Dikemas oleh Isamas54
Dalam pemberantasan
nyamuk sebagai binatang yang menularkan penyakit maka salah satu cara
pencegahan dan penanggulangannya adalah memutus siklus perkembangbiakannya. Hanya
nyamuk betina yang menggigit manusia.
Meski tahun 2010
terjadi terjadi penurunan angka kejadian penyakit akibat nyamuk, namun
masyarakat diminta jangan terlena dan lupa dalam mencegah penyakit yang
disebabkan jenis binatang kecil ini.
Sebagaiman
kita ketahui bahwa beberapa jenis nyamuk bisa menimbulkan beberapa penyakit
seperti Aedes aegypti
dan Aedes albopictus merupakan nyamuk yang menularkan atau vektor
utama virus dengue (demam berdarah), nyamuk Anopheles menularkan atau
vektor utama virus penyakit malaria di Indonesia maupun di dunia.
Dalam siklus hidup
jenis binatang ini membutuhkan media air ketika fase jentik dan senang pada
kondisi gelap dan lembab, untuk hal tersebut maka pengetahuan mengenai siklus
hidup dan perilaku nyamuk penular penyakit bisa menjadi dasar dalam penyusunan
kebijakan dan program pengendalian vektor (agen perantara penularan penyakit).
Siklus
dan perilaku nyamuk
Setiap jenis nyamuk
mempunyai tempat hidup untuk tumbuh dan berkembang biak (perindukan) yang spesifik, tetapi hampir semua jenis nyamuk adalah
suka bersarang di lingkungan yang lembab, dingin, dan gelap, misalnya, nyamuk Aedes
suka hidup dan berkembang biak pada genangan air jernih yang tidak langsung
bersentuhan dengan tanah, nyamuk Anopheles sundaicus perlu habitat air
payau, Anopheles aconitus perlu habitat persawahan dengan air jernih
yang selalu mengalir. Hal tersebut perlu
diketahui sehingga dapat diupayakan agar tempat-tempat seperti keadaan tersebut
bisa dihindari atau terkendali sehingga pertumbuhan dan perkembangan nyamuk bisa
terkendalikan dan dapat diketahui upaya pencegahannya sehingga tidak
menyebarkan penyakit yang berbahaya.
Selain itu binatang yang bernama nyamuk ini bisa menjadi vektor (perantara) penyakit cacing (filariasis).
Penularan
Penularan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina dan dapat menyerang siapa saja meyebabkan penyakit
malaria yang bisa berakibat fatal yaitu dari mulai koma, kegagalan multiorgan,
hingga kematian.
Beragam kondisi
menyebabkan sebuah daerah menjadi endemis malaria, misalnya di Provinsi Bangka
Belitung, banyaknya daerah muara sungai, bekas rawa, dan kolam-kolam bekas
galian tambang timah yang digenangi air menjadikan daerah tersebut sebagai
habitat yang cocok untuk perkembang-biakan nyamuk malaria. Kondisi serupa terjadi di Kalimantan Selatan
(Kalsel). Lubang-lubang galian bekas pendulangan emas yang ada di sepanjang
daerah aliran sungai menjadi sarang berkembang biak nyamuk Anopheles. Selain itu cuaca buruk ikut mempengaruhi
mengganasnya serangan penyakit malaria di sejumlah wilayah.
Data
nasional
Meski secara
nasional pemerintah memang berhasil menekan jumlah kasus malaria dalam beberapa
dekade belakangan.yairu dari 4,96 per 1.000 penduduk pada 190 menjadi 1,96 per
1.000 penduduk pada 2010, malaria tetap menjadi persoalan kesehatan nasional
yang patut segera diatasi.
Di Indonesia,
daerah endemis dibagi menjadi empat, yaitu endemis tinggi dengan jumlah warga
terjangkit parasit malaria (annual parasiit incidence/API) di atas 5 per 1.000
penduduk, endemis sedang dengan API 1-5 per 1.000 penduduk, endemis rendah
dengan API kurang dari 1 per 1.000 penduduk, dan daerah nonendcmis.
Data Kementerian
Kesehatan menunjukkan hingga 2007 terdapat 396 kabupaten (80%) termasuk daerah
endemis malaria. Adapun daerah
berkategori endemis tinggi di Indonesia umumnya berada di wilayah timur,
seperti Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan NTT.
Menurut Kepala
Dinas Kesehatan Kalsel, pada 2010 tercatat jumlah penderita sebanyak 6.888
kasus, dengan jumlah penderita tewas mencapai 26 orang, sedangkan tahun ini,
hingga Agustus jumlah penderita malariatercatat sebanyak 2.656 kasus dan 15
penderita di antaranya meninggal.
Di Papua Barat, 151
kematian penduduk pada 2010 disebabkan malaria, sedangkan tahun sebelumnya
angka kematian akibat malaria ini mencapai 30%.
Penyakit akibat nyamuk dengan berbagai kondisi wilayah
Malaria merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan parasit plasmodium yang hidup dan berkembang
biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit ini sudah ditemukan dan diteliti sejak 1638, tetapi hingga kini
penyakit ini masih menjadi momok bagi sebagian masyarakat dunia - di sejumlah
negara, kasus malaria sudah berhasil dieradikasi - namun di sebagian
negara-negara di Afrika dan Asia (termasuk Indonesia) masih belum dapat
teratasi. Banyaknya daerah endemis
menyebabkan penyakit ini sulit diberantas.
Pulau
Bangka
Sejak zaman
penjajahan Belanda, Pulau Bangka dan Belitung memang terkenal sebagai wilayah
cadangan timah dimana penambangan di Bangka telah dimulai pada 1711 dan di
Belitung sejak 1852. Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di
Indonesia. Dengan luas mencapai 1.294.050 ha, sekitar 27,56% daratan pulaunya
merupakan area kuasa penambangan (KP) timah.
Kolam-kolam bekas
galian tambang yang ditinggalkan berkait erat dengan tingginya kasus malaria di
Bangka Belitung - masuk ke wilayah endemis menengah - dimana
kolam-kolam berisi air dan menjadi sarang nyaman bagi nyamuk Anopheles
penyebar malaria untuk berkembang biak, yaitu ketika bekas galian sudah berusia
belasan tahun dimana tingkat keasaman
airnya sudah menurun sehingga nyamuk bisa bertelur di situ. Selain karena bekas-bekas penambangan,
wilayah Bangka Belitung secara geografis terletak di wilayah pesisir yang
banyak rawa dan muara sungai, sehingga secara epide-miologis cocok bagi nyamuk
untuk berkembang biak.
Pariwisata
Sementara itu,
kendati masih tergolong tinggi, kasus malaria di Pulau Belitung terhitung lebih
rendah jika dibandingkan dengan Pulau Bangka yaitu dengan semakin langkanya timah di Belitung,
kegiatan penambangan di pulau Laskar Pelangi ini kian menyusut.
Timah kini tidak
menjadi primadona lagi di Belitung dan masyarakat mengalihkan usaha mereka ke
bidang pariwisata. Kebetulan Belitung dianugerahi sejumlah pantai non molek.kendati
masih di bawah target nasional, yaitu di bawah 1 per 1.000 penduduk, kasus
malaria berdasarkan temuan parasit (API) di Belitung umumnya terus menurun. Pada
2008 API di Belitung mencapai 6,29, tapi terakhir, pada 2010, API di Belitung
sudah bisa ditekan menjadi 2,7 per 1.000 penduduk. Berita tingginya
kasus malaria dapat merusak kunjungan pariwisata karena itu kesadaran
masyarakat untuk menjaga lingkungan makin tinggi.
Berbagai hal
dilakukan untuk mencegah tingginya kasus malaria seperti pembagian kelambu,
pengobatan ACT (artemismin combination therapy), pemetaan tempat-tempol
induk nyamuk, serta melakukan intervensi mtensil terhadap faktor lingkungan dan
perilaku, misalnya membiasakan pola hidup bersih dan sehat.
Kasus malaria
memang sempat sering terjadi di wilayah ini. Dulu kalau badan menggigil dan
demam, kerabat yang bersangkutan segera mencari dukun desa, yang biasanya
dibawa ke dukun dan memberikan obat berupa racikan daun pepaya atau daun
brotowali yang tinggal dipetik dari kebun-kebun kampung. Kadang cukup dengan disembur-sembur air oleh
dukun, warga desa sudah yakin penyakit gulugulan (menggigilnya) akan sembuh,
Rentan
Malaria yang
menjangkiti ibu hamil, bisa yaitu bisa menyebabkan anemia dimana sel-sel darah
merah hancur dirusak plasmodium sehingga dapat menyebabkan kematian ibu hamil,
selain itu berisiko membahayakan bayi dalam kandungannya. Penyakit malaria dapat menyebabkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, bayi lahir prematur, kematian di dalam rahim, lahir
mati, serta lahir dengan mewarisi penyakit malaria ibunya saat lahir, bahkan
pada kasus tertentu, malaria menyebabkan pendarahan otak.
Bahkan, ibu hamil
yang menderita malaria bisa menyebabkan anak menjadi bodoh ketika sekolah
nanti. Yang membuat prihatin dirinya, prevalensi ibu hamil yang menderita
malaria di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku
Utara, dan Nusa Tenggara Timur masih mencapai 18%.
Upaya perhatian
terhadap orang hamil dapat terlihat di POS kesehatan desa (poskesdes)di Desa
Pangkal Lalang, Kabupaten Belitung yang telah menyediakan kelas ibu hamil di
salah satu sudut ruangannya yang terkadang banyak terlihat ramai oleh ibu-ibu
yang hamil.
Pengendalian
lingkungan dan pola hidup masyarakat
Pemerintah sudah
memasukkan teknik pengendalian lingkungan dan pola hidup masyarakat ke dalam
program pengendalian vektor terpadu yang antara lain :
(1). Pengendalian lingkungan
(a). penggunaan insektisida, dibatasi hanya di
daerah endemis tinggi atau bila ada kejadian luar biasa.
(b). pengendalian vektor difokuskan pada upaya
pengelolaan lingkungan dan penggunaan kontrol biotic, termasuk pembasmian
tempat perindukan nyamuk, seperti laguna, rawa, persawahan, dan selokan, harus
dibersihkan dan pengendalian vegetasi yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk.
(c). Menebar ikan pemangsa nyamuk (seperti ikan
timah) di tempat-tempat yang diduga menjadi pembiakan nyamuk.
(2). Penegendalian pola hidup masyarakat
(a). menggunakan kelambu
dan menggunakan obat nyamuk oles atau bakar.
(b). Gerakan 3M yang menyeru masyarakat untuk
menguras dan membersihkan tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang
bisa menampung air.
(c). Menaburkan
abate pada air yang tertampung.
Sedangkan langkah-langkah
yang telah biasa dilakukan atau minimal telah diketahui oleh atau sebagian
masyarakat , yaitu :
(1). Menghilangkan genangan air (tempat bertelur
nyamuk) atau menguras secara rutin tempat penampungan air di sekitar rumah
(seperti bak mandi, ember, tempayan, atau alas pot bunga. (b). pembuangan
sampah dan barang bekas secara berkala. (c).
Pembersihan selokan dan talang air. (d).
memelihara ikan di kolam di taman (sekalian dengan keindahan atau hobi).
(2). Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan,
seperti pengaturan jemuran yang tidak menimbulkan bau dan lembab, pengaturan
kandang ternak, dlsb.
(3). Pemangkasan
tanaman dan pemeliharaan tanaman
pengusir nyamuk seperti Lavender, Akar Wangi, Geranium, Zodia, dan Selasih yang
memiliki aroma yang sangat dibenci nyamuk.
(4). Memasang kelambu saat tidur atau memesang kasa nyamuk di lubang ventilasi atau
jendela.
(5). Menggunakan anti nyamuk yang aman, yaitu jarak minimal 1,5 meter dari
manusia dan pastikan sirkulasi udara baik sehingga obat anti nyamuk (bakar atau
semprot) tidak mengganggu pernapasan.
(6). Maksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Apabila masalah ini dikaitkan
dengan keadaan rumah maka hal ini sudah menyangkut dengan taraf hidup
masayarakat, namun dari berbagai tipe rumah atau pemukiman perlu diupayakan agar memiliki
sirkulasi udara dan pencahayaan alami (jendela, genteng kaca, glassblock dan fiber
transparan)
Pelaksanaan
Program dan kendala
Program dan
kebijakan pengendalian vektor yang telah dilakukan pemerintah, sudah tepat, namun,
hal itu belum terlaksana dengan baik di lapangan yang antara lai masih lemahnya pemantauan dan evaluasi
kegiatan pengendalian vector sehingga belum bisa memberikan dampak nyata terhadap
upaya pengendalian penyakit tular vector, sehingga untuk hal ini harus
diterapkan sambil mencari teknik-teknik lain yang lebih ampuh tetapi ramah
lingkungan terhadap manusia.
Bebas malaria 2030
Penanggulangan
malaria terkendala minimnya akses pelayanan kesehatan, terutama di daerah
pedalaman, serta belum sinergisnya koordinasi antar lembaga di daerah, selama
ini orang beranggapan jika yang punya tugas kurangi malaria adalah dinas
kesehatan saja. Selain terkendala dana yang relative minim, juga
ketersediaan tenaga analis masih sangat terbatas, namun masih untung ada
bantuan dari lembaga asing.
Untuk eradikasi
malaria, pemerintah punya target Indonesia bebas malaria pada 2030, untuk itu,
berbagai upaya pun dilakukan antara lain, membagi kelambu gratis pada
daerah-daerah endemik tinggi, melengkapi puskesmas dengan mikroskop guna
mendiagnosis malaria melalui parasitnya, serta pengobatan pada penderita.
Eliminasi malaria
mustahil tercapai jika hanya terfokus pada pengobatan dan diagnosis semata,
tetapi harus ada upaya pengendalian risiko yang efektif, caranya yaitu dengan
memberantas sarang nyamuk, mengalirkan atau menimbun genangan air di sekitar
rumah, dan menyemprot rumah-rumah dengan insektisida, serta membunuh jentik
nyamuk.
Teknik
Serangga Mandul
Teknik Serangga
Mandul (TSM) adalah merupakan produk inovasi terbaru yang dikembangkan Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang dapat dijadikan cara pengendalian baru
nyamuk demam berdarah (DB). Sejak tahun 2011, metode TSM telah diaplikasikan di
beberapa kota di Tanah Air dan hasilnya mampu menurunkan populasi nyamuk hingga
di atas 90%. (Media Indonesia, 8/10/2012)
Selain telah diuji
coba di Salatiga, TSM juga sudah dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara
(Jateng) dan Bangka Barat (Bangka Belitung). Meskipun kota-kota yang diuji coba
memiliki karakteristik berbeda, TSM terbukti tetap dapat diaplikasikan dan
mampu menurunkan populasi vektor secara drastis.
Mulanya, peneliti
menyeleksi nyamuk jantan dan memandulkannya dengan radiasi nuklir gamma
berdosis 70 Gy. Nyamuk jantan yang telah mandul kemudian dilepas di rumah warga
dan dibiarkan bersaing secara alamiah untuk mengawini nyamuk betina, dengan demikian
pembiakan telur bisa. diputus.
Nyamuk jantan
dipilih karena nyamuk ini tidak berperan sebagai vektor dan lazimnya tidak
menggigit manusia. Berbeda dengan nyamuk betina yang haras menghisap darah
manusia secukupnya untuk mematangkan telur-telurnya.
Untuk setiap rumah,
BATAN melepas 40 hingga 60 ekor nyamuk jantan mandul. Pelepasan nyamuk
dilakukan secara reguler sekali sepekan selama lima pekan berturut-turut.
Meskipun terkena
radiasi gamma, nyamuk jantan mandul dapat bersaing secara normal dalam
perburuan membuahi betina. Nantinya nyamuk jantan mandul yang akan memenangkan
persaingan karena jumlahnya lebih besar.
Hama jantan mandul
yang kawin dengan nyamuk betina tidak menghasilkan keturunan. Setelah beberapa
generasi berturut-turut dilepaskan, maka populasi hama akan terus menurun
sampai angka nol. Sesuai dengan umur nyamuk yang hanya satu setengah bulan.
Selain itu TSM juga
lebih ramah lingkungan dibanding fogging atau pengasapan yang mengandung
racun. Untuk satu paket TSM, warga per satu RT hanya perlu merogoh kocek
sekitar Rp 75 ribu. Bandingkan dengan
metode fogging yang satu paketnya mencapai Rp 1,5 juta. Selain itu,
fogging terus-menerus dengan dosis yang kurang tepat juga dapat berpotensi
membuat nyamuk resisten terhadap insektisida.
Waspada
Diperlukan
peningkatan kewaspadaan terhadap penyebaran malaria (juga penyakit lain akibat nyamuk) di daerah endemik tinggi
terutama sekali pada musim hujan (meningkatkan breeding places) dimana cuaca
ekstrem dapat menyebabkan tingginya kasus malaria.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber
editing bacaan : bataviase.co.id dari artikel pada Media Indonesia 23/9/2011; properti.kompas.com 2011/02/01; Media Indonesia 8/10/2012
Bacaan terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar