Sabtu, 20 April 2013

Perekonomian : Upaya Pengendalian Harga Bawang


Dikemas oleh : Isamas54
Kenaikan harga bawang ini tidak hanya melibatkan konsumen dan produsen, tetapi merupakan kewajiban intansi terkait atau pemerintah untuk menstabilkannya.

Ketua Umum Debnas sebenarnya telah mendesak pemerintah agar segera menetapkan standardisasi harga bawang merah, karena komoditas ini dinilai layak masuk sebagai salah satu bahan pokok, di luar sembilan yang sudah ditetapkan. Adapun alasannya karena naik turunnya harga bawang merah berpengaruh pada inflasi tahunan. (Kompas 18/7/2012)

Pergerakan harga dan keuntungan petani
Selama kurun waktu 5 ta­hun terakhir, harga bawang merah di pasar menunjukkan tidak adanya satu pola yang berulang dari tahun ke tahun, atau tidak ada bukti bahwa kenaikan harga bawang saat ini merupakan siklus tahunan. Harga bawang merah merangkak naik sejak Oktober 2012 pada tingkat Rp12 ribu per kilogram  hingga terakhir yang tercatat pada Februari 2013 sudah mencapai di atas Rp25 ribu per kg.
Sementara itu, pada Oktober 2011 hingga Feb­ruari 2012 menunjukkan harga yang terus menurun dari Rpl4 ribu ke Rpl2 ribu. Dengan demikian fenomena yang terjadi pada awal 2013 merupa­kan fenomena ganjil mengingat bahwa pada periode ini tidak terjadi lonjakan permintaan dan guncangan produksi yang luar biasa.

Petani menikmati?
Dengan adanya kenaikan harga yang cukup drastis ini benarkah petani menikmati keuntungannya?  Atau siapa yang menikmati keuntungan -dari harga bawang merah yang tinggi?.
Untuk hal ini dapat dibandingkan antara harga yang terjadi di tingkat produsen dengan harga yang ter­jadi di ting­kat grosir/ eceran.
Pada 2009, fluktuasi harga di tingkat produsen memiliki pola yang sama dengan fluktuasi harga di tingkat grosir/eceran dan tidak memiliki selisih yang tinggi, artinya mekanisme transmisi harga terjadi relatif sempurna antara harga di produsen dan konsumen. De­ngan demikian, petani menikmati keuntungan dari perubahan harga di tingkat kon­sumen.
Berbeda dengan situasi ketika 2011, harga yang relatif stabil di tingkat produsen dengan kisaran Rp4.000-Rp8.000 per kg ternyata tidak sebanding dengan harga yang terjadi di tingkat konsumen. Fluktuasi harga di tingkat konsumen jauh lebih tinggi dengan kisaran Rp6.000- Rpl9.000 per kg.  Produsen, dalam hal ini petani, benar-benar tidak menikmati gejolak tingginya harga.
Siapa yang bermain?
Salah satu dugaan yang dapat dilihat bersama dari feno­mena perbandingan dua periode waktu tersebut ialah tiga tahun terakhir struktur pasar bawang merah telah berubah.
(a).  Petani berhadapan dengan para pembeli/pedagang bawang merah yang mampu mengontrol harga di tingkat konsumen dengan margin keuntungan yang relatif lumayan tinggi, para spekulan juga tergerak untuk meramaikan pasar bawang merah.  Di sini petani sebagai pro­dusen sekaligus konsumen akan menjerit karena tidak ada keberpihakan untuk menyejahterakan mereka.
(b).  Impor bawang merah ternyata cukup memberikan ruang tersendiri bagi para pemburu rente untuk ikut bermain, dimana harga impor bawang rnerah yang selalu di bawah US$1 per kg ketika sampai di pa­sar domestik bisa lebih tinggi dari US$1 per kg. 
Har­ga komoditas bawang putih juga setali tiga uang dengan bawang merah melambung tinggi yang seolah-olah ialah siklus harga tahunan.
Impor  bawang putih -- harnpir 80% lebih tergantung pada impor-- yang menun­jukkan kecenderungan semakin meningkat dari wak­tu ke waktu dengan rata-rata kenaikan per tahun sekitar 20,2% dengan nilai yang semakin meningkat hingga mencapai US$272 juta.
Pasar impor bawang putih inilah yang mendorong berbagai kecurigaan adanya permainan dan kartel yang gilirannya mampu mengontrol harga. Terlebih Indone­sia yang sangat-sangat tergantung pemenuhan domestik dari pasokan impor.

Upaya penanggulangan
Presiden SBY Kecewa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kecewa terhadap kinerja Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan dalam menanggani lonjakan harga bawang merah, bawang putih, dan daging sapi.  Dalam menyelesaikan masalah kenaikan harga yang tidak wajar, SBY juga meminta para menteri tidak tidur. Karena, rakyat memerlukan kepastian atas solusi yang dilakukan kementrian dan lembaga-lembaga terkait.  
SBY menilai belum melihat adanya langkah kongret untuk mengatasi lonjakan harga bawang, bahkan ujarnya dia mendengar antara kementrian yang satu dengan yang lain saling menyalahkan, hal ini menurutnya buruk.  Untuk mengatasi masalah atau kestabilan harga ini maka kementrian bisa duduk bersama dan berbicara dengan pemerintah daerah, yaitu gubernur, bupati dan wali kota.
SBY pada pertemuan dengan para pemimpin redaksi dari belasan media massa (15/3) sempat menyinggung masalah melambungnya harga bawang merah dan bawang putih, dia bercerita sudah memarahi para menteri maupun pejabat terkait yang mengurusi masalah bawang saat sidang kabinet terbatas pada Kamis (14/3).
Tanggapan Menteri Pertanian
Dalam rapat bilateral dua Kementerian ini, Suswono mengatakan bahwa sudah ada kesepakatan tentang bagaimana mengatasi supply bawang putih dan bawang merah yang kurang di pasaran sehingga menyebabkan dua harga komoditas ini menjadi melonjak.
Selain itu, dua Kementerian ini juga sudah sepakat untuk menjadikan perizinan menjadi satu atap -- apakah secara fisik atau secara online khususnya soal rencana impor bawang putih  -- yang akan diputuskan pada rapat koordinasi dengan Menteri Perekonomian Hatta Rajasa
Jurus Kementerian Perdagangan
Untuk mengendalikan harga bawang putih di dalam negeri, Kementerian Perdagangan akan menerbitkan Surat Persetujuan Impor (SPI) importir yang melakukan importasi bawang putih. Kemendag telah menerbitkan SPI berdasarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang diajukan Kementerian Pertanian.
SPI (prosedur, lihat data dan batasan) yang diterbitkan itu tercatat sebanyak 134,6 ribu ton untuk 92 perusahaan Importir Terdaftar (IT) atau 84,15% dari total kebutuhan periode Januari-Juni (Semester I), yakni sebesar 160.000 ton.
Dengan diterbitkannya SPI itu, diharapkan dalam waktu kurang lebih 10-14 hari, pasokan bawang putih bisa segera bertambah dan pada akhirnya membantu menurunkan harga bawang putih di pasaran.
Kemendag akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk kelancaran arus barang dan distribusi dari empat pelabuhan, yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar), dan Tanjung Perak (Surabaya).
Namun, Kemendag terus bersinergi dengan Kementan dalam mendorong produksi bawang putih lokal melalui permintaan konsumen dengan meningkatkan edukasi kepada konsumen agar dapat mendiversifikasi permintaan mereka terhadap bawang putih lokal yang saat ini kurang diminati.
Melepas stok ke pasar
Sebagai langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga bawang putih di pasaran, maka pemerintah melalui Kemendag bersama Kementan akhirnya melepas ke pasar tanggal 15 Maret 2013 (39 kontainer) dan mulai 19 Maret 2013 melepas 293 kon­tainer bawang putih yang masih tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur (18/3/2013), dimana para importir telah sepakat melepas bawang putih ke distribu­tor dengan harga Rp15 ribu per kilogram.
"Dari 332 kontainer, 39 sudah dilepas Jumat (15/3). Dari situ sudah terjadi penu­runan harga hingga 15%," jelas Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam konferensi pers bersama Menteri Pertanian Suswono di Kantor Kemendag (18/3).
Pelepasan kontainer bawang putih itu dilakukan setelah surat keputusan Mendag dan peraturan Mentan ditandatangani.
Kartel
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan pihaknya pada Jumat (22/3) memanggil 11 importir produk hortikultura yang diduga melakukan pelanggaran impor dan kartel.  Pemanggilan ini didasarkan atas hasil investigasi KPPU, yakni terdapat 394 kontainer bawang putih yang RIPH dan surat persetujuan impornya tidak diurus.
"Mereka diindikasikan melanggar ketentuan Pasal 19 UU No 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat."

Semoga bawang merah dan bawang putih ini kompak dan berbaikan untuk sama-sama kembali ke harga yang terjangkau oleh masyarakat baik sebagai produsen, konsumen maupun mata rantai ekonomi global.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber : bsniskeuangan.kompas.com/read/2013/03/13&15, metrotvnews.com 2013/03/15, Media Indonesia 15&19/3/2013.

Bacaan terkait :
Dampak kenaikan harga bawang
Nasib para perempuan butik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar