Jumat, 08 Juni 2012

MRT, Angkutan Masal di Jakarta (Bagian 2 - Tamat)


Dikemas oleh : Isamas54
Pembangunan MRT diharapkan akan mengurangi kemacetan kota Jakarta, apabila hal ini terealisir dengan baik!.

Ganti rugi
Tidak banyak pembebasan lahan dilakukan berkaitan dengan MRT, yang paling luas di depo Lebak Bulus dan kawasan ini pun sebagian besar aset pemerintah, sedangkan di koridor pembebasan lahan hanya yang dekat stasiun.
Sekarang sudah ada peraturan baru yang bisa mencari jalan tengah dalam pembebasan ta­nah sehingga warga tidak dirugikan.  Pem­prov DKI Jakarta akan bersikap terbuka untuk mediasi namun meminta warga untuk ti­dak termakan isu permainan harga tanah.  
Penawaran pemerintah untuk ganti ragi pembebasan lahan di Fatmawati berkisar Rp 10 juta per meter persegi. Padahal, harga jual rata-rata sudah mencapai Rp 25 juta-Rp 30 juta per meter per­segi.
Di luar isu permainan ganti rugi pembebasan tanah atau potensi gangguan pada aktivitas keseharian di Fatmawati, warga sebenarnya menginginkan pembangunan transportasi massal. yang tepat.  MRT tahap pertama ibaratnya sebuah pilot project (proyek percontohan). Kalau perencanaan dan realisasinya bagus, tahap-tahap selanjutnya pasti ba­gus.

Lebih baik terlambat daripada tidak
Pembangunan transportasi massal di Jakarta sudah amat terlambat, seharusnya jaringan transportasi massal ini telah dibangun sejak 30 tahun silam sehingga kebutuhan mobilitas warga saat ini terpenuhi, kemacetan dan segala problem lalu lintas sesuai perkembangan dan pertumbuhan kota sudah diantisipasi.
Sekarang sudah banyak contoh pembangunan MRT di kota-kota besar di dunia, seharus­nya kita belajar dan menentukan yang terbaik bagi kota Ja­karta serta perkembangannya di masa depan.

Meniru MRT Singapura
Semua dilakukan dengan mesin sehingga tidak ada petugas tiket yang melayani penumpang. Penumpang tinggal menekan stasiun tujuan dan mendapatkan pemberitahuan berapa biaya yang harus dibayarkan ke dalam mesin, mesin hanya menerima uang kertas atau uang logam Singapura.
Lebih murah dan cepat 

Biaya perjalanan sesuai jarak tempuh. Biaya termahal dari stasiun ujung ke ujung S$2,2 atau sekitar Rpl6 ribu. Jarak Antar armada ialah 3,5-5 menit.
Stasiun Bugis menuju dementi yang melewati 11 stasiun hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Dengan menggunakan MRT, selain eftsien waktu, juga lebih murah. Sebagai perbandingan, biaya naik taksi dari Bugis menuju dementi mencapai S$14.
Lokasi stirategis di Singapura yang dapat dijangkau dengan MRT meliputi Orchard, Somerset, City Hall, Raffles Place, Bugis, China Town, Esplanade, Bayfront, dan Marina Bay. Biaya karcis hanya S$1-S$2.
Tarifnya jauh lebih murah daripada menggunakan kendaraan pribadi atau naik taksi.  Pemerintah Singapura mengenakan S$4 setiap kali melewati wilayah electronic road pricing bagi peengndara kendaraan pribadi pada hari kerja.
Biaya itu belum termasuk tarif parkir yang mahal di gedung-gedung. Berbeda pula bila parkir di fasilitas park and ride yang terintegrasi dengan MRT.
Sistem operasional
Sistem tiket MRT Jakarta nantinya akan diberlakukan seperti MRT Singapura, namun untuk tahap awal akan disediakan mesin sekaligus kasir.  Selain itu sistem keamanan juga akan dicontoh yang salah satunya adalah menggunakan pintu kaca yang memisahkan peron dengan lintasan rel dan memasang CCTV, baik di peron maupuri rangkaian kereta.

Biaya pinjaman
Proyek ini dibiayai oleh pinjaman luar negeri sehingga dalam penggunaannya harus sangat hati-hati.  Di luar segala pertimbangna teknis tersebut kemungkinan alasan utamanya pemerintah adalah terfokus pada hitung-hitungan ekonomis berupa pinjaman dari Jepang senilai Rp 17 triliun untuk pembangunan MRT tahap pertama.
Mengingat MRT adalah mimpi yang ingin diwujudkan, Pemprov DKI berani mengambil tanggung jawab beban 58 persen dari pinjaman Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA). Fauzi menegaskan, apabila Ja­karta tidak berani mengambil alih tanggung jawab yang lebih besar dari pemerintah pusat, pro­yek itu tidak akan jalan.
Pembangunan MRT di mana pun selalu mahal. Karena itu, harus pemerintah yang membangunnya dengan pinjaman lunak, bukan pinjaman komersial. Un­tuk pembangunan MRT, JICA memberikan pinjaman lunak sebesar Rp 17 triliun. Pinjaman ini dilunasi dalam waktu 40 tahun, tetapi 10 tahun pertama pemerintah hanya membayar bunga sebesar 0,2 persen per tahun. Setelah 10 tahun, pinjaman Rp 17 triliun dicicil selama 30 tahun ditambah dengan bunga
Karena pinjaman ini berasal dari Jepang, ada ketentuan pembangunan MRT harus memakai perusahaan Jepang bekerja sama dengan perusahaan lokal. Untuk perusahaan lokal yang ikut semuanya adalah perusahaan BUMN.  Selain tender konstruksi, PT MRT Jakarta juga akan membuka tender pcngadaan kereta dan sistem pengaturan lalu lintas MRT, seperti sinyal dan waktu kedatangan.

MRT Siap Dibangun
Apabila sesuai jadwal, setelah dimulainya persiapan pembangunan, pada bulan Oktober 2012 diumumkan pemenang ten­der. Awal 2013 sudah dimulai pekerjaan konstruksi.
Saat ini kajian untuk koridor timur-barat, Cikarang-Balaraja, juga sudah selesai dilakukan.
Dalam proyek MRT, Pemprov DKI Jakarta menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi agar pembangunan ini berada pada rel yang benar. "MRT itu mimpi warga kota Jakarta karena itu harus diwujudkan dengan be­nar," tegas Fauzi Bowo.

Budaya baru
De­ngan adanya MRT maka akan muncul budaya baru antara lain :
(a).  Adanya kalangan masyarakat pengguna MRT dimana mereka akan terbiasa berjalan kaki, lebih banyak bertemu dengan orang lain, serta akan meninggalkan kendaraannya di rumah dan beralih ke angkutan umum.
(b).  Akan muncul banyak dampak ikutan yang positif de­ngan keberadaan MRT, seperti pertumbuhan ekonomi, budaya berjalan kaki, udara yang makin bersih, akan menjadi nilai tambah yang sangat menguntungkan bagi Ja­karta.
(c).  Tingkat kecemasan atau kegalauan warga akan berkurang, minimal yang diakibatkan oleh kemacetan kota.

SELESAI

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : Kompas tgl. 28 Maret 2012; Media Indonesia tgl. 20 April 2012; Kompas, 27 April 2012

Bacaan sebelumnya : Bagian 1

Bacaan terkait : Sistem Transportasi Perkotaan di Beberapa Negara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar