Dikemas oleh :
Isamas54
Akhir-akhir ini,
Amerika Serikat menuai protes atas penyadapan telepon yang dilakukannya
terhadap Inggris, Perancis, Jerman, dan beberapa negara sahabat lain. Bahkan
Australia pun diprotes karena melakukan penyadapan terhadap Indonesia.
AS diminta untuk
memberikan penjelasan yang rinci tentang tindakan spionase yang dilakukannya
terhadap negara-negara sekutu dan sahabatnya.
Perlu diketahui
bahwa bahan tulisan ini diringkas dan diedit dari tulisan ‘Penyadapan NSA dan ASD (tulisan Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan – Pengamat Intelijen, pada Koran Sindo 4/11/2013) dan Spionase … (tulisan
James Luhulima pada Kompas 9/11/2013), ditambah ‘Selingan’.
Dalam dunia
intelijen, pada saat seorang agen mengikuti pendidikan, ditekankan oleh
instruktur bahwa apabila suatu saat nanti dalam melakukan operasi intelijen
klandestin dia tertangkap, maka dalam kondisi apapun dia tidak boleh mengaku (Prayitno Ramelan, 4/11/13).
Selain agen,
loyalitas dan keteguhan berlaku hingga tataran organisasi baik tim maupun
hingga puncak pimpinan badan intelijen dan bahkan sampai ke kepala Negara, pada
prinsipnya jangan mengaku!.
Tapi Tuhan
berkehendak lain, Edward Snowden mengungkap aksi penyadapan klandestin itu.
Batasan
Spionase,
atau memata-matai, adalah merupakan kegiatan yang melibatkan sebuah
pemerintahan, perusahaan, atau individu untuk memperoleh informasi rahasia,
atau yang dianggap rahasia, tanpa seizin dari pemilik informasi.
Obyek :
Informasi rahasia yang diincar adalah yang berhubungan dengan musuh potensial
untuk keperluan militer, atau melibatkan korporasi, atau perusahaan, untuk
kepentingan industri.
Teknik :
Umumnya dilakukan secara diam-diam, atau tersembunyi, karena kegiatan itu tidak
disukai (oleh pemilik informasi) dan dilakukan secara ilegal serta melawan
hukum.
Cara/metoda : Cara pengumpulan informasi (rahasia) itu
bermacam-macam. Mulai dari mencarinya secara terbuka dengan melakukan lobi,
atau mengamati secara saksama berita atau artikel di media massa, hingga
mencarinya secara tertutup, misalnya dengan melakukan penyusupan, merekrut
mata-mata, mengirimkan pelajar atau mahasiswa untuk bersekolah atau studi di
universitas, serta menyadap saluran komunikasi dan telekomunikasi.
Menghangatnya
kasus spionase
Pembocoran dokumen
rahasia oleh eks analis dan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA) Edward
Snowden yang tinggal dalam pengasingan di Rusia, yang kemudian dikutip oleh
beberapa pemberitaan surat kabar terkemuka dunia.
Dalam kasus
penyadapan yang kini banyak diberitakan, menurut Prayitno Ramelan (4/11/13) kegiatan tersebut lebih cenderung
dikatakan sebagai tindakan spionase baik oleh National Security Agency (NSA)
maupun Australian Signals Directorate (ASD). Tsunami berita dari Snowden, mantan
kontraktor CIA/NSA yang membongkar dan membocorkan ke media kegiatan mata-mata
NSA dan ASD, kini makin berkembang, menyentuh, dan membuat resah demikian
banyak negara di dunia. NSA dalam kaitan komunitas 5-Eyes (AS, Inggris,
Australia, Kanada, dan Selandia Baru) melakukan tindak spionase, memonitor
sistem komunikasi negara-negara dan bangsa lain, termasuk 35 kepala negara.
Khusus ASD di bawah kendali Amerika Serikat (AS) melakukan tindak spionase di
kawasan Asia.
Tanggapan
dan komentar
Saat membantah
laporan beberapa pemberitaan surat kabar terkemuka dunia, Direktur Intelijen
Nasional AS James R Clapper mengatakan, AS mengumpulkan informasi intelijen
dengan cara yang sama seperti yang dilakukan negara-negara lain.
Komentar lain (Kompas 9/11/2013) : ‘Jika benar AS menyadap pembicaraan telepon
ataupun e-mail dari kepala pemerintahan dari negara-negara sekutu atau
sahabatnya, itu bisa dikatakan kebablasan. Tindakan seperti itu sukar diterima,
apa pun alasannya’.
Sejarah
dan kasus
(1.1). Kegiatan spionase sudah ada sejak lama.
Cerita soal spionase sudah ada dalam kisah-kisah sastra Yunani pada abad IX dan
abad VI sebelum Masehi. Kisah Perang Troya, yang diikuti pengiriman patung kuda
raksasa berisi pasukan, yang dikenal dengan nama Kuda Troya, adalah salah satu
kisah awal tentang kegiatan spionase. Kisah senada juga muncul dalam tulisan
tentang strategi militer China dan India kuno, seperti Sun Tzu dan Chanakya.
(1.2). Pada masa lalu, kegiatan spionase dilakukan
sebagai usaha untuk memenangi perang. Kegiatan spionase dilakukan untuk
mengetahui peta kekuatan dan kelemahan musuh sehingga perang dapat dimenangi.
Namun, seiring perjalanan waktu, kegiatan spionase juga meluas ke bidang-bidang
lain, misalnya untuk memperoleh informasi tentang industri unggulan yang
dimiliki negara-negara yang dianggap sebagai pesaing.
(1.3). Kita belum lupa ketika Uni Soviet (kini
Rusia) mengejutkan dunia, ketika dalam suatu pameran dirgantara negara itu
memajang pesawat tiruan Concorde, pesawat penumpang supersonik buatan Perancis.
Namun, pesawat tersebut meledak dan jatuh ketika bermanuver di pameran itu.
(1.4). Akhir-akhir ini, kegiatan spionase pun
diarahkan untuk memerangi segala bentuk terorisme dan mengungkap keberadaan
senjata pemusnah massal. Penyerbuan dan pembunuhan Osama bin Laden pada 2 Mei
2011 di kediaman rahasianya di Pakistan adalah hasil kegiatan spionase yang panjang
(selama hampir 10 tahun).
SELINGAN dulu ..
Imunitas bagi Agen
CIA
Pengadilan
Pakistan mengatakan mereka akan melanjutkan persidangan seorang anggota badan
intelijen AS (CIA), Alien Raymond Davis. Pengadilan juga mengatakan tidak ada
bukti bahwa Davis memiliki kekebalan diplomatik sebagaimana ditegaskan
pemerintah AS.
Keputusan
itu. merupakan pukulan bagi pemerintah AS yang mengatakan Davis dianggap
sebagai diplomat dan statusnya dilindungi dari berbagai bentuk penuntutan. Pemerintah
AS berkeras bahwa
tindakan
Davis merupakan aksi membela diri melawan perampok, pembelaan terhadap Davis
yang dituduh membunuh dua warga Pakistan. Namun,
Pengadilan Tinggi Lahore masih mempertimbangkan status kekebalan yang melekat
pada Davis. "Pengadilan tidak berhenti pada dasar kekebalan
diplomatiknya," kata Hakim Zahid Bokhari.
Asad
Manzoor Butt, pengacara korban berharap Pengadilan Tinggi Lahore dapat
membahas kembali kekebalan diplomatik Davis.
(Sumber bacaan : Media Indonesia 4/3/2011)
Kita lanjutkan …
(1.5). Sadap-menyadap pun telah dilakukan sejak
lama. Dari situlah kemudian lahir bahasa sandi untuk menjaga kerahasiaan dari
suatu informasi yang dianggap sangat strategis. Keberhasilan sekutu mengungkap
bahasa sandi yang digunakan pasukan Jerman dalam Perang Dunia II membuat
operasi kapal selam Jerman bisa dilumpuhkan. Bahkan, sekutu pun berhasil
memberikan informasi palsu kepada Jerman mengenai lokasi di mana penyerbuan
terakhir akan dilakukan.
(1.6). Kekhawatiran akan penyadapan itulah yang
membuat Kedutaan Besar Jerman Barat untuk Indonesia di Jakarta (waktu itu)
sempat protes ketika Hotel Mandarin dibangun tahun 1978 di sebelahnya. Keadaan
yang hampir sama juga dialami oleh Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia di
Jakarta ketika kompleks pertokoan Plaza Indonesia dibangun di dekatnya awal
1990-an.
(1.7). Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
pembicaraan telepon, termasuk juga telepon genggam, mudah untuk disadap.
Demikian juga surat elektronik atau e-mail. Itu sebabnya, saat akan
mendaftarkan e-mail (membuka e-mail account) diberi tahu bahwa internet
itu bersifat terbuka karena itu tidak disarankan melakukan komunikasi rahasia
melalui internet atau e-mail.
(1.8). Sayangnya orang seperti tidak memedulikan hal
itu. Lihatlah kasus penangkapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhir-akhir
mi, yang didasarkan pada pembicaraan melalui telepon genggam, layanan pesan
singkat (SMS), Blackberry Messenger (BBM), atau WhatsApp. Walaupun sudah banyak
orang yang ditangkap oleh KPK, tetap saja masih banyak orang yang membicarakan
hal-hal yang seharusnya ingin mereka rahasiakan melalui telepon genggam.
(1.9). Penyadapan yang dilakukan AS terhadap para
kepala pemerintahan negara-negara sekutunya itu memunculkan seloroh, yang
menyebutkan, Perdana Menteri India Manmohan Singh adalah satu-satunya pemimpin
pemerintahan yang kebal, alias tidak dapat disadap oleh AS. Mengingat PM India
itu tidak memiliki telepon genggam dan tidak mempunyai e-mail account.
Pengakuan NSA
Pada akhirnya, di
bawah tekanan diplomatik dari demikian banyak negara, Direktur N SA Jenderal
Keith Alexander pada titik nadir bertahannya mengakui bahwa NSA melakukan
penyadapan. Dia menyatakan bahwa sambungan telepon pemimpin dunia yang disadap
hanya dicatat tanggal, waktu dan durasi. Menurut Alexander, konten percakapan
telepon tersebut tidak diperlukan. Demikian menurut Press TV, Sabtu
(2/11/2013). Sebuah pernyataan yang menggelikan, karena justru inti
pembicaraanlah yang penting untuk menilai kebijakan serta keputusan kepala
negara lain.
Selain itu, Alexander
menegaskan bahwa tugas penyadapan tersebut diperintahkan oleh diplomat dan
parlemen AS sendiri. Berbicara dalam forum luar negeri dengan Dewan Kota
Baltimore, Jenderal Alexander membela diri dan menyatakan bahwa program penyadapan
yang dilakukan NSA didasarkan pada payung hukum yang ada, yakni Undang-Undang
Penyadapan Intelijen Asing yang berlaku di AS.
SELINGAN …
Snowden Dilamar Mata-Mata Rusia
Mantan
kontraktor badan mata-mata AS Edward Snowden (30) yang kini tertahan di sebuah
bandara Moskow ternyata menarik perhatian warga Rusia. Dia
mendapatkan lamaran lewat Twitter dari Anna Chapman, salah satu dari 10
mata-mata Rusia yang ditangkap di AS dan kemudian dideportasi ke Rusia pada
2010.
"Snowden, maukah kamu menikahi saya?" bunyi tulisan dalam akun Twitter yang menampilkan nama dan foto Chapman pada Rabu (3/7) sore.
Setelah selama beberapa jam tidak ada tanggapan dari Snowden, akun itu kembali mengeluarkan pernyataan.
"@nsa, apakah Anda bersedia mengasuh anak-anak kami," tulis akun itu mengacu pada badan AS yang memiliki kemampuan mengawasi seluruh warga AS.
Hingga berita ini diturunkan, Chapman belum menjawab surat elektronik yang dikirimkan untuk memastikan bahwa tweet itu berasal dari dirinya.
Snowden yang menjadi buruan pemerintah AS atas tuduhan melakukan spionase diyakini tengah berada di area transit Bandara Moskow sejak tiba di negara itu pada 23 Juni. Dia telah mengajukan permohonan suaka ke berbagai negara. (sumber berita : metrotvnews.com 2013/07/06)
"Snowden, maukah kamu menikahi saya?" bunyi tulisan dalam akun Twitter yang menampilkan nama dan foto Chapman pada Rabu (3/7) sore.
Setelah selama beberapa jam tidak ada tanggapan dari Snowden, akun itu kembali mengeluarkan pernyataan.
"@nsa, apakah Anda bersedia mengasuh anak-anak kami," tulis akun itu mengacu pada badan AS yang memiliki kemampuan mengawasi seluruh warga AS.
Hingga berita ini diturunkan, Chapman belum menjawab surat elektronik yang dikirimkan untuk memastikan bahwa tweet itu berasal dari dirinya.
Snowden yang menjadi buruan pemerintah AS atas tuduhan melakukan spionase diyakini tengah berada di area transit Bandara Moskow sejak tiba di negara itu pada 23 Juni. Dia telah mengajukan permohonan suaka ke berbagai negara. (sumber berita : metrotvnews.com 2013/07/06)
Kita
lanjutkan …
Keterlibatan
Spionase Intelijen Australia
PM Australia Tony
Abbott, menanggapi adanya laporan di mana kedutaan Australia yang digunakan
dalam operasi pengawasan klandestin yang dilakukan di seluruh Asia atas
perintah dari Amerika Serikat. PM
Australia tersebut terpaksa harus menjawab pertanyaan media dan memberikan
klaririkasi.
Abbott mengatakan
kepada wartawan di Melbourne pada Kamis (31/10/2013), bahwa ia tidak akan
membuat komentar publik tentang masalah-masalah intelijen sesuai dengan aturan
yang telah lama berlaku. Tapi ia menyarankan setiap kegiatan yang dilakukan
oleh lembaga Australia atau pejabat itu sepenuhnya sah. Dikatakannya, "Well,
the thing about every Australian governmental agency is that we alloperatein
accordance with the law," tegasnya.
Dalam perkembangan
pemberitaan media di Australia, Fairfax pada Kamis (31/10/2013)
melaporkan keterlibatan ASD dalam program penyadapan dari NSA, dengan sandi
STATEROOM, yang tugasnya mengumpulkan informasi elektronik intelijen dari
fasilitas rahasia dalam beberapa misi diplomatik baik di kedutaannya maupun
kantor konsulatnya.
Menurut seorang
mantan perwirai ntelijen Australia (anonim), ASD beroperasi,"Dari kedutaan
Australia di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing, dan Dili, serta Komisi Tinggi di
Kuala Lumpur dan Port Moresby, dan juga pos-pos diplomatik lainnya. "Dia juga mengatakan Konsulat Australia
di Denpasar, Bali juga telah digunakan untuk sinyal pengumpulan intelijen.
Mantan perwira intel
pertahanan itu juga mengungkapkan kepada Fairfax, bahwa fokus utama
pengawasan tim penyadap di Kedutaan Besar Australia di Jakarta adalah
"masalah politik, diplomatik, dan ekonomi. Dia menjelaskan pertumbuhan
besar jaringan telepon seluler kini menjadi sebuah anugerah yang besar dan
elite politik di Jakarta adalah sekelompok orang yang cerewet. Karena para
politisi selalu takut dan meributkan disadap oleh badan intelijen Indonesia,
sedang yang terjadi mereka disadap oleh intelijen asing.
Harian Sydney Morning
Herald pada Jumat (1/11/2013) juga menyampaikan pengakuan mantan agen intelijen
Australia, bahwa pos ASD, "dikhususkan untuk melakukan pengawasan
maritime dan militer, khususnya Angkatan Laut Indonesia (TNIAL), Angkatan Udara
(TNIAU), dan komunikasi militer." Pangkalan Australia di Cocos Islands
kini telah disiapkan sebagai pangkalan potensial untuk pesawat intai tanpa
awak (drone} AS dan pesawat tempur, karena berdekatan dengan jalur
pelayaran strategis di kawasan Asia Tenggara.
Latar
belakang
Penyadapan NSA yang
kemudian melibatkan lima negara pada awalnya untuk memonitor
jaringan teroris di dunia dan juga di Indonesia. AS dan Australia terus
memonitor perkembangan teroris yang
dapat mengancam negaranya, mengingat serangan mengerikan ke WTC (2001) dan
serangan bom Bali-1 (2002), di mana banyak wargaAS dan
Australia menjadi korban. Menurut Stephen M Wald, setelah peristiwa 9/11
terjadi pergeseran politik luar negeri AS.
Dikatakannya, "Kampanye melawan terorisme global merupakan tujuan utama kebijakan luar negeri dan
pertahanan Amerika Serikat, dan tujuan- tujuan internasional lainnya akan
berada di bawah tujuan besar ini."
Dalam
perkembangannya, sejak tahun 2007, menurut
Snowden, NSA mendapat tugas mengembangkan penyadapan dalam spektrum yang
lebih luas. Itulah yang dilakukan. Khusus pengumpulan bahan keterangan
(pulbaket) di Indonesia, ASD mendapat tugas memonitor aspek politik,
diplomasi, ekonomi serta pertahanan (TNI AL, TNIAU, dan komunikasi militer).
Sebaiknya dihentikan
Menteri Luar Negeri
RI Marty Natalegawa menyatakan tidak seharusnya Australia melakukan operasi
spionase dari kantor kedutaannya di Jakarta, sebagaimana dilaporkan di media. Marty
menyatakan sudah menyampaikan keberatan Indonesia kepada Menlu Australia
Julie Pishop. Dikatakannya, laporan yang menyebutkan NSA menggunakan kedutaan
Australia di Jakarta untuk memata-matai negara Asia menunjukkan sebuah
"pelanggaran serius". Pemerintah
Indonesia menyampaikan "strongly protests" atas operasi
spionase Australia, dan apabila dikonfirmasi benar, hal tersebut, "tidak
hanya berupa pelanggaran keamanan, tetapi juga pelanggaran serius terhadap
norma-norma diplomatik dan etika," kata Marty.
SELINGAN lagi …
(untuk menenangkan )
Selubung Misteri Anna Chapman
Pada
lantai 35 sebuah gedung pencakar langit di Moskow, kepulan asap tiba-tiba
memenuhi segala penjuru ruangan. Dari salah satu sudut terdengar suara ketukan
sepatu hal tinggi yang beradu dengan lantai kayu. Saat bunyi tersebut semakin mendekat,
perempuan berambut merah muncul dengan balutan gaun biru.
Seraya
menatap tajam, dia berbicara lugas. "Lebih dari sejuta warga Rusia tewas
saban tahun. Nyaris 40 ribu dari jumlah tersebut tewas akibat kecelakaan lalu
lintas." Suasana hening. "Mengapa ketika sejumlah orang hampir pasti
mati, beberapa di antara mereka bisa meloloskan diri?"
Kepulan
asap dan dua pertanyaan tersebut adalah bagian dari acara televisi Rusia
bertajuk Secrets of the World. Acara
tentang beragam kejadian misteri di dunia tersebut dipandu Anna Chapman,
perempuan berambut merah nan kontroversial.
"Semua
orang tertarik pada misteri, lantaran misteri bersifat rahasia dan belum
terpecahkan," kata Chapman mengenai acara itu. Sosok
Chapman memang akrab dengan misteri. Namun, dia enggan berbicara mengenai
misteri seputar dirinya. "Saya tidak akan membantah dan tidak akan
mengonfirmasi hal itu," jawabnya dingin ketika ditanya apakah dia seorang
mata-mata.
Delapan
bulan lalu, Chapman adalah salah seorang dari 10 sosok yang dituding berprofesi
sebagai agen rahasia Rusia di Amerika Serikat. Mereka termasuk Chapman,
dideportasi dari Negeri Paman Sam. Bandara Wina Austria mereka ditukar dengan
orang yang diklaim sebaga mata-mata negara Barat.
Setibanya
di Rusia kehidupan baru bagi Chapman dan kesembilan rekannya telah
menunggu. Kebanyakan agen rahasia, begitu penyamaran mereka terbongkar,
dideportasi, akan menjalani hidup layaknya masyarakat awam. Namun, tidak untuk
Chapman.
Perempuan
yang pemah ditawari 'berakting' oleh rumah produksi film porno Vivid
Entertainment itu dikalungi medali dan menerima sanjungan dari Presiden Rusia
Dmitry Medvedev serta Perdana Menteri Vladimir Putin. Sederet tawaran pun dia
sabet. Chapman boleh jadi mata-mata
Rusia pertama yang menjadi model sampul majalah pria dengan busana minim.
Selain itu, Chapman memangku predikat
sebagai penasihat investasi sebuah bank dan pekerja badan amal. Bahkan, Chapman
dipilih menjadi salah seorang pentolan gerakan muda partai politik pimpinan
Putin.
Kini
beredar rumor dia akan berkampanye untuk maju sebagai anggota parlemen pada
musim gugur; mendatang. "Saya tertarik membantu sesame, cuma itu. Misteri memang selalu menyelubungi Anna
Chapman. (Sumber berita : Media Indonesia 30/2/2011)
Kita lanjutkan …
Komentar
lain
Dalam tulisan Prayitno Ramelan (Kompas 4/11/13) :
(2.1). Amerika Serikat dan Australia semestinya
sadar bahwa dari sisi penanggulangan terorisme, langkah Indonesia sudah
demikian serius. Justru keseriusan itu harus dibayar Polri, karena target awal
teroris yang menyerang kepentingan dan wargaAS dan sekutunya di Indonesia, kini
justru bergeser, polisi yang kemudian menjadi musuh utama. Demikian juga tidak
ada satu pun serangan teror terhadap kepentingan dan warga AS dan Australia di
lndonesia sejak serangan suice bombing seperti tahun 2004.
(2.2). Sebagai negara yang katanya sahabat, dan
Australia sebagai tetangga, yang dilakukan mereka adalah aksi spionase,
menyadap segala aspek kehidupan bangsa Indonesia. Persoalannya bukan hanya
sadap-menyadap antar badan intelijen, melainkan ini sudah menyangkut martabat
bangsa. AS dan Australia sebaiknya menyadari betapa upaya lndonesia
menetralisasi ancaman teror terhadap mereka. Indonesia dahulu hanyalah sebuah
palagan tempur antara AS dan teroris. Kini persoalannya adalah masalah hubungan
antar negara.
(2.3). Akan tetapi, entah bagaimana menyadarkan
kedua negara itu. Pada saat Indonesia sedang melakukan reformasi demokrasi
yang juga berasal dari Barat, mereka justru menciderainya. Penulis paham ini
adalah soal dinamika para pelaksana intelijen yang di kendalikan parlemen
seperti pengakuan Direktur NSA Jenderal Alexander. Karena itu apabila mereka,
khususnya Australia sebagai asisten intelijen AS tidak menghentikan kegiatan
spionase, penulis perkirakan akan terjadi komplikasi serius antar negara.
Catatan akhir (diambil
dari 2 tulisan) :
(3.1). Sebenarnya kegiatan spionase adalah merupakan
kegiatan yang sudah biasa atau lazim dilakukan negara-negara di seluruh penjuru
dunia, termasuk Indonesia.
(3.2). Persoalannya bukan hanya sadap-menyadap antar
badan intelijen, melainkan ini sudah menyangkut masalah norma dan etika
diplomatik hubungan antar Negara (sahabat).
(3.3). Bagi Indonesia, BIN, Bais, dan Lemsaneg
sebaiknya melakukan road show ke
seluruh kementerian dan badan pemegang rahasia negara, untuk meningkatkan
kesadaran sekuriti dalam menghadapi teknologi penyadapan yang sangat canggih
itu. Hanya itulah langkah terbaik saat ini. Para pejabat sebaiknya lebih waspada, karena
kita akan melaksanakan pemilu dan pilpres, yang dipastikan akan disadap dan
bahkan bukan tidak mungkin bisa saja diintervensi.
(3.4). Namun permasalahannya adalah kita (umumnya
dan teknologi) kurang mengetahui apakah percakapan dibajak atau tidak? Maka
kalau tidak ingin disadap, berkomunikasilah secara pandai. Jadi perlukah ‘kita’ marah-marah?
Semoga
bermanfaat! dan tunggu saja
perkembangannya.
Keterangan
gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : Tulisan/opini pada Koran Sindo (4/11/2013)
dan Kompas (9/11/2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar