir.
Masa dewasanya kurang dari delapan hari, yang ditujukan mencari pasangan dan bertelur. Tahap nonmakan lalat dewasa bersayap tanpa bagian mulut itulah alasan utama mengapa lalat-lalat itu tak dikaitkan dengan penularan penyakit kepada manusia.
Bahkan, larva atau maggot Hermetia illucens dapat membunuh dan menekan populasi bakteri jahat, misalnya salmonella dan coli, serta mampu mengolah limbah organik sangat cepat.
Perkembang biakan
Hermetia illucens relatif mudah dikembangbiakkan, tidak perlu perlakuan khusus. Dalam siklus hidupnya, lalat ini bisa bermigrasi secara mandiri saat bermetamorfosis dari fase maggot ke prepupa.
Siklus hidupnya relatif singkat, sekitar 40 hari. Fase metamorfosis terdiri atas fase telur selama 3 hari, maggot 18 hari, prepupa 14 hari, pupa 3 hari, dan lalat dewasa 3 hari. Lalat itu mati setelah kawin.
Hermetia illucens betina bisa menghasilkan 300-1.000 telur. Lalat jenis ini menyembunyikan telur di tempat aman, seperti di sela-sela kardus atau tumbuhan segar dan hidup.
Banyaknya telur membuat khawatir terjadi ledakan populasi. "Overpopulasi sangat sulit karena predatornya sangat banyak. Kandungan protein Hermetia illucens membuat burung, kadal, cecak, laba-laba, dan tupai gemar menyantap," kata Agus, yang sudah meneliti biokonversi sampah sejak tahun 2010.

SELINGAN : Lalat Masuk Ke Dalam Minuman



Ini mengenai jenis lalat yang biasa hidup di tempat kotor .....
Rasulullah SAW pun pernah mengatakan sesuatu yang ada hubungannya dengan sains dan medis. Salah satunya hadits tentang lalat yang masuk ke dalam minuman. Apabila ada seekor lalat yang masuk ke dalam minuman, beliau menganjurkan untuk menyelupkan lalat itu seluruhnya ke dalam minuman, lalu setelah itu lalatnya dibuang. dan kita bisa melanjutkan menikmati minuman itu. Sebab keadannya kembali bersih dari kuman penyakiti.



Ini hadits tentang lalat

Nabi Bersabda, “Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah ia, kemudian angkat dan buanglah lalatnya sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya ada obatnya. (HR. Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)

Studi yang telah dilakukan oleh Universitas Colorado di Amerika menunjukkan bahwa lalat tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja, tetapi juga membawa mikrobiota yang dapat bermanfaat. Mikrobiota di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan keluar dari tubulus ke cairan tersebut.  Mikrobiota ini adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain.

Dokter Mahmud Kamal dan dr. Muhammad Abdul Mun’in Husain, juga ikut menguatkan topik di atas dengan mengatakan bahwa kajian mengenai masalah ini sudah dilakukan sejak tahun 1871 oleh seorang guru besar di Universitas Hal, Jerman, yaitu Brifeld. Kemudian dilanjutkan oleh beberapa ahli dari beberapa negara, seperti Erneysten dan Cook dari Inggris, yang mengadakan penyelidikan sekitar tahun 1947 sampai 1950.

Menurutnya, dengan dicelupkannya lalat ke makanan, berarti akan menimbulkan tekanan pada sel-sel yang memang sudah ada dalam tubuh lalat. Semakin bertambah kenyal dan akhirnya sel-sel ini pecah. Beberapa enzim yang keluar menyerang kuman penyakit dan memusnahkannya. Dengan begitu akhirnya makanan menjadi bersih, bebas dari kuman penyakit.

Jadi, jika lalat terjebak atau jatuh ke dalam minuman kita. Jangan ragu untuk mencelupkan seluruh tubuhnya. Sebab kebersihan minuman tersebut akan tetap terjaga. Hadits dan sains telah membuktikannya. Persoalannya, apakah Anda berani melakukannya?

(sumber : kesehatan.kompasiana.com 2012/06/08)
Kita lanjutkan ………………..

Ramah lingkungan
(a).  Pengurai sampah.
Sampah saat ini merupakan ancaman bagi masyarakat. Tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan, namun juga membutuhkan lahan yang luas.  Serangga asli kawasan Amerika Utara itu diklaim sanggup mengurangi 80% sampah rumah tangga dan 10%  limbah pengolahan tebu. Sampah sisa penguraian bisa dijadikan pupuk organik.
Kemampuan Hermetia illucens mengurai sampah tak perlu diragukan lagi. Setiap ekornya rata-rata menghasilkan 500 maggot dalam satu siklus hidupnya. Apabila ada 20 ekor, nantinya akan ada 10.000 maggot.
Dalam satu hari, 10.000 maggot mampu mengurai 1 kilogram sampah rumah tangga (sisa makanan) dalam 24 jam dan menyisakan 200 gram sampah terurai yang biasa disebut bekas maggot (kasgot). Kasgot dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Sementara itu maggot yang baru saja menyelesaikan tugas mengurai sampah, dalam tiga hari akan bermetamorfosis menjadi prepupa (fase puasa).  Prepupa memiliki kandungan protein hingga 45%, lemak 35%.
(b).  Sumber pakan. 
Dengan kandungan protein tinggi, prepupa dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan.  Selain itu Maggot juga mengandung protein dan lemak tinggi sehingga baik digunakan sebagai pakan unggas atau ikan. Sisa kotoran maggot juga bisa dijadikan pupuk organik, padat atau cair.
(c).  Menyuburkan tanah
Tak hanya mengurai sampah dan sumber protein bagi ternak, biokonversi sampah menggunakan lalat hitam itu juga mampu menyuburkan tanah.  Untuk hal ini perusahaan gula PT Gunung Madu Plantations membuktikannya.

Pengolah sampah perkebunan

PT Gunung Madu Plantation (GMP) Lampung menjadi tuan rumah uji coba mengolahan sampah sisa perkebunan dengan menggunakan tentara lalat hitam (Hermetia illucens) atau lebih dikenal biokonversi black soldier fly (BSF).
Ribuan lalat memenuhi ruangan berbentuk rumah berukuran 7 meter x 7 meter setinggi 3 meter. Di depannya tertulis rearing house. Sebagian lalat hinggap di jaring-jaring sebagai dinding, sebagian lagi menghinggapi dedaunan pisang di ruangan itu. Itulah pasukan khusus lalat hitam pengurai sampah organik.
Sejumlah spons basah diletakkan di sudut lantai ruangan. Jaringan pipa air dan ujung penyemprotnya terpasang di atap. Semua itu untuk menjaga ruangan tetap lembab sehingga lalat nyaman tinggal.
Tepat di samping kanan rearing house atau rumah pembesaran itu berdiri bangunan berbentuk rumah ditutupi jaring-jaring lebih gelap yang biasa disebut reactor house. Tak banyak lalat di ruangan itu. Namun, ribuan bahkan jutaan larva (belatung/maggot) sangat mudah dijumpai di tumpukan sampah.
Reactor house adalah tempat larva menikmati santapan sampah kegemarannya. Kendati berada di sekitar ruang banyak sampah dan larva, tak perlu menutup hidung karena hampir tak berbau.
Binatang yang sering dipandang menjijikkan itu sengaja didatangkan dan dikembangbiakkan Guru Besar Riset Ekonomi Pertanian Agus Pakpahan (58) dan Perusahaan Gula PT Gunung Madu Plantations. Lalat dan larva itu mendapat tugas khusus mengurai sampah di area perkebunan dan rumah tinggal milik perusahaan gula tertua di Lampung itu.

SELINGAN
TIP : Cara Ampuh Mengusir Lalat Bandel

Lalat kotor  sangat berbahaya bagi manusia karena ia bisa bertelur di makanan dan minuman yang akan kita konsumsi. Lalat juga membawa bakteri dari satu tempat kotor ke tempat lain sehingga bisa menyebarkan penyakit.  Berikut trik mengusir keberadaan lalat seperti dari mediaindonesia.com (2012/06/18).

(a). Menggunakan semprotan insektisida (obat spray pengusir serangga) memang bisa menjadi pilihan. Namun penggunaannya yang terlalu sering justru akan membahayakan pernapasan manusia. Untuk itu jika Anda mengandalkan alat yang satu ini, bijaklah terhadap penggunaannya. Jauhkan dari makanan dan anak kecil jika Anda hendak menyemprotkan pengusir serangga.
(b). Pastikan Anda menutup rapat makanan yang hendak akan Anda hidangkan. Memiliki wadah kedap udara bisa menjadi pilihan untuk menyimpan berbagai makanan.
(c). Jangan malas untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang berceceran di lantai. Meski terlihat sepele, remah-remah makanan yang ditinggalkan justru akan mengundang kehadiran kawanan lalat.
(d). Saat memasak ikan maupun daging, dapat di pastikan akan mengundang lalat untuk seketika hinggap. Untuk itu, jangan lupa untuk membersihkan peralatan dapur, berikut membersihkan tempat mencuci bahan makanan.
(e). Untuk cara yang alami, Anda juga bisa menaruh beberapa tangkai lavender di sekitar area yang biasanya disambangi lalat. Aroma khas yang ditawarkan bunga yang satu ini seketika membuat lalat menjauh.
(f). Terakhir, pastikan juga untuk membersihkan rumah, khususnya lantai sesering mungkin.
Kita lanjutkan ……………..



Pasukan pengurai
Kemampuan jenis lalat ini dalam mengurai sampah, telah dibuktikan di perusahaan gula ini dimana pasukan lalat hitam telah mengurai sisa endapan hasil pengolahan tebu (blotong) hingga 10%.  Apabila maggot mengurai 10 kg blotong, maka dihasilkan 9 kg pupuk organik dari blotong.  Sehingga dengan demikian maka dalam satu tahun, PT GMP mendapat 80.000 ton blotong dari sisa produksi gula, juga akan dapat 72.000 ton pupuk organik.


Menurut Agus Pakpahan, peneliti BSF di PT GMP (15/11/2014) :

(a).  Pengolahan sampah sisa perkebunan memakai teknik biokonversi BSF ini baru kali pertama terlaksana di Lampung.

(b).  Sampah yang diolah oleh lalat mampu tereduksi sebanyak 80%, sisanya akan menjadi larva yang mengandung protein tinggi.

(c).  Guna menjaga populasi dan siklus Hermetia illucens, maka tidak sepenuhnya menjadikan prepupa sebagai pakan, disisakan 3% prepupa agar melanjutkan siklus hidupnya menjadi pupa dan lalat dewasa.

(d).  Larva lalat yang dihasilkan teknik tersebut dapat dijadikan pakan ternak berprotein tinggi, sedangkan bangkai lalat iini dapat dimanfaatkan menjadi bahan bio-plastik, farmasi, dan untuk bahan pembuatan kosmetik. Pihak PT GMP Lampung, sangat menyambut baik uji coba biokonversi BSF ini, terlebih lagi didapatkan perbaikan kondisi lahan yang signifikan setelah uji coba, menurut Gunamarwan, Manajer Umum, Bisnis dan Keuangan :

(a).  Pupuk hasil penguraian maggot Hermetia illucens ternyata berdampak positif bagi perkebunan di arealnya.

Hasil uji coba metoda biokonversi BSF telah membuktikan mampu meningkatkan (kandungan) nitrogen (tanah) yang semula 0,9 meningkat menjadi 1,2%. Selain itu tanah lebih remah dan lapisan olah yang semula 10 cm menjadi 14 cm,"

(b).  Selain dipakai untuk menangani blotong, secara bertahap perusahaan mulai membiasakan karyawannya memisahkan sampah organik dan anorganik, dimana sampah organik akan turut diolah dengan menggunakan lalat ini.

Harapan ke depan
Tahun 2011, sampah masyarakat Indonesia 80.000 ton per hari (Kompas, 15/11/2013).  Jumlah itu meningkat tahun 2014, mencapai 200.000 ton per hari.  Pada 2025, dengan prediksi jumlah penduduk 270 juta jiwa, diperkirakan akan ada 270.000 ton sampah per harinya. Asumsinya, per orang menghasilkan 0,5 kg-1,5 kg sampah per hari (Kompas, 7/3).
Agus dan Gunamarwan berharap biokonversi sampah itu bisa menular, baik di permukiman warga maupun perusahaan perkebunan. 
Di tengah berbagai upaya memerangi sampah, maka pasukan khusus lalat hitam sudah dan siap diterjunkan.

Keterangan gambar : diambil dari internet.
Sumber bacaan : sains.kompas.com 2014/11/15&23;  kaltimpost.co.id 2014/08/07; aguspakpahan.com 2014/11/23; Kompas 23/11/2014.

1 komentar:

  1. Saya sangat mengpresiasi penemuan dari P.Agus, dan akan saya coba di tmpt saya di kota malang dengan skala kecil, terima kasih atas informasinya.

    BalasHapus