Rabu, 28 Mei 2014

Stroke, Resiko dan Penanganannya



Dikemas oleh : Isamas54
Adanya kecenderungan angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun.  Bagaimana cara menghindari, kewaspadaan, dan penanganannya?.

Di dalam otak manusia terdapat area sensor dan motorik, otak kanan untuk kognitif dan otak kiri untuk berbicara.  Pasien stroke mempunyai risiko untuk cacat atau mati.  Kecacatan seseorang yang terkena serangan stroke, tergantung lokasi mana yang diserang.  Apabila yang diserang otak kanan maka akan terjadi kelumpuhan pada anggota badan sebelah kiri, sebaliknya bila otak kiri yang diserang maka tubuh bagian kanan yang diserang.

(1).  Kewaspadaan dan resiko terserang
Penyerangan stroke bisa terjadi saat si penderita tidur, bekerja, olah raga, mengendarai mobil, duduk, dsb.  Perlu diwaspadai bahwa terjadinya stroke sering kali tanpa ada peringatan terlebih dahulu, ironisnya mereka setelah terserang stroke baru dibawa ke rumah sakit.

Kalau terlambat dalam menanganinya bisa merubah serangan itu atau semakin luas wilayah otak yang diserang, oleh karena itu jangan sampai stroke berulang karena bisa menyebabkan kualitas fisik turun, seperti daya pikir menurun, pelupa, dan atau bicara cadel (pelo).  Gelombang pikiran penderita stroke biasanya akan melambat seperti dari sebelumnya mencapai 8-12 second menjadi 4-7 second setelah terkena stroke.
Orang yang sudah terkena stroke pada otak kiri bila pola hidupnya tidak dikontrol bisa ter­jadi serangan stroke pada otak kanan. apabila terjadi terus-menerus, selain cacat, harapan hidup pun semakin tipis. 
Apabila penderita stroke mengalami komplikasi bermacam-macam, dapat berakibat meninggal dan cacat.  Jika pasien stroke sudah mengalami cacat maka dokter harus melakukan rehabilitasi. Rehabi­litasi akan dilakukan untuk mengadaptasi terhadap kecacatan yang timbul atau limitasi (memperkecil/meminimalkan) terhadap kecacatan.

Stroke bisa terjadi berulang kali, hal ini terjadi akibat kontrol yang kurang baik terhadap faktor-faktor risi­ko. Dari data yang ada ternyata untuk risiko mati dan cacat dapat dikurangi hampir sepertiganya, dengan catatan ditangani dengan kerja sama terpadu dari beberapa unsur kesehatan, seperti dokter, perawat, terapis, ahli gizi, dan tentu juga penderita sendiri.

Kita ke data dulu .....

Data

(a).  Angka penderita stroke terus meningkat, jika sebelumnya menyerang usia di atas 60 tahun kini banyak orang berusia 40 tahun terkena stroke. Di DKI Jakarta diketahui memiliki prevalensi tertinggi di Pulau Jawa (12,5%), sedangkan rata-rata prevalensi nasional 8,3%.  800 dari 100.000 orang per tahun terkena stroke.  (Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).   Sedangkan di AS, setiap tahun tercatat 500 ribu kasus stroke dengan angka kematian 150 ribu (Media Indonesia, 2003).

(c).  Penyebab stroke kebanyakan disebabkan oleh penyakit hipertensi (70%).  perubahan gaya hidup meningkatkan jumlah peningkatan penderita penyakit di­abetes melitus, hipertensi, dan jantung.  Sehingga sangat wajarlah apabila terjadi peningkatan pen­derita stroke, yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit tersebut.  (Media Indonesia, 2003)

(d).  Pemicu meningkatnya jumlah pasien stroke di Indonesia a.l karena umur harapan hidup semakin panjang, faktor urbanisasi (pindah ke kota) yang berakibat perubahan gaya hidup (kegemaran masyarakat kota makan fast food/cepat saji), dan kebiasaan merokok.  Dari hasil penelitian, gaya hidup masyarakat kota memiliki risiko empat kali lebih besar dari pada mereka yang hidup di desa. (Media Indonesia, 2003)

(e).  Haemarrhagic stroke terjadi ketika pembuluh yang menyuplai darah ke otak terhambat, salah satu penyebabnya adalah tumpukan lemak sehingga menyebabkan kerusakan otak.

(f).  Stroke like syndro­me, yaitu gejala mirip stroke namun bukan karena pecah atau tersumbatnya pembuluh da­rah, tetapi karena pembuluh darah berkontraksi kencang sehingga tubuh akan lemas sebelah, seperti terjadi pada migrain dan pada gejala tumor otak.
Kita lanjutkan …..

(2).  Faktor pemicu
Beberapa diantaranya factor pemicu serangan stroke sebagai berikut.

(2.1).  Gaya hidup di perkotaan
Masyarakat yang tinggal di kota besar seperti metropolitan dan sekitarnya sangat rentan terkena gangguan saraf pusat yang dapat mengakibatkan stroke, hal ini disebabkan gaya hidup yang kurang sehat, seperti makan tidak teratur, tekanan pekerjaan, kemacetan lalu lintas, dlsb.  
Pola hidup hidup seperti itu meningkatkan resiko warga metropolitan (Jakarta) terkena stroke, sebagai contoh dimana ada salah satu rumah sakit di Jakarta yang beberapa tahun lalu biasa menerima hanya 10-20 pasien stroke per hari, kini bisa me­nerima 60 pasien perhari.  Selain itu terkadang yang terkena stroke biasanya men­jadi tulang punggung keluarga, tentu hal ini akan menyulitkan banyak keluarga di kota besar. 

(2.2).  Kecemasan
Penderita gejala kecemasan berlebihan berisiko besar terkena stroke. Demikian kesimpulan penelitian tim dari Universitas Pittsburgh-AS (2013), yang dipimpin Lambiase.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis data hasil survei kesehatan 6.019 pria dan perempuan secara nasional pada kurun 1971-1975, kemudian mengikuti perkembangan mereka selama 16 tahun. Selama waktu tersebut, para partisipan diwawancarai untuk mengetahui sindrom kecemasan lebih lanjut.
Hasil penelitian selama periode tersebut diperoleh bahwa 419 orang terkena stroke.  Mereka yang terkena stroke secara keseluruhan umumnya memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Sedangkan pada hasil akhir pengamatan, ternyata ditemukan bahwa peluang risiko kecemasan berimbas stroke menjadi 14% lebih tinggi, selain itu kecemasan pun kian berlipat akibat merokok, minum alkohol, atau jarang beraktivitas fisik.

(2.3).  Vitamin E
Sekelompok peneliti dari Perancis, Jerman dan Amerika Serikat menemukan pengonsumsian vitamin E bisa memicu perkembangan stroke jenis tertentu.  Demikian hasil penelitian dari sekolah kedokteran Harvard, Boston, dan INSERM (2010).
Orang yang rutin mengonsumsi berpeluang mengalami haemorrhagic (lihat pengertian)  stroke atau stroke yang disertai pendarahan otak sebesar 22%.  Namun belum diketahui seberapa banyak konsumsi vitamin E yang bisa membahayakan.
"Penelitian yang menunjukkan peningkatan risiko haemorrhagic stroke akibat konsumsi vitamin E secara oral ini sangat menarik. Namun, penelitian lebih jauh diperlukan untuk mengetahui mekanisme aksi dan dosis maksimal vitamin E yang bisa membahayakan” kata Peter Coleman, Wakil Direktur Peneliti The Stroke Association.

(3).  Macam serangan dan gejala
Serangan stroke dapat bermanifestasi akut atau datang tiba-tiba dengan berat ringannya akibat tergantung pada faktor risiko yang menyangkut aliran da­rah di dalam otak.  Sedangkan tingkatannya dari yang ringan hingga berat.
Terdapat dua macam stroke yaitu : (a)  Stroke perdarahan, ditandai dengan adanya pembuluh darah yang pecah dalam otak.  Keadaan ini hanya dapat dilihat melalui photo scan.  (b) Stroke penyumbatan (iskemik stroke),  yaitu terjadinya sumbatan pada aliran darah ke otak.

Gejala
Pada umumnya stroke yang ringan ditandai dengan : (a) kesemutan sebelah pada sebelah anggota badan (di kiri atau kanan saja) dalam beberapa menit atau beberapa jam. (b) tingkatan selanjutnya, terjadi kelemahan anggota badan sebelah antara lain pada tangan, tungkai, bibir, atau lengan. (c) Penglihatan menjadi gelap sesaat, dan terjadi gangguan pandangan, kesadaran menurun atau koma.

(4).  Kewaspadaan terkait penyakit
Faktor risiko stroke menurut dr Salim Harris SpSK, spesialis saraf konsultan RSUPN Cipto Mangunkusumo,  seperti dalam Media Indonesia (11/6/2003),  terbagi menjadi 2 golongan, yakni  : 
(a).  Yang bisa dimodifikasi (modifi able), al.  penyakit hipertensi, diabetes (kencing manis), penyakit yang berhubungan dengan pembekuan darah, penyakit yang berhubungan dengan kekentalan darah, asam urat, gangguan irama jan­tung, kolesterol tinggi, obesitas, kurang gerak dsb.   Faktor risiko yang bisa dimo­difikasi ini umumnya bisa dicegah dengan selalu dikontrol dan dikendalikan agar tidak parah dan menyebabkan stroke.  Misalnya penderita hipertensi harus bisa mengontrol kadar tensi dalam darah  baik melalui makanan maupun faktor emosional, sedangkan bagi penderita kencing manis harus bisa mengontrol kadar gula da­lam darahnya dsb.
(b).  Yang tidak bisa dimodifikasi (nonmodifiable),  adalah gender atau jenis kelamin, usia, dan ras.   Jenis kelamin ternyata menentukan, dimana lelaki lebih banyak mendapat serangan stroke dibandingkan dengan kaum wanita.  Semakin bertambah usia, semakin besar orang berisiko terke­na stroke.  Sedangkan faktor ras, di luar negeri telah terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa ras kulit hitam lebih tinggi terserang stroke perdarahan. Sedangkan di Indonesia, belum ada penelitian semacam itu. 
Kaitan dengan penyakit lain
Sedangkan kaitannya dengan penyakit lain, selanjutnya Salim menjelaskan.
(a).  Tekanan darah tinggi
Penderita tekanan darah tinggi akan  menghadapi  risiko menga­lami 2 unsur  utama. (a) terjadinya mikroanurisma (terjadinya penipisan dinding pembuluh darah setempat) - kalau digambarkan seperti balon sewaktu ditiup terlihat ada bagian kecil yang tipis - Pada pembuluh darah, tonjolan kecil dan bagian tipis ini disebut mikroanurisma - pada penderita hipertensi dengan mikroanurisma maka bila terjadi tekanan darah yang mendadak (sering kali dipicu oleh emosi) bisa pecah, sehingga akan menimbulkan pendarahan otak..  (2) terjadinya lypolyaniosis,  berdampak penebalan - disebabkan bentukan lama terjadi dan  tekanan darah yang meningkat – pada dinding pembuluh da­rah, lama-lama terjadi penyumbatan. Kondisi ini terjadi pada stroke sumbatan, dikenal dengan lakunar infark (stroke ringan).
(b).  Penyakit jantung
Risiko pada penyakit jantung adalah : (a) akan terjadi risiko gangguan irama jantung maupun organic. (b) memiliki potensi un­tuk melepaskan bekuan darah yang terjadi di dalam jantung,  kemudian akan terdorong dan mengalir ke bagian ujung dan menyumbat ke atas, terjadilah stro­ke sumbatan yang besar atau infrak besar.
(c).  Diabetes
Pola makan akan berpengaruh bagi penderita diabetes bila tidak teratur pola makan  maka berakibat : (a) gula darah akan naik dengan risiko pem­buluh darah menebal dan aliran tersumbat) – karena zat-zat lemak meningkat di dalam darah dan terjadi kekental­an darah, (b) terja­di pengerasan dinding pembuluh darah (arterio stereosis) karena terlalu banyak makan yang mengadung lemak tinggi.

(5).  Beberapa komentar
Berikut beberapa komentar tentang penyebab peningkatan dan penanganan yang terkena stroke.
(a).  Farida, Ketua Bidang Organisasi Yayasan Stroke Indonesia, mengungkapkan (3/4/11) :  "Anak-anak muda, yang menginginkan karier maju, memaksakan diri, kurang istirahat, mendapat tekanan pekerjaan, lalu menghadapi kemacetan kota, hidupnya tidak teratur. Belum lagi yang memiliki kebiasaan ke kelab, lalu minum alkohol,".
(b).  Lyna Soertidewi, Sekjen Perhimpunan Dokter Saraf Indo­nesia (3/4/11) : "Waktu sempit di tengah tekanan pekerjaan juga membuat orang di kota besar memilih makanan junk food (makanan tidak sehat) atau membuat makanan instan dengan natrium tinggi sehingga memicu tekanan darah tinggi,”.
(d).  Dewi Pandji, penulis buku ‘Stroke Bukan Akhir Segalanya’, menyatakan  : (a).  Semua keluarga untuk memerhatikan gejala-gejala stoke. (b).  Perlu mengetahui bagaimana mengantisipasinya un­tuk meminimalkan dampak kerusakan di otak, seperti penanganan periode emas penderita (3-6 jam setelah serangan stroke). (c).  Keluarga juga harus membantu penderita stroke menghadapi fase kritis pasca-serangan.  Biasanya ada perubahan sikap dan perilaku dengan menjadi menarik diri, sehingga dengan demikian keluarga harus memotivasi agar penderita tetap bisa menjalani kehidupan dengan optimistis.

(6).  Olah raga
Aktivitas seseorang juga sangat berpengaruh pada kasus stroke, antaralain orang yang banyak berolahraga akan memiliki risiko lebih kecil bila dibandingkan dengan mereka yang tidak atau kurang beraktivitas.  Olahraga akan membuat peredaran darah berjalan lancar, sedangkan bila kurang beraktivitas maka akan menyebabkan pengendapan zat-zat makanan le­bih besar.  Selain itu, bagi orang yang biasa beraktivitas jantungnya akan terbiasa dipacu kuat un­tuk melakukan pekerjaan, sehingga ketika emosi tinggi dan otomatis jantung berdenyut cepat maka akan memperkecil resiko timbulnya gangguan aliran atau ke gagalan jantung.
Sampai Berkeringat
Berolahraga hingga berkeringat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 20%. Demikian hasil sebuah penelitian di AS yang telah dipublikasikan dalam jurnal Stroke (2013).
Penelitian dilakukan dengan mengamati lebih dari 27.000 partisipan dari Amerika berusia >45 tahun dengan rata-rata selama 5,7 tahun.  Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang tak aktif berolahraga berpeluang 20%  lebih besar untuk mengalami satu serangan stroke atau stroke mini dibandingkan dengan orang-orang yang melakukan olahraga dengan intensitas sedang atau berat sampai berkeringat sebanyak empat kali seminggu.
Atas hasil penelitian tersebut, peneliti Dr. Michelle McDonnell, pengajar Health Sciences di University of South Australia seperti dilansir Daily Mail (19/7/2013) menyatakan : "Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi berat badan sekaligus mencegah diabetes. Bahkan ibarat kata olahraga itu adalah sebuah pil, maka Anda hanya perlu mengonsumsi satu pil saja untuk mengobati 4-5 gangguan kesehatan yang berbeda,".

Catatan akhir :
(a). Angka kejadian stroke cenderung meningkat dari tahun ke tahun.  
(b).  Kecacatan seseorang yang terkena serangan stroke tergantung lokasi mana yang diserang.

(c).  Perlu diwaspadai bahwa terjadinya serangan stroke sering kali tanpa ada peringatan terlebih dahulu, bisa terjadi saat si penderita tidur, bekerja, olah raga, mengendarai mobil, duduk, dsb. Ironisnya setelah mereka terserang stroke baru dibawa ke rumah sakit

(d).  Pola kehidupan masyarakat perkotaan besar --seperti metropolitan dsk-- sangat rentan terkena gangguan saraf pusat yang dapat mengakibatkan stroke, hal ini disebabkan gaya hidup yang kurang sehat, seperti makan tidak teratur, tekanan pekerjaan, kemacetan lalu lintas, dlsb. 



(e).  Olahraga sampai berkeringat dan hidup tanpa stress, dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah (normal), serta sekaligus mencegah diabetes, sehingga hal ini akan mengurangi risiko terkena serangan stroke.

Semoga bermanfaat, sampai bertemu di topik yang lebih menarik.

Keterangan gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan : Kompas 4/4/2011; Media Indonesia (11/6&30/12/2003, 10/11/2010); health.detik.com 2013/07/19.

Bacaan terkait :
Jantung,  Beberapa Penyakit dan Permasalahannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar