Jumat, 27 Juni 2014

Catatan Mengenai Beberapa Bencana Alam



Dikemas oleh Isamas54
Penduduk dunia kerap berduka menyaksikan sesamanya yang mengalami tragedi bencana alam, padahal tragedi tersebut bisa terjadi kepada siapa dan negara mana pun juga.

Bagaimana tingkat kerawanan bencana alam di Indonesia dan di dunia?.
Sebelum lanjut ….

Data dan batasan
Bencana hidrometeorologi adalah merupakan bencana yang factor utamanya dipengaruhi oleh aspek cuaca, seperti bencana banjir, longsor, cuaca ekstrem, kekeringan, dan puting beliung.  Walaupun hal tersebut bisa dipicu oleh ulah manusia, atau kombinasi kedua faktor ini.
Bencana di Indonesia yang terjadi sepanjang 1815-2011 yaitu terjadi 11.910 bencana yang menyebabkan 329.585 jiwa meninggal dan lebih dari 15,8 juta orang mengungsi. Dari jumlah tersebut, 77% termasuk bencana hidrometeorologi, 3% benca­na geologi, sisanya bencana karena ulah manusia dan biologi.   Bencana banjir di Indonesia tahun 2013 yaitu sebanyak 2.712 ke­jadian atau 40% dari total bencana di tahun tersebut.  
Puting beliung menunjukkan peningkatan paling pesat, dimana dalam 10 tahun terakhir (2002-2011)  me­ningkat 28 kali lipat (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB, 2012).   Terdapat sekitar 404 kabupaten/kota di Indonesia (115 juta jiwa) tinggal di daerah rawan puting beliung, dengan sebaran rawan tinggi puting beliung ada di sepanjang barat Sumatera, pantura Jawa, NTT, dan selatan Sulawesi Selatan. Dimana wilayah-wilayah tersebut dulu tidak pernah dilanda puting beliung.

Pulau Jawa Rawan
Tren terjadinya bencana alam di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, jika pada 2002 terdapat 190 bencana, pada 2011 ada 1.545.
Faktor perpaduan intensitas bencana dan bertambahnya jumlah penduduk menjadikan risiko jatuh korban lantaran bencana alam semakin besar. Sehingga dengan demikian setiap kegiatan pembangunan baik di pusat maupun daerah sudah seharusnya menyertakan pengelolaan bencana.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho,  mengatakan (5/6/2012)  bahwa hampir semua wilayah di Indonesia masuk dalam setidaknya 13 kategori bencana, terdiri dari delapan bencana alam (tsunami, gempa bumi, banjir, puting beliung, kekeringan, longsor, erupsi gunung api, serta kebakaran hutan) dan empat bencana sosial. Dimana kejadian gempa bumi di Pulau Jawa paling sering terjadi di Jawa Barat yang memiliki penduduk sekitar 42 juta jiwa.
Adapun frekuensi kejadian banjir di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (Media Indonesia 21/1/2014)  adalah : 2001/2002 (150), 2002/2003 (186), 2003/2004 (191), 2004/2005 (297), 2005/2006 (399), 2006/2007 (430), 2007/2008 (607), 2008/2009 (672), 2009/2010 (962),
2010/2011 (409), 2011/2012 (730).
GAMBAR
"Rasio jatuh korban di Pulau Jawa paling banyak. Pasalnya 58% penduduk Indonesia tinggal di pulau ini."

Tren Global
Bencana hidrometeorologi adalah me­rupakan tantangan besar masyarakat dunia di masa mendatang, demikian peringatan dari Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana/UNISDR (2012).   Perlu diingat bahwa bencana ini bisa dipicu oleh ulah manusia.
Dalam tiga dasawarsa terakhir, tren bencana hidromete­orologi di Indonesia meningkat drastis, baik intensitas, frekuensi, sebaran, maupun kekuatannya.   Indikasi kenaikan bencana hidrometeorologi juga terjadi di seluruh dunia (global), dimana 76% bencana dalam kurun 1900-2011 adalah merupakan bencana hid­rometeorologi, dan menunjuk­kan tren meningkat.
Banjir adalah merupakan bencana paling kerap terjadi di Asia sepanjang 2012, mencapai 44%. Bencana ini menimbulkan korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi terbesar. Sebanyak 54% korban tewas di Asia akibat banjir dan 56% dari total kerugian eko­nomi di Asia disebabkan banjir.  Demikian menurut hasil penelitian UNISDR de­ngan Louvain University Centre for Research on the Epidemi­ology of Disasters /CRED).
Bencana hidrologi (seperti banjir, siklon:) sangat berpengaruh terhadap ekonomi dan kehidupan global.  Bencana ini tidak hanya berdampak di negara berkembang namun juga menjadi ancaman serius di negara maju. Beberapa kejadian banjir dan siklon antara lain : Banjir di Tha­iland (2011) memerosotkan perekonomian negara ybs, Banjir di Pakistan (Agustus 2010) menelan korban 1.700 jiwa dan kerusakan 9,7 miliar dollar AS.
Sedangkan bencana akibat siklon tropis meningkat 878%  selama periode 1950-2010,  dimana negara-negara kaya pun tidak kebal terhadap risiko bencana ini, seperti terjadi di Filipina dengan topan Bopha yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, banjir di Australia dan topan Sandy di Amerika Scrikat yang terjadi pada Oktober 2012.

SELINGAN
(1).  Banjir Yangtze, tewaskan jutaan jiwa
Sungai Yangtze di China selatan, mengalir melalui area dengan populasi yang besar, dimana rakyat di wilayah tersebut sangat bergantung pada sungai dimaksud untuk kebutuhan mereka sehari-hari.
Pada April 1931, wilayah lembah sungai ini menerima curah hujan yang jauh di atas rata-rata, hujan lebat kembali muncul pada Juli.
Bencana banjir berlangsung sejak awal Agustus dengan puncaknya terjadi pada 19 Agustus  yang menjangkau wilayah seluas 1,29 juta meter persegi, dengan korban jiwa trwas sebanyak 3,7 juta jiwa Luapan air di bulan Agustus ini menghanyutkan 500 ribu orang dan mengakibatkan lahan pertanian/padi hancur.
(2).  Selamat dari Tornado
Seorang bayi di Chelsea-negara bagian Indiana, ditemukan selamat ketika terjadi Badai tornado yang menghantam Amerika Serikat yang menewaskan 38 korban jiwa dan menghancurkan ratusan rumah.
Seperti dilansir Daily Mail (4/3/2012), bayi berambut pirang itu ditemukan di sebuah ladang yang berjarak 10 mil dari rumahnya, dengan kondisi kritis dan perlu mendapat perawatan rumah sakit.  Setelah diidentifikasi, keluarganya tinggal di New Pekin Indiana, berjarak 10 mil jauhnya dari lokasi penemuan bayi.
Kita lanjutkan …

Komentar dan pendapat
Bencana hidrometeorologi di­perkirakan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.  Dibandingkan dengan bencana geolo­gi (letusan gunung api dan gempa) yang murni karena faktor alam, dalam bencana hidrometeorologi ternyata ada ulah manusia dalam peningkatanya.
Beberapa pendapat mengenai kejadian bencana alam sebagai berikut.
(a).  Guru Besar Hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sudibyakto, berpendapat : Bencana hidrometeorologi di­perkirakan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang, hal ini sejalan dengan meningkatnya suhu bumi akibat perubahan iklim global. Peningkatan suhu Bumi, menambah akumulasi awan, dan memicu sejumlah bencana hidro­meteorologi.
(b).  Kepala Pusat Perubahan Ik­lim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian, berpendapat : Naiknya suhu Bumi diduga meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi, khususnya puting beliung, sekalipun pembuktian langsung secara ilmiah masih sulit dilakukan.
(c).  Menurut Sutopo :  Untuk kasus banjir di Pulau Ja­wa, faktor antropogenik (khususnya perubahan penggunaan lahan) dinilai lebih berperan.  Berkurangnya kawasan resapan air, koefisien limpasan permukaan meningkat. Sebagian besar hu­jan yang jatuh berpotensi men­jadi banjir, kondisi ini diperparah dengan sungai-sungai yang semakin terdegradasi aki­bat sedimentasi dan okupasi bantaran sungai untuk hunian.  Kesimpulan ini dibuat setelah menganalisis fre­kuensi dan curah hujan serta debit sungai di Jawa.  Dalam 30 tahun terakhir terjadi penurunan dalam tren curah hujan, juga curah hujan maksimum tahunan stabil, namun bencana banjir meningkat.

SELINGAN
Jurus Menerjang Banjir
Ketika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) telah mengingatkan bahwa akan terjadinya tingginya curah hujan, tentu akan mengngatkan kembali menghadapi permasalahan banjir dan kemacetan, khususnya di kota-kotan yang menjadi langganan banjir.  Masalah banjir tersebut khususnya bagi pengendara mobil (tidak terkecuali juga motor dan kendaraan lain) terutama sekali mobil sedan menjadi sangat riskan untuk menerobos genangan air.  Walaupun kita berusaha menghindari jalan yang terkena banjir namun ada baiknya cermati beberapa petunjuk di bawah ini, seperti penulis ambil dari Kompas (12/1/2009).
(a).  Ketinggian air.  Patokan ketinggian air sebatas setengah dari velg mobil (masih pakai ukuran standar dan tidak berlaku yang sudah ganti jadi lebih ceper). Kalau sampai segitu berarti air sudah menempel pada dek.
(b).  Ketinggian gril.  Bisa juga ketinggian air diukur memakai betis orang dewasa (dibayangkan) atau setengah dari ketinggian gril sebagai batas paling puncak toleransi. Inipun kalau nekad untuk menerjangnya.
(c).  Posisi Air filter.  Selain ketinggian air yang terhampar di depan, Anda wajib mengetahui 'pintu gerbang utama' masuknya air ke jeroan mesin. Terutama lewat saluran saringan udara yang tersedot dari saluran isap (air duct) yang masuk ke ruang bakar. Bahanya, air yang masuk ke situ menimbulkan tekanan yang bakal menahan gerak piston, sehingga menyebabkan water hammer.
Itu sebabnya, kenapa mobil off-road dikasih snorkel agar bisa berenang. Jadi meski terendam, selama mesin masih menyala (dalam putaran stasioner) knalpot tak akan kemasukan air.
(d).
 Knalpot belalai.  Boleh dipakai boleh tidak. Tapi sekadar informasi saja bahwa tekanan gas buang dari mesin sangat kuat untuk menahan masuknya air (saat mobil berjalan). Cara lain, ketiuka menerjang air sebaiknya pertahankan putaran mesin merata. Biasanya yang bikin putaran mesin turun karena ada mobil mogok di depan. jadi, untuk menerjang panjangnya genangan, pastikan di depan sudah kosong betul (jangan beriringan).
(e). Gantung kopling.  Karena takut mesin mati saat melibas genangan air, untuk menjaga putaran mesin tetap tinggi dilakukan dengan menekan setengah pedal kopling. Padahal, bukan 'raungan' mesin yang diperlukan, melainkan putaran yang konstan (1.500 - 2.000 rpm).
Dengan cara kopling gantung itu, pelat kopling dan dekrup akan akan selalu terbuka dan panas. rembesan air akan kontan menguap.
(f). Transmisi otomatis bisa berenang.  Untuk mobil bertransmisi otomatis, setelah mengetahui kondisi ketinggian air dan posisi air filter, pindahkan tongkat persneling ke posisi satu. Apalagi yang sudah menggunakan CVT seperti XTronic pada Nissan tinggal masukan ke gigi satu layaknya transmisi manual. Atau tiptronik pada Honda Jazz maupun Toyota Yaris, tinggal masukan ke posisi S dan arahkan ke gigi satu atau dua.
(g). 
Periksa rem.  Setelah lolos dari berenang, jangan langsung tancap gas. Sambil jalan pelan tekan pedal rem berkali-kali untuk memastikan kalau perangkat penghenti laju berfungsi dengan baik.
Kita lanjutkan ...
 
Geopolitik Bencana Alam
Tak dapat dipungkiri bencana alam dapat berkaitan dengan politik. Di berbagai belahan dunia maupun dalam masyarakat tradisional di Indonesia, bencana alam besar dapat ditafsirkan sebagai pertanda masa peralihan.
Menurut Damardjati Supadjar, dosen Fakultas Filsafat UGM, bahwa dalam sebuah perjalanan bangsa, para pemimpinnya tak lepas dari latar belakang kosmologis, dimana seorang pemimpin dari suatu kelompok masyarakat bisa berkaitan dengan alam sekitarnya.  Bahkan ada analisis mitologis yang berkembang di masyarakat bahwa suatu pemerintah bisa didukung rakyat, namun terkadang bisa kurang didukung oleh alam. (web.inilah.com 2014/01/17).
Dalam buku ‘The Year without Summer: 1816 and the Volcano that Darkened the World and Changed History’ (Saint Martin's Press, 2013), yang ditulis William K Klingaman dan Nicholas P Klingaman, telah mengungkapkan bahwa sejarah banyak mencatat terjadinya perubahan geopolitik akibat dari bencana alam.  Dimana bencana alam ini terkadang bisa mengubah sejarah dan geopolitik dunia.  Berikut beberapa catatan sejarah yang dikaitkan dengan bencana alam.
(a).  Gunung Tambora meletus (1815).
Meletusnya Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada April 1815, suara letusannya terdengar sampai ke Sumatera yang berjarak lebih kurang 2.000 km.  ternyata hal tersbut berdampak pada alam dan politik di Eropah.
Dampak alam akibat bencana tersebut, menyebabkan berubahnya alam dunia dimana Eropa yang mengalami tahun tanpa musim panas.    Sedangkan dampak politik, adalah akibat dari letusan gunung tersebut mengakibatkan factor kekalahan Napoleon Bonaparte dalam Perang Waterloo yang dikalahkan sekutu Ang­lo-Prusia di bawah Duke of Wellington pada tanggal 18 Juni 1815.  Kejadiannya, yaitu ketika debu vulkanik menutupi angkasa Eropa menghalangi sinar matahari, Napoleon tidak mampu memindahkan pasukan kavaleri dan meriamnya yang terjebak dalam lumpur berlapis salju di tengah musim panas.
(b).  Tsunami Aceh 2004.  Bencana tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004, secara tidak langsung menghentikan konflik dan berakhir dengan kesepakatan damai antara Jakarta dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
(c).  Di China.  Bencana alam dapat dicatat mengiringi pergantian dinasti. Pertanda bahwa mandat dari langit yang diberikan kepada raja yang lama akan dialihkan kepada penguasa yang baru.
(d).  Bencana lain di Indonesia, antara lain : (a). Teori Boechari, mengatakan perpindahan kekuasaan kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad X adalah disebabkan letusan gunung Gunung Merapi. Penggalian Candi Sambisari tahun 1969 memperlihatkan candi itu ditutupi abu vulkanis setebal 5 meter.  (b).  Letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang memakan korban banyak ini juga telah menghancurkan empat kerajaan di pulau itu. Letusan Krakatau meluluhlantakkan Banten dan Lampung. Pusat administrasi lokal di Anyer berpindah ke Cilegon. Selain itu letusan Krakatau ternyata menjadi katalisator dari pemberontakan petani Banten tahun 1888.

Mengambil Hikmah
Keputusan pemerintah Indonesia untuk menghentikan bantuan medis sukarelawan asing dianggap sangatlah tepat, dengan catatan tenaga medisnya harus dikerahkan.  Bencana gempa bumi Yogyakarta seharusnya banyak pelajaran penting yang bisa diambil.  (Kompas, 6 Juni 2006)
Bangsa-bangsa besar dunia terkadang menggunakan momentum yang dapat menghancurkan sebagai titik awal menuju ke­bangkitan seperti momentum reformasi, bencana tsunami sekadar dibiarkan sebagai peristiwa yang membawa kepedihan.  Padahal dari segi kemiliteran (Tentara Nasional Indonesia/TNI), momen itu bisa digunakan untuk menguji kesiagaan prajurit mulai dari mempersiapkan din, menggerakkan prajurit, hingga melaksanakan operasi kemanusiaan di lapangan.  Juga bagi mahasiswa dan petugas kesehatan, dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman yang nyata sejauh mana bisa ikut berperan membangun kembali daerah yang hancur karena gempa, dan sekaligus dapat untuk mengukur kekurangan peralatan apa yang ada pada organisasi ybs.
Sekarang ini berbagai bencana yang terjadi di negeri kita justru dimanfaatkan sebagai ajang latihan yang sesungguhnya oleh pihak-pihak asing.  Tentara dari negara tetangga (Singapura, Malaysia, dan Australia), dapat diuntungkan karena bisa menguji kemampuan tentara mereka sehingga kalau suatu saat terjadi apa-apa di negaranya, mereka pasti akan lebih siap.
Hal ini bukan bermaksud untuk antiasing dan tidak tahu berterima kasih kepada negara-negara lain yang peduli akan penderitaan bangsa kita, namun perlu diingatkan jangan sampai bencana itu hanya membuat sekadar menjadi korban dan tidak bisa memetik hikmah apa pun.
Pengalaman di Jepang yang juga terbiasa dengan gempa bumi, tata cara penyelamatan bukan hanya dituliskan, tetapi dilatihkan. dan dilengkapi dengan siapa penanggung jawabnya.

Catatan akhir : 
Bencana alam bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada bagsa atau Negara mana saja,  sehingga dengan demikian harus selalu siap menghadapinya.  Namun walaupun dapat menimbulkan kesedihan yang mendalam, tentu ada hikmahnya di balik semua itu.


Sampai bertemu di topic lain yang lebih menarik.

Keterangan gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan a.l  : Kompas (12/1/2009, 21/12/ 2012, 15/11/2013); Media Indonesia 19/8/2013; news.detik.com 2012/03/04; mediaindonesia.com 2012/01/03, 06/06; web.inilah.com   2014/01/17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar