Jumat, 15 November 2013

Menguaknya Spionase antar Negara



Dikemas oleh : Isamas54
Akhir-akhir ini, Amerika Serikat menuai protes atas penyadapan telepon yang dilakukannya terhadap Inggris, Perancis, Jerman, dan beberapa negara sahabat lain. Bahkan Australia pun diprotes karena melakukan penyadapan terhadap Indonesia.

AS diminta untuk memberikan penjelasan yang rinci tentang tindakan spionase yang dilakukannya terhadap negara-negara sekutu dan sahabatnya.
Perlu diketahui bahwa bahan tulisan ini diringkas dan diedit dari tulisan ‘Penyadapan NSA dan ASD (tulisan Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan – Pengamat Intelijen,  pada Koran Sindo 4/11/2013) dan Spionase … (tulisan James Luhulima  pada Kompas 9/11/2013), ditambah ‘Selingan’.
Dalam dunia intelijen, pada saat seorang agen mengikuti pendidikan, ditekankan oleh instruktur bahwa apabila suatu saat nanti dalam melakukan operasi inte­lijen klandestin dia tertangkap, maka dalam kondisi apapun dia tidak boleh mengaku (Prayitno Ramelan, 4/11/13).
Selain agen, loyalitas dan keteguhan berlaku hingga tataran organisasi baik tim maupun hingga puncak pimpinan badan intelijen dan bahkan sampai ke kepala Negara, pada prinsipnya jangan mengaku!.
Tapi Tuhan berkehendak lain, Edward Snowden mengungkap aksi penya­dapan klandestin itu.

Batasan
Spionase, atau memata-matai, adalah merupakan kegiatan yang melibatkan sebuah pemerintahan, perusahaan, atau individu untuk memperoleh informasi rahasia, atau yang dianggap rahasia, tanpa seizin dari pemilik informasi.
Obyek : Informasi rahasia yang diincar adalah yang berhubungan dengan musuh potensial untuk keperluan militer, atau melibatkan korporasi, atau perusahaan, untuk kepentingan industri.
Teknik : Umumnya dilakukan secara diam-diam, atau tersembunyi, karena kegiatan itu tidak disukai (oleh pemilik informasi) dan dilakukan secara ilegal serta melawan hukum.
Cara/metoda :  Cara pengumpulan informasi (rahasia) itu bermacam-macam. Mulai dari mencarinya secara terbuka dengan melakukan lobi, atau mengamati secara saksama berita atau artikel di media massa, hingga mencarinya secara tertutup, misalnya dengan melakukan penyusupan, merekrut mata-mata, mengirimkan pelajar atau mahasiswa untuk bersekolah atau studi di universitas, serta menyadap saluran komunikasi dan telekomunikasi.

Menghangatnya kasus spionase

Pembocoran dokumen rahasia oleh eks analis dan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA) Edward Snowden yang tinggal dalam pengasingan di Rusia, yang kemudian dikutip oleh beberapa pemberitaan surat kabar terkemuka dunia.
Dalam kasus penyadapan yang kini banyak diberitakan, menurut Prayitno Ramelan (4/11/13) kegiatan terse­but lebih cenderung dikatakan sebagai tindakan spionase baik oleh National Security Agency (NSA) maupun Australian Signals Directorate (ASD). Tsu­nami berita dari Snowden, man­tan kontraktor CIA/NSA yang membongkar dan membocorkan ke media kegiatan mata-mata NSA dan ASD, kini makin berkembang, menyentuh, dan membuat resah demikian banyak negara di dunia. NSA dalam kaitan komunitas 5-Eyes (AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru) melakukan tindak spionase, memonitor sistem komunikasi negara-negara dan bangsa lain, termasuk 35 kepala negara. Khusus ASD di bawah kendali Amerika Serikat (AS) melakukan tindak spionase di kawasan Asia.

Tanggapan dan komentar
Saat membantah laporan beberapa pemberitaan surat kabar terkemuka dunia, Direktur Intelijen Nasional AS James R Clapper mengatakan, AS mengumpulkan informasi intelijen dengan cara yang sama seperti yang dilakukan negara-negara lain.
Komentar lain (Kompas 9/11/2013) :  ‘Jika benar AS menyadap pembicaraan telepon ataupun e-mail dari kepala pemerintahan dari negara-negara sekutu atau sahabatnya, itu bisa dikatakan kebablasan. Tindakan seperti itu sukar diterima, apa pun alasannya’.

Sejarah dan kasus
(1.1).  Kegiatan spionase sudah ada sejak lama. Cerita soal spionase sudah ada dalam kisah-kisah sastra Yunani pada abad IX dan abad VI sebelum Masehi. Kisah Perang Troya, yang diikuti pengiriman patung kuda raksasa berisi pasukan, yang dikenal dengan nama Kuda Troya, adalah salah satu kisah awal tentang kegiatan spionase. Kisah senada juga muncul dalam tulisan tentang strategi militer China dan India kuno, seperti Sun Tzu dan Chanakya.
(1.2).  Pada masa lalu, kegiatan spionase dilakukan sebagai usaha untuk memenangi perang. Kegiatan spionase dilakukan untuk mengetahui peta kekuatan dan kelemahan musuh sehingga perang dapat dimenangi. Namun, seiring perjalanan waktu, kegiatan spionase juga meluas ke bidang-bidang lain, misalnya untuk memperoleh informasi tentang industri unggulan yang dimiliki negara-negara yang dianggap sebagai pesaing.
(1.3).  Kita belum lupa ketika Uni Soviet (kini Rusia) mengejutkan dunia, ketika dalam suatu pameran dirgantara negara itu memajang pesawat tiruan Concorde, pesawat penumpang supersonik buatan Perancis. Namun, pesawat tersebut meledak dan jatuh ketika bermanuver di pameran itu.
(1.4).  Akhir-akhir ini, kegiatan spionase pun diarahkan untuk memerangi segala bentuk terorisme dan mengungkap keberadaan senjata pemusnah massal. Penyerbuan dan pembunuhan Osama bin Laden pada 2 Mei 2011 di kediaman rahasianya di Pakistan adalah hasil kegiatan spionase yang panjang (selama hampir 10 tahun).

SELINGAN dulu ..
Imunitas bagi Agen CIA
Pengadilan Pakistan me­ngatakan mereka akan melanjutkan persidangan seorang anggota badan intelijen AS (CIA), Alien Raymond Davis. Pengadilan juga mengatakan tidak ada bukti bahwa Davis memiliki kekebalan diploma­tik sebagaimana ditegaskan pemerintah AS.
Keputusan itu. merupakan pukulan bagi pemerintah AS yang mengatakan Davis dianggap sebagai diplomat dan statusnya dilindungi dari berbagai bentuk penuntutan. Pe­merintah AS berkeras bahwa
tindakan Davis merupakan aksi membela diri melawan perampok, pembelaan terhadap Davis yang dituduh membunuh dua warga Pakistan.  Namun, Pengadilan Tinggi Lahore masih mempertimbangkan status kekebalan yang melekat pada Davis. "Pengadilan tidak berhenti pada dasar keke­balan diplomatiknya," kata Hakim Zahid Bokhari.
Asad Manzoor Butt, pengacara korban berharap Penga­dilan Tinggi Lahore dapat membahas kembali kekebalan diplomatik Davis.  (Sumber bacaan  :  Media Indonesia 4/3/2011)

Kita lanjutkan …

(1.5).  Sadap-menyadap pun telah dilakukan sejak lama. Dari situlah kemudian lahir bahasa sandi untuk menjaga kerahasiaan dari suatu informasi yang dianggap sangat strategis. Keberhasilan sekutu mengungkap bahasa sandi yang digunakan pasukan Jerman dalam Perang Dunia II membuat operasi kapal selam Jerman bisa dilumpuhkan. Bahkan, sekutu pun berhasil memberikan informasi palsu kepada Jerman mengenai lokasi di mana penyerbuan terakhir akan dilakukan.
(1.6).  Kekhawatiran akan penyadapan itulah yang membuat Kedutaan Besar Jerman Barat untuk Indonesia di Jakarta (waktu itu) sempat protes ketika Hotel Mandarin dibangun tahun 1978 di sebelahnya. Keadaan yang hampir sama juga dialami oleh Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia di Jakarta ketika kompleks pertokoan Plaza Indonesia dibangun di dekatnya awal 1990-an.
(1.7).  Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pembicaraan te­lepon, termasuk juga telepon genggam, mudah untuk disadap. Demikian juga surat elektronik atau e-mail. Itu sebabnya, saat akan mendaftarkan e-mail (membuka e-mail account) diberi tahu bahwa internet itu bersifat terbuka karena itu tidak disarankan melakukan komunikasi rahasia melalui internet atau e-mail.
(1.8).  Sayangnya orang seperti tidak memedulikan hal itu. Lihatlah kasus penangkapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhir-akhir mi, yang didasarkan pada pembicaraan melalui telepon genggam, layanan pesan singkat (SMS), Blackberry Messenger (BBM), atau WhatsApp. Walaupun sudah banyak orang yang ditangkap oleh KPK, tetap saja masih banyak orang yang membicarakan hal-hal yang seharusnya ingin mereka rahasiakan melalui telepon genggam.
(1.9).  Penyadapan yang dilakukan AS terhadap para kepala pemerintahan negara-negara sekutunya itu memunculkan seloroh, yang menyebutkan, Perdana Menteri India Manmohan Singh adalah satu-satunya pemimpin pemerintahan yang kebal, alias tidak dapat disadap oleh AS. Mengingat PM India itu tidak memiliki telepon genggam dan tidak mempunyai e-mail account.

Pengakuan NSA
Pada akhirnya, di bawah tekanan diplomatik dari demikian banyak negara, Direktur N SA Jenderal Keith Alexander pada titik nadir bertahannya mengakui bahwa NSA melaku­kan penyadapan. Dia menyatakan bahwa sambungan tele­pon pemimpin dunia yang disadap hanya dicatat tanggal, waktu dan durasi. Menurut Alexander, konten percakapan telepon tersebut tidak diperlukan. Demikian menurut Press TV, Sabtu (2/11/2013). Sebuah pernyataan yang menggelikan, karena justru inti pembicaraanlah yang penting untuk menilai kebijakan serta keputusan kepala negara lain.
Selain itu, Alexander menegaskan bahwa tugas penya­dapan tersebut diperintahkan oleh diplomat dan parlemen AS sendiri. Berbicara dalam fo­rum luar negeri dengan Dewan Kota Baltimore, Jenderal Alex­ander membela diri dan menyatakan bahwa program penya­dapan yang dilakukan NSA didasarkan pada payung hukum yang ada, yakni Undang-Undang Penyadapan Intelijen Asing yang berlaku di AS.

SELINGAN …
Snowden Dilamar Mata-Mata Rusia

Mantan kontraktor badan mata-mata AS Edward Snowden (30) yang kini tertahan di sebuah bandara Moskow ternyata menarik perhatian warga Rusia.  Dia  mendapatkan lamaran lewat Twitter dari Anna Chapman, salah satu dari 10 mata-mata Rusia yang ditangkap di AS dan kemudian dideportasi ke Rusia pada 2010.
"Snowden, maukah kamu menikahi saya?" bunyi tulisan dalam akun Twitter yang menampilkan nama dan foto Chapman pada Rabu (3/7) sore.
Setelah selama beberapa jam tidak ada tanggapan dari Snowden, akun itu kembali mengeluarkan pernyataan.
"@nsa, apakah Anda bersedia mengasuh anak-anak kami," tulis akun itu mengacu pada badan AS yang memiliki kemampuan mengawasi seluruh warga AS.
Hingga berita ini diturunkan, Chapman belum menjawab surat elektronik yang dikirimkan untuk memastikan bahwa tweet itu berasal dari dirinya.
Snowden yang menjadi buruan pemerintah AS atas tuduhan melakukan spionase diyakini tengah berada di area transit Bandara Moskow sejak tiba di negara itu pada 23 Juni. Dia telah mengajukan permohonan suaka ke berbagai negara.  (sumber berita : metrotvnews.com 2013/07/06)

Kita lanjutkan …

Keterlibatan Spionase Intelijen Australia
PM Australia Tony Abbott, menanggapi adanya laporan di mana kedutaan Australia yang digunakan dalam operasi pengawasan klandestin yang dilaku­kan di seluruh Asia atas perintah dari Amerika Serikat.  PM Australia tersebut terpaksa harus menjawab pertanyaan media dan memberikan klaririkasi.
Abbott mengatakan kepada wartawan di Melbourne pada Kamis (31/10/2013), bahwa ia tidak akan membuat komentar publik tentang masalah-masalah intelijen sesuai dengan aturan yang telah lama berlaku. Tapi ia menyarankan setiap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga Australia atau pejabat itu sepenuhnya sah. Dikatakannya, "Well, the thing about every Australian governmental agency is that we alloperatein accordance with the law," tegasnya.
Dalam perkembangan pemberitaan media di Aus­tralia, Fairfax pada Kamis (31/10/2013) melaporkan keterlibatan ASD da­lam program penyadapan dari NSA, dengan sandi STATEROOM, yang tugasnya mengumpulkan informasi elektronik intelijen dari fasilitas rahasia dalam beberapa misi di­plomatik baik di kedutaannya maupun kantor konsulatnya.
Menurut seorang mantan perwirai ntelijen Australia (anonim), ASD beroperasi,"Dari kedutaan Australia di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing, dan Dili, serta Komisi Tinggi di Kuala Lumpur dan Port Moresby, dan juga pos-pos diplo­matik lainnya.  "Dia juga mengatakan Konsulat Australia di Denpasar, Bali juga telah digu­nakan untuk sinyal pengumpulan intelijen.
Mantan perwira intel pertahanan itu juga mengungkapkan kepada Fairfax, bahwa fokus utama pengawasan tim penyadap di Kedutaan Besar Australia di Jakarta adalah "masalah politik, diplomatik, dan ekonomi. Dia menjelaskan pertumbuhan besar jaringan telepon seluler kini menjadi sebuah anugerah yang besar dan elite politik di Ja­karta adalah sekelompok orang yang cerewet. Karena para politisi selalu takut dan meributkan disadap oleh badan intelijen In­donesia, sedang yang terjadi mereka disadap oleh intelijen asing.
Harian Syd­ney Morning Herald pada Jumat (1/11/2013) juga menyampaikan pengakuan mantan agen intelijen Australia, bahwa pos ASD, "dikhususkan untuk me­lakukan pengawasan maritime dan militer, khususnya Angkatan Laut Indonesia (TNIAL), Angkatan Udara (TNIAU), dan komunikasi militer." Pangkalan Australia di Cocos Islands kini telah disiapkan sebagai pangkalan potensial un­tuk pesawat intai tanpa awak (drone} AS dan pesawat tempur, karena berdekatan dengan jalur pelayaran strategis di kawasan Asia Tenggara.

Latar belakang
Penyadapan NSA yang kemudian   melibatkan   lima negara pada awalnya untuk memonitor jaringan teroris di dunia dan juga di Indonesia. AS dan Australia terus memonitor perkembangan teroris   yang dapat mengancam negaranya, mengingat serangan mengerikan ke WTC (2001) dan serangan bom Bali-1 (2002), di mana banyak wargaAS dan Australia menjadi korban. Menurut Stephen M Wald, setelah peristiwa 9/11 terjadi pergeseran politik luar negeri AS.    Dikatakannya, "Kampanye melawan terorisme global merupakan  tujuan utama kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika Serikat, dan tujuan- tujuan internasional lainnya akan berada di bawah tujuan besar ini."
Dalam perkembangannya, sejak tahun 2007, menurut  Snowden, NSA mendapat tugas mengembangkan penyadapan dalam spektrum yang lebih luas. Itulah yang dilakukan. Khusus pengumpulan bahan keterangan (pulbaket) di Indo­nesia, ASD mendapat tugas me­monitor aspek politik, diplomasi, ekonomi serta pertahanan (TNI AL, TNIAU, dan komunikasi militer).

Sebaiknya dihentikan
Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa menyatakan tidak seharusnya Australia melaku­kan operasi spionase dari kantor kedutaannya di Jakarta, sebagaimana dilaporkan di me­dia. Marty menyatakan sudah menyampaikan keberatan In­donesia kepada Menlu Austra­lia Julie Pishop. Dikatakannya, laporan yang menyebutkan NSA menggunakan kedutaan Australia di Jakarta untuk memata-matai negara Asia menunjukkan sebuah "pelanggaran serius".  Pemerintah Indo­nesia menyampaikan "strongly protests" atas operasi spionase Australia, dan apabila dikonfirmasi benar, hal tersebut, "tidak hanya berupa pelanggaran keamanan, tetapi juga pelang­garan serius terhadap norma-norma diplomatik dan etika," kata Marty.

SELINGAN lagi (untuk menenangkan )
Selubung Misteri Anna Chapman

Pada lantai 35 sebuah gedung pencakar langit di Moskow, kepulan asap tiba-tiba memenuhi segala penjuru ruangan. Dari salah satu sudut terdengar suara ketukan sepatu hal tinggi yang beradu dengan lantai kayu.  Saat bunyi tersebut semakin mendekat, perempuan berambut merah muncul dengan balutan gaun biru.
Seraya menatap tajam, dia berbicara lugas. "Lebih dari sejuta warga Rusia tewas saban tahun. Nyaris 40 ribu dari jumlah tersebut tewas akibat kecelakaan lalu lintas." Suasana hening. "Mengapa ketika sejumlah orang hampir pasti mati, beberapa di antara mereka bisa meloloskan diri?"
Kepulan asap dan dua pertanyaan tersebut adalah bagian dari acara televisi Rusia bertajuk Secrets of the World. Acara tentang beragam kejadian misteri di dunia tersebut dipandu Anna Chapman, perempuan berambut merah nan kontroversial.
"Semua orang tertarik pada misteri, lantaran misteri bersifat rahasia dan belum terpecahkan," kata Chapman mengenai acara itu.   Sosok Chapman memang akrab dengan misteri. Namun, dia enggan berbicara mengenai misteri seputar dirinya. "Saya tidak akan membantah dan tidak akan mengonfirmasi hal itu," jawabnya dingin ketika ditanya apakah dia seorang mata-mata.
Delapan bulan lalu, Chapman adalah salah seorang dari 10 sosok yang dituding berprofesi sebagai agen rahasia Rusia di Amerika Serikat. Mereka termasuk Chapman, dideportasi dari Negeri Paman Sam. Bandara Wina Austria mereka ditukar dengan orang yang diklaim sebaga mata-mata negara Barat.
Setibanya di Rusia kehidupan baru bagi Chapman dan kesembilan rekannya telah menunggu.  Kebanyakan agen rahasia, begitu penyamaran mereka terbongkar, dideportasi, akan menjalani hidup layaknya masyarakat awam. Namun, tidak untuk Chapman.
Perempuan yang pemah ditawari 'berakting' oleh rumah produksi film porno Vivid Entertainment itu dikalungi medali dan menerima sanjungan dari Presiden Rusia Dmitry Medvedev serta Perdana Menteri Vladimir Putin. Sederet tawaran pun dia sabet. Chapman boleh jadi mata-mata Rusia pertama yang menjadi model sampul majalah pria dengan busana minim. Selain itu, Chapman  memangku predikat sebagai penasihat investasi sebuah bank dan pekerja badan amal. Bahkan, Chapman dipilih menjadi salah seorang pentolan gerakan muda partai politik pimpinan Putin.
Kini beredar rumor dia akan berkampanye untuk maju sebagai anggota parlemen pada musim gugur; mendatang. "Saya tertarik membantu sesame, cuma itu.  Misteri memang selalu menyelubungi Anna Chapman.  (Sumber berita :  Media Indonesia 30/2/2011)

Kita lanjutkan …

Komentar lain
Dalam tulisan Prayitno Ramelan (Kompas 4/11/13) :
(2.1).  Amerika Serikat dan Austra­lia semestinya sadar bahwa dari sisi penanggulangan terorisme, langkah Indonesia sudah demikian serius. Justru keseriusan itu harus dibayar Polri, karena target awal teroris yang menyerang kepentingan dan wargaAS dan sekutunya di Indonesia, kini justru bergeser, polisi yang kemudian menjadi musuh utama. Demikian juga tidak ada satu pun serangan teror terha­dap kepentingan dan warga AS dan Australia di lndonesia sejak serangan suice bombing seperti tahun 2004.
(2.2).  Sebagai negara yang katanya sahabat, dan Australia sebagai tetangga, yang dilakukan mereka adalah aksi spionase, menyadap segala as­pek kehidupan bangsa Indone­sia. Persoalannya bukan hanya sadap-menyadap antar badan intelijen, melainkan ini sudah menyangkut martabat bangsa. AS dan Australia sebaiknya menyadari betapa upaya lndonesia menetralisasi ancaman teror terhadap mereka. Indonesia dahulu hanyalah sebuah palagan tempur antara AS dan teroris. Kini persoalannya adalah masalah hubungan antar negara.
(2.3).  Akan tetapi, entah bagaimana menyadarkan kedua ne­gara itu. Pada saat Indonesia sedang melakukan reformasi demokrasi yang juga berasal dari Barat, mereka justru menciderainya. Penulis paham ini adalah soal dinamika para pelaksana intelijen yang di kendalikan parlemen seperti pengakuan Direktur NSA Jenderal Alexander. Karena itu apabila mereka, khususnya Australia sebagai asisten intelijen AS tidak menghentikan kegiatan spionase, penulis perkirakan akan terjadi komplikasi serius antar negara.

Catatan akhir (diambil dari 2 tulisan) :
(3.1).  Sebenarnya kegiatan spionase adalah merupakan kegiatan yang sudah biasa atau lazim dilakukan negara-negara di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
(3.2).  Persoalannya bukan hanya sadap-menyadap antar badan intelijen, melainkan ini sudah menyangkut masalah norma dan etika diplomatik hubungan antar Negara (sahabat).
(3.3).  Bagi Indonesia, BIN, Bais, dan Lemsaneg sebaiknya mela­kukan road show ke seluruh kementerian dan badan pemegang rahasia negara, untuk meningkatkan kesadaran sekuriti dalam menghadapi teknologi penyadapan yang sangat canggih itu. Hanya itulah langkah terbaik saat ini.  Para pejabat se­baiknya lebih waspada, karena kita akan melaksanakan pemilu dan pilpres, yang dipastikan akan disadap dan bahkan bukan tidak mungkin bisa saja diintervensi.
(3.4).  Namun permasalahannya adalah kita (umumnya dan teknologi) kurang mengetahui apakah percakapan dibajak atau tidak? Maka kalau tidak ingin disadap, berkomunikasilah secara pandai.  Jadi perlukah ‘kita’ marah-marah?

Semoga bermanfaat!  dan tunggu saja perkembangannya.

Keterangan gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan a.l :  Tulisan/opini pada Koran Sindo (4/11/2013) dan Kompas (9/11/2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar