Senin, 26 September 2011

Wisata Jakarta (1) : Monumen Nasional

Monumen Nasional atau disingkat Monas dalah merupakan salah satu monument di tengah kota Jakarta yang selalu ramai dikunjungi wisatawan terlebih hari libur yaitu untuk melihat keindahan kota Jakarta dari puncak monumen, berolahraga bersama teman dan keluarga, menikmati taman yang indah dengan berbagai pepohonan yang rimbun dan asri, atau menikmati hiburan air mancur yang menarik.

Saat ini Monas adalah merupakan tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang juga di areal ini terdapat hutan kota seluas 80 hektar .

Sejarah
Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959,  diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1961 dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.  Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno.
Taman hutan kota di sekitar Monas dahulu dikenal sebagai Lapangan Gambir, sempat berubah nama beberapa kali menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas dan kemudian menjadi Taman Monas.

Monumen utama
Tinggi Monas : 132 meter, berbentuk lingga yoni, seluruh bangunan dilapisi marmer.


Lidah Api.  Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu tinggi 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton.  Lidah api dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api terdiri atas 77 bagian yang disatukan.
Pelataran Puncak.  Luasnya 11x11 m, untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit, di sekeliling lift terdapat tangga darurat.  Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta, bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.
Pelataran Bawah.  Luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung bisa melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.
Museum Sejarah Perjuangan Nasional.  Terletak di bagian bawah Monas. Tinggi 8 meter. Menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas museum 80x80 m.  Keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang bangsa Indonesia hingga G30S PKI.
Dalam bangunan Monas ditampilkan rencana pembangunan kota Jakarta dan direncanakan ditampilkan bendera pusaka dan naskah proklamasi asli di

Taman Monas


Merupakan sebuah hutan kota yang dirancang dengan taman yang indah seluas 80 ha, dalam kawasan ini terdapat :
Obyek wisata :  (a).  Rusa yang sengaja didatangkan dari Istana Bogor. (b). kolam air mancur menari (sangat menarik untuk ditonton pada malam hari)  dimana  air mancur akan bergerak dengan liukan yang indah sesuai alunan lagu yang dimainkan dan ada juga pertunjukkan laser berwarna-warni pada air mancur ini. (c).  kereta wisata


Fasilitas kesehatan dan olahraga : di taman ini disediakan batu-batuan yang cukup tajam (pijat refleksi), fasilitas lainnya beberapa lapangan futsal dan basket yang bisa digunakan siapapun.
Taman ini bebas dikunjungi siapa saja dan terbuka secara gratis untuk umum.
Wisata Monas

Transportasi dan pintu masuk
Jenis transportasi menuju wilayah ini : (a). kereta api, dapat menggunakan KRL Jabodetabek jenis express yang berhenti di Stasiun Gambir. (b). Bus Trans Jakarta, (c).  kendaraan pribadi, tersedia lapangan parkir khusus IRTI atau parkir di Stasiun Gambir.
Pintu masuk yaitu di sekitar patung Pangeran Diponegoro, lalu melalui lorong bawah tanah untuk masuk ke Monas, atau dapat melalui pintu masuk di pelataran Monas bagian utara.
Jam buka Monas adalah jam 9.00 pagi hingga jam 16.00 sore.

Lain-lain


Berat emas di puncak tugu monas seberat 38 kg emas, diantaranya seberat 28 kg sumbangan dari Teuku Markam (salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya di Indonesia).  Selain itu dia juga antara lain  ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. Tidak hanya di zaman Soekarno saja beliau sangat berjasa dalam kemajuan ekonomi Indonesia, tapi di zaman Orba (Orde Baru) juga.  Sebut saja pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain adalah bantuan lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia.
Teuku Markam turunan Uleebalang. lahir tahun 1925, di kampung Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. ayahnya bernamaTeuku Marhaban.


Catatan :  Apabila berkunjung ke Monas dan sekitarnya jangan lupa menjaga kebersihan agar tetap indah untuk dapat dinikmati siapapun.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber editing bacaan :  kumpulan.info dan gugling.com  18/9/2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar