Jumat, 30 November 2012

Penanggulangan Penyakit Karena Nyamuk


Dikemas oleh Isamas54
Dalam pemberantasan nyamuk sebagai binatang yang menularkan penyakit maka salah satu cara pencegahan dan penanggulangannya adalah memutus siklus perkembangbiakannya. Hanya nyamuk betina yang menggigit manusia.


Meski tahun 2010 terjadi terjadi penurunan angka kejadian penyakit akibat nyamuk, namun masyarakat diminta jangan terlena dan lupa dalam mencegah penyakit yang disebabkan jenis binatang kecil ini.
Sebagaiman kita ketahui bahwa beberapa jenis nyamuk bisa menimbulkan beberapa penyakit seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan nyamuk yang menularkan atau vektor utama virus dengue (demam berdarah), nyamuk Anopheles menularkan atau vektor utama virus penyakit malaria di Indonesia maupun di dunia.
Dalam siklus hidup jenis binatang ini membutuhkan media air ketika fase jentik dan senang pada kondisi gelap dan lembab, untuk hal tersebut maka pengetahuan mengenai siklus hidup dan perilaku nyamuk penular penyakit bisa menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan dan program pengendalian vektor (agen perantara penularan penyakit).

Siklus dan perilaku nyamuk
Setiap jenis nyamuk mempunyai tempat hidup untuk tumbuh dan berkembang biak (perindukan) yang  spesifik, tetapi hampir semua jenis nyamuk adalah suka bersarang di lingkungan yang lembab, dingin, dan gelap, misalnya, nyamuk Aedes suka hidup dan berkembang biak pada genangan air jernih yang tidak langsung bersentuhan dengan tanah, nyamuk Anopheles sundaicus perlu habitat air payau, Anopheles aconitus perlu habitat persawahan dengan air jernih yang selalu mengalir.  Hal tersebut perlu diketahui sehingga dapat diupayakan agar tempat-tempat seperti keadaan tersebut bisa dihindari atau terkendali sehingga pertumbuhan dan perkembangan nyamuk bisa terkendalikan dan dapat diketahui upaya pencegahannya sehingga tidak menyebarkan penyakit yang berbahaya. 
Selain itu binatang yang bernama nyamuk ini bisa menjadi vektor (perantara) penyakit cacing (filariasis). 



Penularan
Penularan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina dan dapat menyerang siapa saja meyebabkan penyakit malaria yang bisa berakibat fatal yaitu dari mulai koma, kegagalan multiorgan, hingga kematian.
Beragam kondisi menyebabkan sebuah daerah menjadi endemis malaria, misalnya di Provinsi Bangka Belitung, banyaknya daerah muara sungai, bekas rawa, dan kolam-kolam bekas galian tambang timah yang digenangi air menjadikan daerah tersebut sebagai habitat yang cocok untuk perkembang-biakan nyamuk malaria.  Kondisi serupa terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel). Lubang-lubang galian bekas pendulangan emas yang ada di sepanjang daerah aliran sungai menjadi sarang berkembang biak nyamuk Anopheles.  Selain itu cuaca buruk ikut mempengaruhi mengganasnya serangan penyakit malaria di sejumlah wilayah.



Data nasional
Meski secara nasional pemerintah memang berhasil menekan jumlah kasus malaria dalam beberapa dekade belakangan.yairu dari 4,96 per 1.000 penduduk pada 190 menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada 2010, malaria tetap menjadi persoalan kesehatan nasional yang patut segera diatasi. 
Di Indonesia, daerah endemis dibagi menjadi empat, yaitu endemis tinggi dengan jumlah warga terjangkit parasit malaria (annual parasiit incidence/API) di atas 5 per 1.000 penduduk, endemis sedang dengan API 1-5 per 1.000 penduduk, endemis rendah dengan API kurang dari 1 per 1.000 penduduk, dan daerah nonendcmis.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga 2007 terdapat 396 kabupaten (80%) termasuk daerah endemis malaria.  Adapun daerah berkategori endemis tinggi di Indonesia umumnya berada di wilayah timur, seperti Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan NTT.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, pada 2010 tercatat jumlah penderita sebanyak 6.888 kasus, dengan jumlah penderita tewas mencapai 26 orang, sedangkan tahun ini, hingga Agustus jumlah penderita malariatercatat sebanyak 2.656 kasus dan 15 penderita di antaranya meninggal.
Di Papua Barat, 151 kematian penduduk pada 2010 disebabkan malaria, sedangkan tahun sebelumnya angka kematian akibat malaria ini mencapai 30%.

Penyakit akibat nyamuk dengan berbagai kondisi wilayah
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.  Penyakit ini sudah ditemukan dan diteliti sejak 1638, tetapi hingga kini penyakit ini masih menjadi momok bagi sebagian masyarakat dunia - di sejumlah negara, kasus malaria sudah berhasil dieradikasi - namun di sebagian negara-negara di Afrika dan Asia (termasuk Indonesia) masih belum dapat teratasi.  Banyaknya daerah endemis menyebabkan penyakit ini sulit diberantas.
Pulau Bangka
Sejak zaman penjajahan Belanda, Pulau Bangka dan Belitung memang terkenal sebagai wilayah cadangan timah dimana penambangan di Bangka telah dimulai pada 1711 dan di Belitung sejak 1852. Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Dengan luas mencapai 1.294.050 ha, sekitar 27,56% daratan pulaunya merupakan area kuasa penambangan (KP) timah.
Kolam-kolam bekas galian tambang yang ditinggalkan berkait erat dengan tingginya kasus malaria di Bangka Belitung - masuk ke wilayah endemis menengah -  dimana  kolam-kolam berisi air dan menjadi sarang nyaman bagi nyamuk Anopheles penyebar malaria untuk berkembang biak, yaitu ketika bekas galian sudah berusia belasan tahun dimana  tingkat keasaman airnya sudah menurun sehingga nyamuk bisa bertelur di situ.  Selain karena bekas-bekas penambangan, wilayah Bangka Belitung secara geografis terletak di wilayah pesisir yang banyak rawa dan muara sungai, sehingga secara epide-miologis cocok bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Pariwisata
Sementara itu, kendati masih tergolong tinggi, kasus malaria di Pulau Belitung terhitung lebih rendah jika dibandingkan dengan Pulau Bangka yaitu dengan semakin langkanya timah di Belitung, kegiatan penambangan di pulau Laskar Pelangi ini kian menyusut.
Timah kini tidak menjadi primadona lagi di Belitung dan masyarakat mengalihkan usaha mereka ke bidang pariwisata. Kebetulan Belitung dianugerahi sejumlah pantai non molek.kendati masih di bawah target nasional, yaitu di bawah 1 per 1.000 penduduk, kasus malaria berdasarkan temuan parasit (API) di Belitung umumnya terus menurun. Pada 2008 API di Belitung mencapai 6,29, tapi terakhir, pada 2010, API di Belitung sudah bisa ditekan menjadi 2,7 per 1.000 penduduk. Berita tingginya kasus malaria dapat merusak kunjungan pariwisata karena itu kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan makin tinggi.
Berbagai hal dilakukan untuk mencegah tingginya kasus malaria seperti pembagian kelambu, pengobatan ACT (artemismin combination therapy), pemetaan tempat-tempol induk nyamuk, serta melakukan intervensi mtensil terhadap faktor lingkungan dan perilaku, misalnya membiasakan pola hidup bersih dan sehat.
Kasus malaria memang sempat sering terjadi di wilayah ini. Dulu kalau badan menggigil dan demam, kerabat yang bersangkutan segera mencari dukun desa, yang biasanya dibawa ke dukun dan memberikan obat berupa racikan daun pepaya atau daun brotowali yang tinggal dipetik dari kebun-kebun kampung.  Kadang cukup dengan disembur-sembur air oleh dukun, warga desa sudah yakin penyakit gulugulan (menggigilnya) akan sembuh,
Rentan
Malaria yang menjangkiti ibu hamil, bisa yaitu bisa menyebabkan anemia dimana sel-sel darah merah hancur dirusak plasmodium sehingga dapat menyebabkan kematian ibu hamil, selain itu berisiko membahayakan bayi dalam kandungannya.  Penyakit malaria dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi lahir prematur, kematian di dalam rahim, lahir mati, serta lahir dengan mewarisi penyakit malaria ibunya saat lahir, bahkan pada kasus tertentu, malaria menyebabkan pendarahan otak.
Bahkan, ibu hamil yang menderita malaria bisa menyebabkan anak menjadi bodoh ketika sekolah nanti. Yang membuat prihatin dirinya, prevalensi ibu hamil yang menderita malaria di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur masih mencapai 18%.
Upaya perhatian terhadap orang hamil dapat terlihat di POS kesehatan desa (poskesdes)di Desa Pangkal Lalang, Kabupaten Belitung yang telah menyediakan kelas ibu hamil di salah satu sudut ruangannya yang terkadang banyak terlihat ramai oleh ibu-ibu yang hamil.

Pengendalian lingkungan dan pola hidup masyarakat
Pemerintah sudah memasukkan teknik pengendalian lingkungan dan pola hidup masyarakat ke dalam program pengendalian vektor terpadu yang antara lain :
(1).  Pengendalian lingkungan
(a).  penggunaan insektisida, dibatasi hanya di daerah endemis tinggi atau bila ada kejadian luar biasa. 
(b).  pengendalian vektor difokuskan pada upaya pengelolaan lingkungan dan penggunaan kontrol biotic, termasuk pembasmian tempat perindukan nyamuk, seperti laguna, rawa, persawahan, dan selokan, harus dibersihkan dan pengendalian vegetasi yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
(c).  Menebar ikan pemangsa nyamuk (seperti ikan timah) di tempat-tempat yang diduga menjadi pembiakan nyamuk.
(2).  Penegendalian pola hidup masyarakat
(a). menggunakan kelambu dan menggunakan obat nyamuk oles atau bakar. 
(b).  Gerakan 3M yang menyeru masyarakat untuk menguras dan membersihkan tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang bisa menampung air. 
(c). Menaburkan abate pada air yang tertampung.

Sedangkan langkah-langkah yang telah biasa dilakukan atau minimal telah diketahui oleh atau sebagian masyarakat , yaitu :
(1).  Menghilangkan genangan air (tempat bertelur nyamuk) atau menguras secara rutin tempat penampungan air di sekitar rumah (seperti bak mandi, ember, tempayan, atau alas pot bunga. (b). pembuangan sampah dan barang bekas secara berkala. (c).  Pembersihan selokan dan talang air. (d).  memelihara ikan di kolam di taman (sekalian dengan keindahan atau hobi).
(2).  Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, seperti pengaturan jemuran yang tidak menimbulkan bau dan lembab, pengaturan kandang ternak, dlsb.
(3).  Pemangkasan tanaman dan pemeliharaan tanaman pengusir nyamuk seperti Lavender, Akar Wangi, Geranium, Zodia, dan Selasih yang memiliki aroma yang sangat dibenci nyamuk.
(4). Memasang kelambu saat tidur atau memesang kasa nyamuk di lubang ventilasi atau jendela.
(5). Menggunakan anti nyamuk yang aman, yaitu jarak minimal 1,5 meter dari manusia dan pastikan sirkulasi udara baik sehingga obat anti nyamuk (bakar atau semprot) tidak mengganggu pernapasan.
(6). Maksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Apabila masalah ini dikaitkan dengan keadaan rumah maka hal ini sudah menyangkut dengan taraf hidup masayarakat, namun dari berbagai tipe rumah atau pemukiman perlu diupayakan agar memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan alami (jendela, genteng kaca, glassblock dan fiber transparan)

Pelaksanaan Program dan kendala
Program dan kebijakan pengendalian vektor yang telah dilakukan pemerintah, sudah tepat, namun, hal itu belum terlaksana dengan baik di lapangan yang antara lai  masih lemahnya pemantauan dan evaluasi kegiatan pengendalian vector sehingga  belum bisa memberikan dampak nyata terhadap upaya pengendalian penyakit tular vector, sehingga untuk hal ini harus diterapkan sambil mencari teknik-teknik lain yang lebih ampuh tetapi ramah lingkungan terhadap manusia.  
Bebas malaria 2030
Penanggulangan malaria terkendala minimnya akses pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedalaman, serta belum sinergisnya koordinasi antar lembaga di daerah, selama ini orang beranggapan jika yang punya tugas kurangi malaria adalah dinas kesehatan saja.  Selain  terkendala dana yang relative minim, juga ketersediaan tenaga analis masih sangat terbatas, namun masih untung ada bantuan dari lembaga asing.
Untuk eradikasi malaria, pemerintah punya target Indonesia bebas malaria pada 2030, untuk itu, berbagai upaya pun dilakukan antara lain, membagi kelambu gratis pada daerah-daerah endemik tinggi, melengkapi puskesmas dengan mikroskop guna mendiagnosis malaria melalui parasitnya, serta pengobatan pada penderita.
Eliminasi malaria mustahil tercapai jika hanya terfokus pada pengobatan dan diagnosis semata, tetapi harus ada upaya pengendalian risiko yang efektif, caranya yaitu dengan memberantas sarang nyamuk, mengalirkan atau menimbun genangan air di sekitar rumah, dan menyemprot rumah-rumah dengan insektisida, serta membunuh jentik nyamuk.
Teknik Serangga Mandul
Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah merupakan produk inovasi terbaru yang dikembangkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang dapat dijadikan cara pengendalian baru nyamuk demam berdarah (DB). Sejak tahun 2011, metode TSM telah diaplikasikan di beberapa kota di Tanah Air dan hasilnya mampu menurunkan populasi nyamuk hingga di atas 90%. (Media Indonesia, 8/10/2012)
Selain telah diuji coba di Salatiga, TSM juga sudah dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara (Jateng) dan Bangka Barat (Bangka Belitung). Meskipun kota-kota yang diuji coba memiliki karakteristik berbeda, TSM terbukti tetap dapat diaplikasikan dan mampu menurunkan populasi vektor secara drastis.
Mulanya, peneliti menyeleksi nyamuk jantan dan memandulkannya dengan radiasi nuklir gamma berdosis 70 Gy. Nyamuk jantan yang telah mandul kemudian dilepas di rumah warga dan dibiarkan bersaing secara alamiah untuk mengawini nyamuk betina, dengan demikian pembiakan telur bisa. diputus.
Nyamuk jantan dipilih karena nyamuk ini tidak berperan sebagai vektor dan lazimnya tidak menggigit manusia. Berbeda dengan nyamuk betina yang haras menghisap darah manusia secukupnya untuk mematangkan telur-telurnya.
Untuk setiap rumah, BATAN melepas 40 hingga 60 ekor nyamuk jantan mandul. Pelepasan nyamuk dilakukan secara reguler sekali sepekan selama lima pekan berturut-turut.
Meskipun terkena radiasi gamma, nyamuk jantan mandul dapat bersaing secara normal dalam perburuan membuahi betina. Nantinya nyamuk jantan mandul yang akan memenangkan persaingan karena jumlahnya lebih besar.
Hama jantan mandul yang kawin dengan nyamuk betina tidak menghasilkan keturunan. Setelah beberapa generasi berturut-turut dilepaskan, maka populasi hama akan terus menurun sampai angka nol. Sesuai dengan umur nyamuk yang hanya satu setengah bulan.
Selain itu TSM juga lebih ramah lingkungan dibanding fogging atau pengasapan yang mengandung racun. Untuk satu paket TSM, warga per satu RT hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 75 ribu.  Bandingkan dengan metode fogging yang satu paketnya mencapai Rp 1,5 juta. Selain itu, fogging terus-menerus dengan dosis yang kurang tepat juga dapat berpotensi membuat nyamuk resisten terhadap insektisida.

Waspada
Diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap penyebaran malaria (juga penyakit lain akibat nyamuk) di daerah endemik tinggi terutama sekali pada musim hujan (meningkatkan breeding places) dimana cuaca ekstrem dapat menyebabkan tingginya kasus malaria.



Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber editing bacaan : bataviase.co.id dari artikel pada Media Indonesia 23/9/2011; properti.kompas.com  2011/02/01; Media Indonesia 8/10/2012

Bacaan terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar