Penduduk dunia kerap berduka menyaksikan sesamanya yang mengalami
tragedi bencana alam, padahal tragedi tersebut bisa terjadi kepada siapa dan
negara mana pun juga.
Bagaimana tingkat
kerawanan bencana alam di Indonesia dan di dunia?.
Sebelum
lanjut ….
Data dan batasan
Bencana hidrometeorologi adalah merupakan bencana yang factor utamanya dipengaruhi
oleh aspek cuaca, seperti bencana banjir, longsor, cuaca
ekstrem, kekeringan, dan puting beliung.
Walaupun
hal tersebut bisa dipicu oleh ulah manusia, atau kombinasi kedua faktor ini.
Bencana di
Indonesia yang terjadi sepanjang 1815-2011
yaitu terjadi 11.910 bencana yang menyebabkan 329.585 jiwa meninggal dan lebih
dari 15,8 juta orang mengungsi. Dari jumlah tersebut, 77% termasuk bencana
hidrometeorologi, 3% bencana geologi, sisanya bencana karena ulah manusia dan
biologi. Bencana banjir di Indonesia tahun 2013 yaitu sebanyak
2.712 kejadian atau 40% dari total bencana di tahun tersebut.
Puting beliung
menunjukkan peningkatan paling pesat, dimana dalam 10 tahun terakhir
(2002-2011) meningkat 28 kali lipat (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB, 2012).
Terdapat sekitar 404
kabupaten/kota di Indonesia (115 juta jiwa) tinggal di daerah rawan puting
beliung, dengan sebaran rawan tinggi puting beliung ada di sepanjang barat
Sumatera, pantura Jawa, NTT, dan selatan Sulawesi Selatan. Dimana wilayah-wilayah
tersebut dulu tidak pernah dilanda puting beliung.
Pulau Jawa Rawan
Tren terjadinya
bencana alam di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, jika pada 2002
terdapat 190 bencana, pada 2011 ada 1.545.
Faktor perpaduan intensitas bencana dan bertambahnya jumlah penduduk menjadikan risiko jatuh korban lantaran bencana alam semakin besar. Sehingga dengan demikian setiap kegiatan pembangunan baik di pusat maupun daerah sudah seharusnya menyertakan pengelolaan bencana.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan (5/6/2012) bahwa hampir semua wilayah di Indonesia masuk dalam setidaknya 13 kategori bencana, terdiri dari delapan bencana alam (tsunami, gempa bumi, banjir, puting beliung, kekeringan, longsor, erupsi gunung api, serta kebakaran hutan) dan empat bencana sosial. Dimana kejadian gempa bumi di Pulau Jawa paling sering terjadi di Jawa Barat yang memiliki penduduk sekitar 42 juta jiwa.
Faktor perpaduan intensitas bencana dan bertambahnya jumlah penduduk menjadikan risiko jatuh korban lantaran bencana alam semakin besar. Sehingga dengan demikian setiap kegiatan pembangunan baik di pusat maupun daerah sudah seharusnya menyertakan pengelolaan bencana.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan (5/6/2012) bahwa hampir semua wilayah di Indonesia masuk dalam setidaknya 13 kategori bencana, terdiri dari delapan bencana alam (tsunami, gempa bumi, banjir, puting beliung, kekeringan, longsor, erupsi gunung api, serta kebakaran hutan) dan empat bencana sosial. Dimana kejadian gempa bumi di Pulau Jawa paling sering terjadi di Jawa Barat yang memiliki penduduk sekitar 42 juta jiwa.
Adapun frekuensi
kejadian banjir di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (Media Indonesia 21/1/2014) adalah : 2001/2002 (150), 2002/2003 (186), 2003/2004
(191), 2004/2005 (297), 2005/2006 (399), 2006/2007 (430), 2007/2008 (607), 2008/2009 (672), 2009/2010
(962),
2010/2011 (409),
2011/2012 (730).
GAMBAR
"Rasio jatuh
korban di Pulau Jawa paling banyak. Pasalnya 58% penduduk Indonesia tinggal di
pulau ini."
Tren Global
Bencana
hidrometeorologi adalah merupakan tantangan besar masyarakat dunia di masa
mendatang, demikian peringatan dari Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana/UNISDR
(2012). Perlu diingat bahwa bencana ini
bisa dipicu oleh ulah manusia.
Dalam tiga
dasawarsa terakhir, tren bencana hidrometeorologi di Indonesia meningkat
drastis, baik intensitas, frekuensi, sebaran, maupun kekuatannya. Indikasi kenaikan bencana hidrometeorologi
juga terjadi di seluruh dunia (global), dimana 76% bencana dalam kurun 1900-2011
adalah merupakan bencana hidrometeorologi, dan menunjukkan tren meningkat.
Banjir adalah merupakan
bencana paling kerap terjadi di Asia sepanjang 2012, mencapai 44%. Bencana ini
menimbulkan korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi terbesar. Sebanyak 54%
korban tewas di Asia akibat banjir dan 56% dari total kerugian ekonomi di Asia
disebabkan banjir. Demikian menurut hasil
penelitian UNISDR dengan Louvain University Centre for Research on the Epidemiology
of Disasters /CRED).
Bencana hidrologi (seperti
banjir, siklon:) sangat berpengaruh terhadap ekonomi dan kehidupan global. Bencana ini tidak hanya berdampak di negara
berkembang namun juga menjadi ancaman serius di negara maju. Beberapa kejadian
banjir dan siklon antara lain : Banjir di Thailand (2011) memerosotkan
perekonomian negara ybs, Banjir di Pakistan (Agustus 2010) menelan korban 1.700
jiwa dan kerusakan 9,7 miliar dollar AS.
Sedangkan bencana
akibat siklon tropis meningkat 878% selama periode 1950-2010, dimana negara-negara kaya pun tidak kebal
terhadap risiko bencana ini, seperti terjadi di Filipina dengan topan Bopha
yang menewaskan lebih dari 1.000 orang, banjir di Australia dan topan Sandy di
Amerika Scrikat yang terjadi pada Oktober 2012.
SELINGAN
(1). Banjir Yangtze, tewaskan jutaan jiwa
Sungai
Yangtze di China selatan, mengalir melalui area dengan populasi yang besar,
dimana rakyat di wilayah tersebut sangat bergantung pada sungai dimaksud untuk
kebutuhan mereka sehari-hari.
Pada
April 1931, wilayah lembah sungai ini menerima curah hujan yang jauh di atas
rata-rata, hujan lebat kembali muncul pada Juli.
Bencana
banjir berlangsung sejak awal Agustus dengan puncaknya terjadi pada 19 Agustus yang menjangkau wilayah seluas 1,29 juta meter
persegi, dengan korban jiwa trwas sebanyak 3,7 juta jiwa Luapan
air di bulan Agustus ini menghanyutkan 500 ribu orang dan mengakibatkan lahan pertanian/padi
hancur.
(2). Selamat dari Tornado
Seorang
bayi di Chelsea-negara bagian Indiana, ditemukan selamat ketika terjadi Badai
tornado yang menghantam Amerika Serikat yang menewaskan 38 korban jiwa dan
menghancurkan ratusan rumah.
Seperti
dilansir Daily Mail (4/3/2012), bayi berambut pirang
itu ditemukan di sebuah ladang yang berjarak 10 mil dari rumahnya, dengan kondisi
kritis dan perlu mendapat perawatan rumah sakit. Setelah diidentifikasi, keluarganya tinggal
di New Pekin Indiana, berjarak 10 mil jauhnya dari lokasi penemuan bayi.
Kita lanjutkan …
Komentar dan pendapat
Bencana
hidrometeorologi diperkirakan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dibandingkan dengan bencana geologi (letusan
gunung api dan gempa) yang murni karena faktor alam, dalam bencana
hidrometeorologi ternyata ada ulah manusia dalam peningkatanya.
Beberapa pendapat mengenai kejadian bencana alam sebagai berikut.
(a). Guru Besar Hidrologi Universitas Gadjah Mada
(UGM), Sudibyakto, berpendapat : Bencana hidrometeorologi diperkirakan terus
meningkat pada tahun-tahun mendatang, hal ini sejalan dengan meningkatnya suhu bumi
akibat perubahan iklim global. Peningkatan suhu Bumi, menambah akumulasi awan,
dan memicu sejumlah bencana hidrometeorologi.
(b). Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas
Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian,
berpendapat : Naiknya suhu Bumi diduga meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi,
khususnya puting beliung, sekalipun pembuktian langsung secara ilmiah masih
sulit dilakukan.
(c). Menurut Sutopo : Untuk kasus banjir di Pulau Jawa, faktor
antropogenik (khususnya perubahan penggunaan lahan) dinilai lebih berperan. Berkurangnya kawasan resapan air, koefisien
limpasan permukaan meningkat. Sebagian besar hujan yang jatuh berpotensi menjadi
banjir, kondisi ini diperparah dengan sungai-sungai yang semakin terdegradasi
akibat sedimentasi dan okupasi bantaran sungai untuk hunian. Kesimpulan ini dibuat setelah menganalisis
frekuensi dan curah hujan serta debit sungai di Jawa. Dalam 30 tahun terakhir terjadi penurunan dalam
tren curah hujan, juga curah hujan maksimum tahunan stabil, namun bencana banjir
meningkat.
SELINGAN
Jurus Menerjang
Banjir
Ketika Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) telah mengingatkan bahwa akan terjadinya tingginya curah hujan, tentu
akan mengngatkan kembali menghadapi permasalahan banjir dan kemacetan,
khususnya di kota-kotan yang menjadi langganan banjir. Masalah banjir tersebut khususnya bagi
pengendara mobil (tidak terkecuali juga motor dan kendaraan lain) terutama
sekali mobil sedan menjadi sangat riskan untuk menerobos genangan air. Walaupun kita berusaha menghindari jalan yang
terkena banjir namun ada baiknya cermati beberapa petunjuk di bawah ini,
seperti penulis ambil dari Kompas (12/1/2009).
(a). Ketinggian air. Patokan ketinggian air sebatas setengah dari velg mobil (masih pakai ukuran standar dan tidak berlaku yang sudah ganti jadi lebih ceper). Kalau sampai segitu berarti air sudah menempel pada dek.
(b). Ketinggian gril. Bisa juga ketinggian air diukur memakai betis orang dewasa (dibayangkan) atau setengah dari ketinggian gril sebagai batas paling puncak toleransi. Inipun kalau nekad untuk menerjangnya.
(c). Posisi Air filter. Selain ketinggian air yang terhampar di depan, Anda wajib mengetahui 'pintu gerbang utama' masuknya air ke jeroan mesin. Terutama lewat saluran saringan udara yang tersedot dari saluran isap (air duct) yang masuk ke ruang bakar. Bahanya, air yang masuk ke situ menimbulkan tekanan yang bakal menahan gerak piston, sehingga menyebabkan water hammer.
Itu sebabnya, kenapa mobil off-road dikasih snorkel agar bisa berenang. Jadi meski terendam, selama mesin masih menyala (dalam putaran stasioner) knalpot tak akan kemasukan air.
(d). Knalpot belalai. Boleh dipakai boleh tidak. Tapi sekadar informasi saja bahwa tekanan gas buang dari mesin sangat kuat untuk menahan masuknya air (saat mobil berjalan). Cara lain, ketiuka menerjang air sebaiknya pertahankan putaran mesin merata. Biasanya yang bikin putaran mesin turun karena ada mobil mogok di depan. jadi, untuk menerjang panjangnya genangan, pastikan di depan sudah kosong betul (jangan beriringan).
(e). Gantung kopling. Karena takut mesin mati saat melibas genangan air, untuk menjaga putaran mesin tetap tinggi dilakukan dengan menekan setengah pedal kopling. Padahal, bukan 'raungan' mesin yang diperlukan, melainkan putaran yang konstan (1.500 - 2.000 rpm).
Dengan cara kopling gantung itu, pelat kopling dan dekrup akan akan selalu terbuka dan panas. rembesan air akan kontan menguap.
(f). Transmisi otomatis bisa berenang. Untuk mobil bertransmisi otomatis, setelah mengetahui kondisi ketinggian air dan posisi air filter, pindahkan tongkat persneling ke posisi satu. Apalagi yang sudah menggunakan CVT seperti XTronic pada Nissan tinggal masukan ke gigi satu layaknya transmisi manual. Atau tiptronik pada Honda Jazz maupun Toyota Yaris, tinggal masukan ke posisi S dan arahkan ke gigi satu atau dua.
(g). Periksa rem. Setelah lolos dari berenang, jangan langsung tancap gas. Sambil jalan pelan tekan pedal rem berkali-kali untuk memastikan kalau perangkat penghenti laju berfungsi dengan baik.
(a). Ketinggian air. Patokan ketinggian air sebatas setengah dari velg mobil (masih pakai ukuran standar dan tidak berlaku yang sudah ganti jadi lebih ceper). Kalau sampai segitu berarti air sudah menempel pada dek.
(b). Ketinggian gril. Bisa juga ketinggian air diukur memakai betis orang dewasa (dibayangkan) atau setengah dari ketinggian gril sebagai batas paling puncak toleransi. Inipun kalau nekad untuk menerjangnya.
(c). Posisi Air filter. Selain ketinggian air yang terhampar di depan, Anda wajib mengetahui 'pintu gerbang utama' masuknya air ke jeroan mesin. Terutama lewat saluran saringan udara yang tersedot dari saluran isap (air duct) yang masuk ke ruang bakar. Bahanya, air yang masuk ke situ menimbulkan tekanan yang bakal menahan gerak piston, sehingga menyebabkan water hammer.
Itu sebabnya, kenapa mobil off-road dikasih snorkel agar bisa berenang. Jadi meski terendam, selama mesin masih menyala (dalam putaran stasioner) knalpot tak akan kemasukan air.
(d). Knalpot belalai. Boleh dipakai boleh tidak. Tapi sekadar informasi saja bahwa tekanan gas buang dari mesin sangat kuat untuk menahan masuknya air (saat mobil berjalan). Cara lain, ketiuka menerjang air sebaiknya pertahankan putaran mesin merata. Biasanya yang bikin putaran mesin turun karena ada mobil mogok di depan. jadi, untuk menerjang panjangnya genangan, pastikan di depan sudah kosong betul (jangan beriringan).
(e). Gantung kopling. Karena takut mesin mati saat melibas genangan air, untuk menjaga putaran mesin tetap tinggi dilakukan dengan menekan setengah pedal kopling. Padahal, bukan 'raungan' mesin yang diperlukan, melainkan putaran yang konstan (1.500 - 2.000 rpm).
Dengan cara kopling gantung itu, pelat kopling dan dekrup akan akan selalu terbuka dan panas. rembesan air akan kontan menguap.
(f). Transmisi otomatis bisa berenang. Untuk mobil bertransmisi otomatis, setelah mengetahui kondisi ketinggian air dan posisi air filter, pindahkan tongkat persneling ke posisi satu. Apalagi yang sudah menggunakan CVT seperti XTronic pada Nissan tinggal masukan ke gigi satu layaknya transmisi manual. Atau tiptronik pada Honda Jazz maupun Toyota Yaris, tinggal masukan ke posisi S dan arahkan ke gigi satu atau dua.
(g). Periksa rem. Setelah lolos dari berenang, jangan langsung tancap gas. Sambil jalan pelan tekan pedal rem berkali-kali untuk memastikan kalau perangkat penghenti laju berfungsi dengan baik.
Kita lanjutkan ...
Geopolitik
Bencana Alam
Tak dapat dipungkiri bencana alam dapat berkaitan dengan
politik. Di berbagai belahan dunia maupun dalam masyarakat tradisional di
Indonesia, bencana alam besar dapat ditafsirkan sebagai pertanda masa
peralihan.
Menurut Damardjati
Supadjar, dosen Fakultas Filsafat UGM, bahwa dalam sebuah perjalanan bangsa, para
pemimpinnya tak lepas dari latar belakang kosmologis, dimana seorang pemimpin
dari suatu kelompok masyarakat bisa berkaitan dengan alam sekitarnya. Bahkan ada analisis mitologis yang berkembang
di masyarakat bahwa suatu pemerintah bisa didukung rakyat, namun terkadang bisa
kurang didukung oleh alam. (web.inilah.com 2014/01/17).
Dalam buku ‘The
Year without Summer: 1816 and the Volcano that Darkened the World and Changed
History’ (Saint Martin's Press, 2013), yang ditulis William K Klingaman dan
Nicholas P Klingaman, telah mengungkapkan bahwa sejarah banyak mencatat
terjadinya perubahan geopolitik akibat dari bencana alam. Dimana bencana alam ini terkadang bisa
mengubah sejarah dan geopolitik dunia.
Berikut beberapa catatan sejarah yang dikaitkan dengan bencana alam.
(a). Gunung Tambora meletus (1815).
Meletusnya Gunung
Tambora di Pulau Sumbawa pada April 1815, suara letusannya terdengar sampai ke
Sumatera yang berjarak lebih kurang 2.000 km.
ternyata hal tersbut berdampak pada alam dan politik di Eropah.
Dampak alam akibat
bencana tersebut, menyebabkan berubahnya alam dunia dimana Eropa yang mengalami
tahun tanpa musim panas. Sedangkan dampak politik, adalah akibat dari letusan
gunung tersebut mengakibatkan factor kekalahan Napoleon
Bonaparte dalam Perang
Waterloo yang dikalahkan sekutu Anglo-Prusia di bawah Duke of
Wellington pada tanggal 18 Juni 1815. Kejadiannya,
yaitu ketika debu
vulkanik menutupi angkasa Eropa menghalangi sinar matahari, Napoleon tidak
mampu memindahkan pasukan kavaleri dan meriamnya yang terjebak dalam lumpur
berlapis salju di tengah musim panas.
(b). Tsunami Aceh 2004.
Bencana tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004, secara tidak langsung menghentikan
konflik dan berakhir dengan kesepakatan damai antara Jakarta dan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).
(c).
Di China.
Bencana alam dapat dicatat mengiringi pergantian dinasti. Pertanda bahwa
mandat dari langit yang diberikan kepada raja yang lama akan dialihkan kepada
penguasa yang baru.
(d). Bencana lain di Indonesia, antara lain : (a).
Teori Boechari, mengatakan perpindahan kekuasaan kerajaan dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur pada abad X adalah disebabkan letusan gunung Gunung Merapi.
Penggalian Candi Sambisari tahun 1969 memperlihatkan candi itu ditutupi abu
vulkanis setebal 5 meter. (b). Letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang
memakan korban banyak ini juga telah menghancurkan empat kerajaan di pulau itu.
Letusan Krakatau meluluhlantakkan Banten dan Lampung. Pusat administrasi lokal
di Anyer berpindah ke Cilegon. Selain itu letusan Krakatau ternyata menjadi
katalisator dari pemberontakan petani Banten tahun 1888.
Mengambil
Hikmah
Keputusan
pemerintah Indonesia untuk menghentikan bantuan medis sukarelawan asing dianggap
sangatlah tepat, dengan catatan tenaga medisnya harus dikerahkan. Bencana gempa bumi Yogyakarta seharusnya
banyak pelajaran penting yang bisa diambil.
(Kompas, 6 Juni 2006)
Bangsa-bangsa besar
dunia terkadang menggunakan momentum yang dapat menghancurkan sebagai titik
awal menuju kebangkitan seperti momentum reformasi, bencana tsunami sekadar
dibiarkan sebagai peristiwa yang membawa kepedihan. Padahal dari segi kemiliteran (Tentara
Nasional Indonesia/TNI), momen itu bisa digunakan untuk menguji kesiagaan
prajurit mulai dari mempersiapkan din, menggerakkan prajurit, hingga
melaksanakan operasi kemanusiaan di lapangan.
Juga bagi mahasiswa dan petugas kesehatan, dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman
yang nyata sejauh mana bisa ikut berperan membangun kembali daerah yang hancur
karena gempa, dan sekaligus dapat untuk mengukur kekurangan peralatan apa yang
ada pada organisasi ybs.
Sekarang ini
berbagai bencana yang terjadi di negeri kita justru dimanfaatkan sebagai ajang
latihan yang sesungguhnya oleh pihak-pihak asing. Tentara dari negara tetangga (Singapura,
Malaysia, dan Australia), dapat diuntungkan karena bisa menguji kemampuan
tentara mereka sehingga kalau suatu saat terjadi apa-apa di negaranya, mereka
pasti akan lebih siap.
Hal ini bukan
bermaksud untuk antiasing dan tidak tahu berterima kasih kepada negara-negara
lain yang peduli akan penderitaan bangsa kita, namun perlu diingatkan jangan
sampai bencana itu hanya membuat sekadar menjadi korban dan tidak bisa memetik
hikmah apa pun.
Pengalaman di
Jepang yang juga terbiasa dengan gempa bumi, tata cara penyelamatan bukan hanya
dituliskan, tetapi dilatihkan. dan dilengkapi dengan siapa penanggung jawabnya.
Catatan akhir
:
Bencana alam bisa
terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada bagsa atau Negara mana saja, sehingga dengan demikian harus selalu siap
menghadapinya. Namun walaupun dapat menimbulkan
kesedihan yang mendalam, tentu ada hikmahnya di balik semua itu.
Sampai bertemu di topic
lain yang lebih menarik.
Keterangan
gambar : diambil dari internet
Sumber
bacaan a.l : Kompas (12/1/2009, 21/12/ 2012, 15/11/2013); Media
Indonesia 19/8/2013; news.detik.com
2012/03/04; mediaindonesia.com 2012/01/03, 06/06; web.inilah.com 2014/01/17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar