Kamis, 06 September 2012

Dunia Terancam Krisis Air pada 2020


Dikemas oleh Isamas54
Perubahan iklim dan rusaknya lingkungan hidup bisa mengkibatkan penduduk dunia menghadapi krisis air pada 2020.

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia, selain itu air juga sangat diperlukan untuk kegiatan komersial seperti industri, pertanian, perikanan dan usaha perkotaan lainnya.

Stock air dunia
Berdasarkan Jeffreis dan Mills (1996) : Bumi tercipta sebagai sebuah satelit yang diselimuti air, akan tetapi diantaranya ternyata 97,3% berupa air laut yang tidak bisa dikonsumsi makhluk hidup dan hanya sekitar 3% yang berupa air tawar, dengan rincian air tawar yang tersedia di sungai, danau, dan air tanah untuk dimanfaatkan manusia hanya 0,5%, diantaranya air tawar yang memadai untuk konsumsi hanya 0,003%.
Akibat perubahan iklim dan rusaknya lingkungan hidup, penduduk dunia diperkirakan menghadapi krisis air pada 2020, yaitu 1 dari 4 orang di dunia kekurangan air minum dan 1 dari 3 orang tidak dapat sanitasi layak. Dikhawatirkan, pada abad ke-21, air menjadi masalah besar dunia karena krisis meningkat.
Berdasarkan data PBB, jumlah pen­duduk dunia saat ini mencapai 7 miliar, setiap tahunnya penduduk dunia bertambah hampir 80 juta orang, dan 90% di antaranya (sekitar 72 juta) berada di negara-negara berkembang.  Kebutuhan air dunia tumbuh 64 miliar juta meter kubik per tahun. Jumlah itu setara dengan kebutuhan seluruh negeri Mesir dalam satu tahun.    
Selama 50 tahun terakhir, pemanfaatan air dari sungai, danau, dan air tanah mencapai tiga kali lipat untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk. Rata-rata, 70% air tersebut dimanfaatkan untuk pertanian dan di negara berkembang kebutuhan air untuk pertanian mencapai 90%.
Menurut Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, :  (a).  Petani nantinya perlu menanam 70 persen lagi pangan, sementara standar hidup yang meningkat berarti setiap individu akan memiliki tuntutan daging dan makanan yang lebih banyak. (b).  Perubahan iklim akan mempengaruhi secara drastis produksi pangan di Asia Selatan dan Afrika Selatan antara sekarang dan 2030 serta sampai 2070 tekanan terhadap air juga akan terasa di Eropa selatan dan tengah. 
Dengan demikian,  maka apabila selanjutnya tidak ada upaya maksimal dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah itu maka 2/3 penghuni bumi akan kekurangan air pada 2050.

Indonesia
Meskipun Indonesia tercatat sebagai negara keempat terkaya  di dunia dilihat dari total sumber daya air yang terbarui setelah Brasil, Rusia, dan Kanada, tatkala musim kering tiba, terjadi juga krisis air di banyak daerah di Tanah Air yang telah menimbulkan persoalanya semakin serius
Curah hujan di wilayah Indonesia 1000-4000 mm/tahun atau dapat dikatakan 2 – 22 mm/hari, angka ini merupakan suatu potensi yang sangat baik sebagai ketersediaan sumberdaya air.  Namun permasalahan utamanya  adalah hujan ini tidak turun setiap hari (ada musim kemarau dan musim hujan), dimana rata-rata musim ini akan berlangsung selama 6 bulan untuk pulau-pulau besar di Indonesia sedangkan untuk pulau kecil bisa mencapai 220 hari hujan dalam satu tahun (BMG,, 2006).  Hal inilah yang menjadi penyebab utama ketidakseimbangan dalam ketersediaan air di Indonesia (water imbalance), sehingga sering terdengar istilah `Banjir di kala Hujan dan Kekeringan di Kala Kemarau`.
Indonesia mengalami krisis air sejak 1995, yaitu untuk wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dimana terjadi defisit air selama tujuh bulan pada musim kemarau dan surplus air hanya selama lima bulan ketika musim penghujan.  Sejak 2003, terdapat 77% kabupaten/kota di Jawa yang memiliki defisit air selama 1-8 bulan dalam setahun, bahkan 36 kabupaten/kota defisit air 5-8 bulan dalam setahun.
Potensi air pada 2020 hanya 35% yang layak dikelola, yaitu 400 m3/kapita/tahun, angka ini jauh dari standar mini­mum dunia 1.100 m3/kapita/tahun.
Kebutuhan dan sumber air
Sumberdaya air di Indonesia, terbagi menjadi 3 jenis yaitu : sumberdaya air hujan, air permukaan dan air tanah. Hal ini berbeda untuk Jepang misalnya yang memiliki 4 musim sumberdaya air  dengan tambahan sumberdaya air yang berasal dari salju.  Khusus untuk kebutuhan jenis air minum maka secara umum memerlukan air dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kebutuhan jenis air untuk lainnya.
Solusi
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),  Sutopo Purwo Nugroho, (31/8/2012) : (a).  Distribusi air, hujan buatan, dan pengeboran sumur merupakan solusi singkat yang tidak akan mengatasi masalah dengan tuntas.  (b).  Adapun cara mengatasinya yaitu harus melalui penyediaan air secara besar-besaran dengan pembangunan waduk, bendung, embung, dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). 
Hal ini tentunya diperlukan dukungan politik, dana, dan partisipasi masyarakat yang be­sar.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber : geotek.lipi.go.id, Republika 12/3/2012, Media Indonesia 1&5/9/2012

1 komentar:

  1. KALUAU BISA PUN SAYA BERHARAP AIR TIDAK ADA LAGI DI MUKA BUMI INI,KARENA SAYA BENCI LAMA-KELAMAAN DENGAN MANUSIA YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB.SEMENA2NYA SAJA MENEBANG HUTAN DAN MEMBAKARNYA.HANYA KARENA MATERI YANG DIHASILKAN CUMA BUAT HIDUPNYA SENDIRI,DAN TIDAK MEMIKIRKAN KEDEPANNYA BAGAIMAN KELANGSUNGAN BUMI KITA,HANYA MANUSIA YANG HINA-LAH YANG SESUKA HATINYA MERUSAK HUTAN,DAN MEMBANGUN BESAR2RAN DEMI USAHA DUNIAWINYA,TIDAK DI FIKIRKAN KELAK ANAK CUCUNYA HANYA MENDAPAT KEHIDUPAN YG PENUH DENGAN MUSIBAH.

    BalasHapus