Perlambatan ekonomi
dinilai terjadi akibat ketidaksigapan pemerintah merespons keadaan perekonomian
dunia
Oleh : Ayyomi
Amindoni
Pemerintah
menyatakan pesimistis dapat mencapai target ekspor 2012 sebesar US$230 miliar.
Pasalnya, kinerja ekspor triwulan 1 2012 secara tahunan (yoy) mengalami
pertumbuhan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Data
Ekspor-Impor
2012 (USS Miliar)
(Mar
2012 – Jan s/d Mar 2012)
Ekspor : 17,26 -
48,53 (migas 3,50- 10,00 dan nonmigas 13,76 - 38,53)
Impor : 16,43 -
45,85 (migas 3,93 - 10,44 dan nonmigas
12,50 - 35,41)
Keterangan: (a). Maret
2012 surplus US$1 miliar (b). Januari-Maret 2012 surplus US$3 miliar
Komoditas
Ekspor Indonesia yang Naik
Produk
(Kenaikan)
Lemak dan minyak
nabati (47,7%)
Kendaraan dan
bagiannya (37,2%)
Ikan dan udang (31,7%)
Kayu dan barang
dari kayu (22,1%)
Mesin-mesin/pesawat
mekanik (19,8%)
Berbagai produk
kimia (8,0%)
Alas kaki (7,8%)
Pertumbuhan Ekspor
(Triwulan I 2011 dan Triwulan I 2012) : China (26,4% - 7,6%), Korsel (29,6% - 3,0%),
Jepang (12,9% - 1,8%), Brasil (30,6% - 7,5%).
Target
Perdagangan Indonesia
Negara :
Populasi/Jiwa dan Nilai 2011
Amerika Selatan :
400 juta - US$1 triliun
Eropa Timur : 400
juta - US$2,3 triliun
Afrika bagian
selatan : 160juta
: US$300 miliar
Asia Tengah : 75 juta - US$150 miliar
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menegaskan hal
itu seusai analisis ekspor Indonesia di Kementerian Perdagangan, kemarin,
Kemendag pun kini mengkaji untuk merevisi target ekspor tersebut, Evaluasi
target ekspor dipilih lantaran melihat pertumbuhan ekspor triwulan I 2012, jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, mengalami penurunan
dari 27% menjadi 6,8%.
Kondisi ekonomi global dan pertumbahan ekonomi di pasar
tradisonil membuat
ekspor Indonesia juga mengalami perlambatan. Karena itu, Kemendag
mempertimbangkan penetapan target ekspor sesuai dengan pencapaian ekspor 2011
sebesar US$203 miliar.
"Kami sedang
kaji apakah US$2 miliar perlu direvisi atau tidak. Mendag (Menteri Perdagangan)
bilang kalau sudah bisa mencapai sama seperti tahun lalu sebesar US$203 miliar,
sudah bagus. Tampaknya situasi ini cukup berat," ungkap Bayu.
Secara siklus
triwulanan, ekspor triwulan IV dan I memang selalu lebih rendah. Biasanya,
masih kata Bayu, pada triwulan II angkanya bisa meningkat dan pada triwulan III
bisa mencapai tingkat pertumbuhan lebih baik. Namun, akibat kondisi ekononmi
dunia yang penuh ketidakpastian, perlambatan ekspor diperkirakan akan terus
terjadi pada triwulan II 2012
Terus melambat
Senada dengan Bayu,
Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gumawan memprediksi pertumbuhan ekonomi akan
terus melambat sepanjang tahun, lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi
triwulan pertama
yang 6,3%.
Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun diprediksi menjadi 6,14% akibat melambatnya
ekspor serta potensi melambatnya konsumsi masyarakat karena inflasi meningkat.
Anton melihat pada
laporan triwulan pertama Badan Pusat Statistik, perlambatan pertumbuhan ekonomi
lebih banyak didorong investasi yang tidak sederas triwulan pertama tahun lalu.
Konsumsi masyarakat belum turun terlalu jauh walaupun inflasi sudah naik
perlahan.
Head of Global
Markets of HSBC Indonesia All Setiawan mengatakan perturnbuhan ekonomi di 6,3%
berada di atas ekspektasi HSBC Group. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi
dapat bertahan di atas 6% jika kondisi dunia tidak melambat atau memburuk lebih
parah daripada sekarang.
Kepala Pusat Studi
Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono menilai
pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 diperkirakan akan lebih rendah
daripada pertumbuhan ekonomi 2011 yang mencapai 6,5%. Hal itu disebabkan
ketidaksigapan pemerintah merespons keadaan perekonomian dunia, seperti krisis
ekonomi global dan kenaikan harga minyak dunia.
Keterangan gambar :
sebagai ilustrasi (tambahan) yang diambil dari internet.
Sumber : Media
Indonesia tgl 13 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar