Dikemas
oleh : Isamas54
Adanya kecenderungan
angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun. Bagaimana cara menghindari, kewaspadaan, dan
penanganannya?.
Di dalam otak manusia terdapat area sensor dan motorik, otak kanan untuk
kognitif dan otak kiri untuk berbicara. Pasien
stroke mempunyai risiko untuk cacat atau mati.
Kecacatan seseorang yang terkena serangan stroke, tergantung lokasi mana
yang diserang. Apabila yang diserang
otak kanan maka akan terjadi kelumpuhan pada anggota badan sebelah kiri, sebaliknya
bila otak kiri yang diserang maka tubuh bagian kanan yang diserang.
(1). Kewaspadaan dan resiko terserang
Penyerangan stroke bisa terjadi saat si penderita tidur, bekerja, olah
raga, mengendarai mobil, duduk, dsb. Perlu
diwaspadai bahwa terjadinya stroke sering kali tanpa ada peringatan terlebih
dahulu, ironisnya mereka setelah terserang stroke baru dibawa ke rumah sakit.
Kalau terlambat dalam menanganinya bisa merubah serangan itu atau semakin
luas wilayah otak yang diserang, oleh karena itu jangan sampai stroke berulang
karena bisa menyebabkan kualitas fisik turun, seperti daya pikir menurun, pelupa,
dan atau bicara cadel (pelo). Gelombang
pikiran penderita stroke biasanya akan melambat seperti dari sebelumnya
mencapai 8-12 second menjadi 4-7 second setelah terkena stroke.
Orang yang sudah terkena stroke pada otak kiri bila pola hidupnya tidak
dikontrol bisa terjadi serangan stroke pada otak kanan. apabila terjadi
terus-menerus, selain cacat, harapan hidup pun semakin tipis.
Apabila penderita stroke mengalami komplikasi bermacam-macam, dapat
berakibat meninggal dan cacat. Jika
pasien stroke sudah mengalami cacat maka dokter harus melakukan rehabilitasi.
Rehabilitasi akan dilakukan untuk mengadaptasi terhadap kecacatan yang timbul
atau limitasi (memperkecil/meminimalkan) terhadap kecacatan.
Stroke bisa terjadi berulang kali, hal ini terjadi akibat kontrol yang
kurang baik terhadap faktor-faktor risiko. Dari data yang ada ternyata untuk
risiko mati dan cacat dapat dikurangi hampir sepertiganya, dengan catatan
ditangani dengan kerja sama terpadu dari beberapa unsur kesehatan, seperti
dokter, perawat, terapis, ahli gizi, dan tentu juga penderita sendiri.
Kita ke
data dulu .....
Data
(a).
Angka penderita stroke terus meningkat, jika
sebelumnya menyerang usia di atas 60 tahun kini banyak orang berusia 40 tahun
terkena stroke. Di DKI Jakarta
diketahui memiliki prevalensi tertinggi di Pulau Jawa (12,5%), sedangkan rata-rata
prevalensi nasional 8,3%. 800 dari
100.000 orang per tahun terkena stroke.
(Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).
Sedangkan di AS, setiap tahun tercatat 500 ribu kasus stroke dengan angka
kematian 150 ribu (Media Indonesia, 2003).
(c). Penyebab stroke kebanyakan disebabkan oleh
penyakit hipertensi (70%). perubahan
gaya hidup meningkatkan jumlah peningkatan penderita penyakit diabetes
melitus, hipertensi, dan jantung. Sehingga sangat wajarlah apabila terjadi peningkatan penderita stroke, yang diakibatkan oleh
penyakit-penyakit tersebut. (Media Indonesia, 2003)
(d). Pemicu meningkatnya
jumlah pasien stroke di Indonesia a.l karena umur harapan hidup semakin
panjang, faktor urbanisasi (pindah ke kota) yang berakibat perubahan gaya hidup
(kegemaran masyarakat kota makan fast food/cepat saji), dan kebiasaan
merokok. Dari hasil penelitian, gaya
hidup masyarakat kota memiliki risiko empat kali lebih besar dari pada mereka
yang hidup di desa. (Media Indonesia, 2003)
(e).
Haemarrhagic stroke terjadi ketika pembuluh yang menyuplai darah ke otak
terhambat, salah satu penyebabnya adalah tumpukan lemak sehingga menyebabkan
kerusakan otak.
(f). Stroke like syndrome, yaitu gejala mirip stroke namun bukan karena pecah atau tersumbatnya pembuluh darah, tetapi karena pembuluh darah berkontraksi kencang sehingga tubuh akan lemas sebelah, seperti terjadi pada migrain dan pada gejala
tumor otak.
Kita lanjutkan …..
(2). Faktor
pemicu
Beberapa diantaranya factor
pemicu serangan stroke sebagai berikut.
(2.1). Gaya
hidup di perkotaan
Masyarakat yang tinggal di
kota besar seperti metropolitan dan sekitarnya sangat rentan terkena gangguan
saraf pusat yang dapat mengakibatkan stroke, hal ini disebabkan gaya hidup yang
kurang sehat, seperti makan tidak teratur, tekanan pekerjaan, kemacetan lalu lintas,
dlsb.
Pola hidup hidup seperti itu
meningkatkan resiko warga metropolitan (Jakarta) terkena stroke, sebagai contoh
dimana ada salah satu rumah sakit di Jakarta yang beberapa tahun lalu biasa
menerima hanya 10-20 pasien stroke per hari, kini bisa menerima 60 pasien
perhari. Selain itu terkadang yang
terkena stroke biasanya menjadi tulang punggung keluarga, tentu hal ini akan
menyulitkan banyak keluarga di kota besar.
(2.2). Kecemasan
Penderita
gejala kecemasan berlebihan berisiko besar terkena stroke. Demikian kesimpulan
penelitian tim dari Universitas Pittsburgh-AS (2013), yang dipimpin Lambiase.
Penelitian
dilakukan dengan menganalisis data hasil survei kesehatan 6.019 pria dan perempuan
secara nasional pada kurun 1971-1975,
kemudian mengikuti perkembangan mereka
selama 16 tahun. Selama waktu tersebut, para partisipan diwawancarai untuk
mengetahui sindrom kecemasan lebih lanjut.
Hasil
penelitian selama periode tersebut diperoleh bahwa 419 orang terkena stroke. Mereka yang terkena stroke secara keseluruhan umumnya
memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Sedangkan pada hasil akhir pengamatan, ternyata ditemukan
bahwa peluang risiko kecemasan berimbas stroke menjadi 14% lebih tinggi,
selain itu kecemasan pun kian berlipat akibat merokok, minum alkohol, atau jarang beraktivitas fisik.
(2.3). Vitamin
E
Sekelompok peneliti dari
Perancis, Jerman dan Amerika Serikat menemukan pengonsumsian vitamin E bisa
memicu perkembangan stroke jenis tertentu.
Demikian hasil penelitian dari sekolah kedokteran Harvard, Boston, dan
INSERM (2010).
Orang yang rutin mengonsumsi
berpeluang mengalami haemorrhagic (lihat pengertian) stroke atau stroke yang disertai pendarahan
otak sebesar 22%. Namun belum diketahui
seberapa banyak konsumsi vitamin E yang bisa membahayakan.
"Penelitian yang
menunjukkan peningkatan risiko haemorrhagic stroke akibat konsumsi vitamin E
secara oral ini sangat menarik. Namun, penelitian lebih jauh diperlukan untuk
mengetahui mekanisme aksi dan dosis maksimal vitamin E yang bisa membahayakan”
kata Peter Coleman, Wakil Direktur Peneliti The Stroke Association.
(3). Macam serangan dan gejala
Serangan stroke dapat bermanifestasi akut
atau datang tiba-tiba dengan berat
ringannya akibat tergantung pada faktor risiko yang menyangkut
aliran darah di dalam otak.
Sedangkan tingkatannya dari yang ringan
hingga berat.
Terdapat dua macam stroke yaitu : (a) Stroke perdarahan, ditandai
dengan adanya pembuluh darah yang pecah dalam otak. Keadaan ini hanya dapat dilihat
melalui photo scan. (b) Stroke
penyumbatan (iskemik stroke), yaitu terjadinya sumbatan pada aliran darah
ke otak.
Gejala
Pada umumnya stroke yang ringan ditandai
dengan : (a) kesemutan sebelah pada sebelah
anggota badan (di kiri atau kanan saja) dalam beberapa menit
atau beberapa jam. (b) tingkatan selanjutnya, terjadi
kelemahan anggota badan sebelah antara lain pada tangan, tungkai,
bibir, atau lengan. (c) Penglihatan menjadi gelap sesaat, dan terjadi
gangguan pandangan, kesadaran menurun atau koma.
(4). Kewaspadaan terkait penyakit
Faktor risiko stroke menurut dr Salim Harris SpSK, spesialis saraf konsultan RSUPN Cipto Mangunkusumo, seperti dalam Media Indonesia (11/6/2003), terbagi menjadi
2 golongan, yakni :
(a). Yang
bisa dimodifikasi (modifi able), al. penyakit hipertensi, diabetes (kencing
manis), penyakit yang berhubungan dengan pembekuan darah,
penyakit yang berhubungan dengan kekentalan darah, asam urat,
gangguan irama jantung, kolesterol tinggi, obesitas, kurang gerak
dsb. Faktor
risiko yang bisa dimodifikasi ini umumnya bisa dicegah dengan
selalu dikontrol dan dikendalikan agar tidak parah dan menyebabkan
stroke. Misalnya penderita
hipertensi harus bisa mengontrol kadar tensi dalam darah baik melalui makanan maupun
faktor emosional, sedangkan bagi penderita kencing manis harus bisa
mengontrol kadar gula dalam darahnya dsb.
(b). Yang tidak
bisa dimodifikasi (nonmodifiable),
adalah gender atau jenis kelamin, usia, dan ras. Jenis kelamin ternyata
menentukan, dimana lelaki lebih banyak mendapat serangan stroke dibandingkan dengan kaum
wanita. Semakin bertambah usia, semakin
besar orang berisiko terkena stroke. Sedangkan faktor ras, di luar negeri telah terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa ras kulit hitam lebih tinggi terserang stroke perdarahan. Sedangkan di Indonesia, belum ada penelitian semacam itu.
Kaitan dengan penyakit lain
Sedangkan kaitannya dengan penyakit lain, selanjutnya Salim menjelaskan.
(a). Tekanan darah tinggi
Penderita tekanan darah tinggi akan menghadapi
risiko mengalami 2 unsur
utama. (a) terjadinya mikroanurisma (terjadinya penipisan
dinding pembuluh darah setempat) - kalau digambarkan
seperti balon sewaktu ditiup terlihat ada bagian kecil yang tipis
- Pada pembuluh darah, tonjolan kecil dan bagian
tipis ini disebut mikroanurisma - pada penderita hipertensi dengan mikroanurisma maka bila terjadi tekanan darah yang mendadak (sering kali dipicu oleh emosi)
bisa pecah, sehingga akan menimbulkan pendarahan otak.. (2)
terjadinya lypolyaniosis, berdampak penebalan - disebabkan bentukan lama terjadi dan tekanan
darah yang meningkat – pada dinding
pembuluh darah, lama-lama
terjadi penyumbatan. Kondisi ini
terjadi pada stroke sumbatan, dikenal
dengan lakunar infark (stroke
ringan).
(b). Penyakit jantung
Risiko pada penyakit jantung adalah : (a) akan terjadi
risiko gangguan irama jantung maupun organic. (b) memiliki
potensi untuk melepaskan bekuan darah yang terjadi
di dalam jantung, kemudian
akan terdorong dan mengalir ke bagian ujung dan menyumbat ke
atas, terjadilah stroke sumbatan yang besar atau infrak besar.
(c). Diabetes
Pola makan akan berpengaruh bagi penderita
diabetes bila tidak teratur pola makan maka berakibat : (a) gula darah
akan naik dengan risiko pembuluh darah menebal dan aliran
tersumbat) – karena zat-zat lemak meningkat di dalam darah
dan terjadi kekentalan darah, (b) terjadi pengerasan
dinding pembuluh darah (arterio stereosis) karena terlalu
banyak makan yang mengadung lemak tinggi.
(5). Beberapa komentar
Berikut beberapa komentar
tentang penyebab peningkatan dan penanganan yang terkena stroke.
(a). Farida, Ketua Bidang Organisasi Yayasan
Stroke Indonesia, mengungkapkan (3/4/11) :
"Anak-anak muda, yang menginginkan karier maju, memaksakan diri,
kurang istirahat, mendapat tekanan pekerjaan, lalu menghadapi kemacetan kota, hidupnya
tidak teratur. Belum lagi yang memiliki kebiasaan ke kelab, lalu minum
alkohol,".
(b). Lyna Soertidewi, Sekjen Perhimpunan Dokter
Saraf Indonesia (3/4/11) : "Waktu sempit di tengah tekanan
pekerjaan juga membuat orang di kota besar memilih makanan junk food (makanan tidak sehat) atau
membuat makanan instan dengan natrium tinggi sehingga memicu tekanan darah
tinggi,”.
(d). Dewi Pandji, penulis buku ‘Stroke Bukan Akhir
Segalanya’, menyatakan : (a). Semua
keluarga untuk memerhatikan gejala-gejala stoke. (b). Perlu mengetahui bagaimana mengantisipasinya untuk
meminimalkan dampak kerusakan di otak, seperti penanganan periode emas
penderita (3-6 jam setelah serangan stroke). (c). Keluarga juga harus membantu penderita
stroke menghadapi fase kritis pasca-serangan. Biasanya ada perubahan sikap dan perilaku
dengan menjadi menarik diri, sehingga dengan demikian keluarga harus memotivasi
agar penderita tetap bisa menjalani kehidupan dengan optimistis.
(6). Olah raga
Aktivitas seseorang juga sangat berpengaruh
pada kasus stroke, antaralain orang yang banyak berolahraga akan
memiliki risiko lebih kecil bila dibandingkan dengan mereka yang
tidak atau kurang beraktivitas.
Olahraga akan membuat peredaran darah
berjalan lancar, sedangkan bila kurang beraktivitas maka
akan menyebabkan pengendapan zat-zat makanan lebih besar. Selain itu, bagi orang yang
biasa beraktivitas jantungnya akan terbiasa dipacu kuat untuk
melakukan pekerjaan, sehingga ketika emosi tinggi dan otomatis
jantung berdenyut cepat maka akan memperkecil resiko timbulnya
gangguan aliran atau ke gagalan jantung.
Sampai Berkeringat
Berolahraga hingga
berkeringat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 20%. Demikian hasil sebuah
penelitian di AS yang telah dipublikasikan dalam jurnal Stroke (2013).
Penelitian dilakukan dengan mengamati lebih dari 27.000 partisipan dari Amerika berusia >45 tahun dengan rata-rata selama 5,7 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang tak aktif berolahraga berpeluang 20% lebih besar untuk mengalami satu serangan stroke atau stroke mini dibandingkan dengan orang-orang yang melakukan olahraga dengan intensitas sedang atau berat sampai berkeringat sebanyak empat kali seminggu.
Penelitian dilakukan dengan mengamati lebih dari 27.000 partisipan dari Amerika berusia >45 tahun dengan rata-rata selama 5,7 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang tak aktif berolahraga berpeluang 20% lebih besar untuk mengalami satu serangan stroke atau stroke mini dibandingkan dengan orang-orang yang melakukan olahraga dengan intensitas sedang atau berat sampai berkeringat sebanyak empat kali seminggu.
Atas hasil penelitian
tersebut, peneliti Dr. Michelle McDonnell, pengajar Health Sciences di
University of South Australia seperti dilansir Daily Mail (19/7/2013)
menyatakan : "Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi berat badan
sekaligus mencegah diabetes. Bahkan ibarat kata olahraga itu adalah sebuah pil,
maka Anda hanya perlu mengonsumsi satu pil saja untuk mengobati 4-5 gangguan
kesehatan yang berbeda,".
Catatan akhir :
(a). Angka kejadian stroke cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
(b). Kecacatan seseorang yang terkena serangan
stroke tergantung lokasi mana yang diserang.
(c). Perlu diwaspadai bahwa terjadinya serangan stroke
sering kali tanpa ada peringatan terlebih dahulu, bisa terjadi saat si
penderita tidur, bekerja, olah raga, mengendarai mobil, duduk, dsb. Ironisnya setelah mereka terserang stroke baru
dibawa ke rumah sakit
(d).
Pola kehidupan masyarakat perkotaan besar --seperti metropolitan dsk--
sangat rentan terkena gangguan saraf pusat yang dapat mengakibatkan stroke, hal
ini disebabkan gaya hidup yang kurang sehat, seperti makan tidak teratur, tekanan
pekerjaan, kemacetan lalu lintas, dlsb.
(e).
Olahraga sampai berkeringat dan hidup tanpa stress, dapat mengurangi
berat badan dan menurunkan tekanan darah (normal), serta sekaligus mencegah
diabetes, sehingga hal ini akan mengurangi risiko terkena serangan stroke.
Semoga
bermanfaat, sampai bertemu di topik yang lebih menarik.
Keterangan
gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan : Kompas
4/4/2011; Media Indonesia (11/6&30/12/2003,
10/11/2010); health.detik.com 2013/07/19.Bacaan terkait :
Jantung, Beberapa Penyakit dan Permasalahannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar