Minggu, 20 Maret 2011

Data Kriminalitas Tahun 2005 s/d 2010


Data kejahatan atau kriminalitas untuk tahun 2005 s/d 2010 yang  antara lain terjadi di kota-kota besar.
Data tahun 2010
Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman dalam laporan akhir tahun di Jakarta (28/12/2001) :
Peristiwa kriminal di Ibu Kota sepanjang 2010 secara kuantitas menurun, namun kualitasnya naik khususnya dengan menggunakan senjata api.  Tahun 2009, terjadi sebanyak 57.038 kasus sedangkan pada 2010 sebanyak 55.006 (turun 2.032 kasus atau 3,56 %).
Modus :
Salah satu kejahatan bersenjata api yang menonjol adalah perampokan toko emas di Bukit Duri, Tebet, Jaksel, pada Agustus 2010, dengan pelaku berjumlah 14 orang. 
Setelah ditelusuri, kejahatan bersenjata api meningkat karena adanya bengkel-bengkel tertentu yang dapat membuat senjata rakitan meski peluru belum dapat dibuat mereka.  Polisi sebelumnya pernah mengungkap kasus pembuatan senjata api di Cianjur, Jawa Barat. Pelaku membuka usaha bengkel las dan bengkel perakitan senjata api lengkap dengan mesin bubut.
Penangkapan
Polisi sendiri sudah menangkap hampir semua pelaku, tapi belum dapat mengungkap asal senjata yang digunakan.

Pembunuhan.  Tahun  2010 meningkat (79 kasus) dibandingkan tahun 2009 (75 kasus).
Pencurian kendaraan bermotor yang pada 2009  (8.229 kasus), meningkat 2010 (8.649 kasus).
Perjudian.  pada 2009 (934 kasus), meningkat pada 2010 (974 kasus).
Jajaran Polisi dapat menyelesaikan kasus sebanyak 55% dari laporan masyarakat dan penyelidikan yang dilakukan polisi.

Data sebelumnya …
Jalanan kota besar di Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta dianggap paling rawan kejahatan. Catatan sepanjang Januari hingga Februari (tahun 2009), dari 31 kepolisian daerah di Indonesia :
Tahun 2008 (s/d Pebruari 2009) :
Kasus kejahatan jalanan di Jakarta terungkap yang paling tinggi (992 kasus), selanjutnya diikuti Surabaya, Yogyakarta, Makassar, dan Palembang.  Total kasus street crime di Indonesia pada periode tersebut mencapai 5.285 kasus (terbesar pencopetan 193 kasus), pemerasan (792 kasus), pencurian dengan kekerasan (855 kasus). Selebihnya berupa perjudian, minuman keras, atau narkoba.

Data tahun 2007
Setahun sebelumnya, lagi-lagi Jakarta menjadi penyumbang terbesar kategori sama. Data Polda Metro Jaya yang dilansir pada Desember 2007 menunjukkan terjadi peningkatan kriminalitas jalanan (sebesar 2,71 persen) dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2006 (59.376 kasus), tahun 2007 (60.983 kasus). Bentuk dan urutan dominasi kejahatan hampir serupa dengan periode dwiwulan pertama 2009.

Tahun 2005
Jakarta juga memimpin sebagai kota terawan di Indonesia. Angka kriminalitas jalanan ketika itu tidak genap 55.000 kasus, dimana kasus penganiayaan berat dan pencurian kendaraan bermotor mendominasi, sedangkan pencurian dengan kekerasan turun (162 kasus), meski kualitasnya tidak menurun. Kasus pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan korban meninggal dunia juga masuk sebagai penyebab utamanya.

Wilayah Jakarta Timur dianggap sebagai kawasan yang paling rawan kejahatan, rata-rata di atas 400 kasus per bulan. Selanjutnya diikuti Jakarta Barat dengan rata-rata 180 kasus. Diikuti wilayah hukum Tangerang yang biasanya tidak lebih dari 150 kasus setiap bulannya.

Bila dirata-rata, Jakarta mengalami peningkatan street crime sebesar 2-3 persen setiap tahunnya. Sedangkan untuk skala nasional, Ibu Kota berpenduduk hampir 13 juta orang ini menyumbangkan 20 persen dari total kasus kejahatan jalanan tingkat nasional. Meski tempo kejadian tindak kejahatan mengalami penurunan.

Tercatat antara periode 2006 s/d 2008, Jakarta tidak pernah menembus di atas 10 menit terjadinya satu kasus kejahatan jalanan. Pada 2006, misalnya, terjadi street crime setiap 8 menit 51 detik. Sedangkan pada 2007 hanya melorot tipis menjadi setiap 9 menit.

Personil keamanan
Bila direlasikan dengan kekuatan personel polisi, tempo tersebut juga hanya beda tipis dengan 2008, apalagi tren kejahatan 2009 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Pasalnya, jumlah personel Polda Metro Jaya dalam tiga tahun belakangan tidak bertambah secara signifikan. Pada 2007, total personelnya mencapai 27.000 orang dan rasionya masih 1:770 penduduk. Sedangkan pada 2008 hanya bertambah 1.000 personel. Sehingga antara petugas keamanan dan jumlah penduduk yang perlu dilindungi masih jauh dari rasio ideal, yakni 1:300.

Keterangan Gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber : Harian Media Indonesia, 29 Desember 2010 dan koran-jakarta.com … 17/6/2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar