Dikemas oleh
Isamas54
Perubahan iklim dan
rusaknya lingkungan hidup bisa mengkibatkan penduduk dunia menghadapi krisis
air pada 2020.
Air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan semua
makhluk hidup termasuk manusia, selain itu air juga sangat diperlukan untuk kegiatan
komersial seperti industri, pertanian, perikanan dan usaha perkotaan lainnya.
Stock air dunia
Berdasarkan Jeffreis dan Mills (1996) : Bumi tercipta sebagai
sebuah satelit yang diselimuti air, akan tetapi diantaranya ternyata 97,3%
berupa air laut yang tidak bisa dikonsumsi makhluk hidup dan hanya sekitar 3%
yang berupa air tawar, dengan rincian air tawar yang tersedia di sungai, danau,
dan air tanah untuk dimanfaatkan manusia hanya 0,5%, diantaranya air tawar yang
memadai untuk konsumsi hanya 0,003%.
Akibat perubahan
iklim dan rusaknya lingkungan hidup, penduduk dunia diperkirakan menghadapi
krisis air pada 2020, yaitu 1 dari 4 orang di dunia kekurangan air minum dan 1
dari 3 orang tidak dapat sanitasi layak. Dikhawatirkan, pada abad ke-21, air
menjadi masalah besar dunia karena krisis meningkat.
Berdasarkan data
PBB, jumlah penduduk dunia saat ini mencapai 7 miliar, setiap tahunnya penduduk
dunia bertambah hampir 80 juta orang, dan 90% di antaranya (sekitar 72 juta)
berada di negara-negara berkembang. Kebutuhan
air dunia tumbuh 64 miliar juta meter kubik per tahun. Jumlah itu setara dengan
kebutuhan seluruh negeri Mesir dalam satu tahun.
Selama 50 tahun
terakhir, pemanfaatan air dari sungai, danau, dan air tanah mencapai tiga kali
lipat untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk. Rata-rata, 70% air tersebut
dimanfaatkan untuk pertanian dan di negara berkembang kebutuhan air untuk pertanian
mencapai 90%.
Menurut Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, : (a). Petani
nantinya perlu menanam 70 persen lagi pangan, sementara standar hidup yang
meningkat berarti setiap individu akan memiliki tuntutan daging dan makanan
yang lebih banyak. (b). Perubahan iklim
akan mempengaruhi secara drastis produksi pangan di Asia Selatan dan Afrika
Selatan antara sekarang dan 2030 serta sampai 2070 tekanan terhadap air juga
akan terasa di Eropa selatan dan tengah.
Dengan demikian, maka apabila selanjutnya tidak ada upaya
maksimal dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah itu maka 2/3 penghuni bumi
akan kekurangan air pada 2050.
Indonesia
Meskipun Indonesia tercatat sebagai negara keempat terkaya di dunia dilihat dari total sumber daya air
yang terbarui setelah Brasil, Rusia, dan Kanada, tatkala musim kering tiba, terjadi
juga krisis air di banyak daerah di Tanah Air yang telah menimbulkan persoalanya
semakin serius
Curah hujan di wilayah Indonesia 1000-4000 mm/tahun atau dapat dikatakan 2
– 22 mm/hari, angka ini merupakan suatu potensi yang sangat baik sebagai
ketersediaan sumberdaya air. Namun permasalahan
utamanya adalah hujan ini tidak turun
setiap hari (ada musim
kemarau dan musim hujan), dimana rata-rata musim ini akan berlangsung selama 6 bulan untuk
pulau-pulau besar di Indonesia sedangkan untuk pulau kecil bisa mencapai 220
hari hujan dalam satu tahun (BMG,, 2006). Hal
inilah yang menjadi penyebab utama ketidakseimbangan dalam ketersediaan air di
Indonesia (water imbalance), sehingga sering terdengar
istilah `Banjir di kala Hujan dan Kekeringan di Kala Kemarau`.
Indonesia mengalami
krisis air sejak 1995, yaitu untuk wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dimana
terjadi defisit air selama tujuh bulan pada musim kemarau dan surplus air hanya
selama lima bulan ketika musim penghujan.
Sejak 2003, terdapat 77% kabupaten/kota di Jawa yang memiliki defisit
air selama 1-8 bulan dalam setahun, bahkan 36 kabupaten/kota defisit air 5-8
bulan dalam setahun.
Potensi air pada
2020 hanya 35% yang layak dikelola, yaitu 400 m3/kapita/tahun, angka ini jauh
dari standar minimum dunia 1.100 m3/kapita/tahun.
Kebutuhan
dan sumber air
Sumberdaya air di Indonesia, terbagi menjadi 3 jenis yaitu : sumberdaya air
hujan, air permukaan dan air tanah. Hal ini berbeda untuk Jepang misalnya yang
memiliki 4 musim sumberdaya air dengan
tambahan sumberdaya air yang berasal dari salju. Khusus untuk
kebutuhan jenis air minum maka secara umum memerlukan air dengan kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan kebutuhan jenis air untuk lainnya.
Solusi
Menurut Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, (31/8/2012) : (a). Distribusi air, hujan buatan, dan pengeboran
sumur merupakan solusi singkat yang tidak akan mengatasi masalah dengan tuntas.
(b).
Adapun cara mengatasinya yaitu harus melalui penyediaan air secara
besar-besaran dengan pembangunan waduk, bendung, embung, dan pengelolaan daerah
aliran sungai (DAS).
Hal ini tentunya diperlukan dukungan politik, dana, dan
partisipasi masyarakat yang besar.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber
: geotek.lipi.go.id, Republika 12/3/2012, Media Indonesia
1&5/9/2012
KALUAU BISA PUN SAYA BERHARAP AIR TIDAK ADA LAGI DI MUKA BUMI INI,KARENA SAYA BENCI LAMA-KELAMAAN DENGAN MANUSIA YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB.SEMENA2NYA SAJA MENEBANG HUTAN DAN MEMBAKARNYA.HANYA KARENA MATERI YANG DIHASILKAN CUMA BUAT HIDUPNYA SENDIRI,DAN TIDAK MEMIKIRKAN KEDEPANNYA BAGAIMAN KELANGSUNGAN BUMI KITA,HANYA MANUSIA YANG HINA-LAH YANG SESUKA HATINYA MERUSAK HUTAN,DAN MEMBANGUN BESAR2RAN DEMI USAHA DUNIAWINYA,TIDAK DI FIKIRKAN KELAK ANAK CUCUNYA HANYA MENDAPAT KEHIDUPAN YG PENUH DENGAN MUSIBAH.
BalasHapus