Rabu, 26 Agustus 2015

Otak Manusia dengan Gaya Hidup dan Kebiasaan



Dikemas oleh : Isamas54
Diperlukan adanya pengaturan dalam penggunaan otak, melalui gaya hidup dan kebiasaan.

Otak manusia mempunyai tugas yang lebih sulit dan memerlukan lebih banyak energy, hal ini karena banyak melibatkan aktivitas saraf, namun faktanya tidak ada peningkatan besar dalam konsumsi glukosa yang signifikan dalam penggunaannya.  


(1).  Pengalaman
Penurunan fungsi otak diakibatkan jumlah pengalaman dan pengetahuan yang telah diserap seseorang. Demikian hasil penelitian akademisi dari Wayne State University-Jerman yang melibatkan 4.400 partisipan dan dipublikasikan dalam jurnal Topics in Cognitive Science (2014).
Hasil penelitian menemukan bahwa orang yang mengalami banyak pengalaman atau pengeta­huan akan memiliki kemampuan akurasi otak sekitar 75% ketika menginjak fase lanjut usia, selain itu orang yang mengalami depresi memiliki tingkat penu­runan kemampuan otak yang signifikan.
"Otak Anda seperti komputer. Saat baru, itu benar-benar cepat. Tapi seperti penyimpan data ketika Anda telah menumpuk lebih banyak file, komputer Anda pun mulai melambat," kata Lichtenberg.

(2).  Membaca


(2.1).  Rutin membaca
Rutinitas dan seringnya membaca memiliki pengaruh positif dalam menjaga memori otak untuk bekerja hingga usia tua.  Demikian hasil penelitian dari Rush University Medical Centre di Chicago-AS (2013) yang melibatkan 294 orang di atas usia 55.
Mereka menjalani tes kognitif setiap 6 tahun sampai kematian mereka pada usia rata-rata 89 tahun. Mereka juga menjawab kuesioner tentang apakah mereka membaca buku, menulis, atau berpartisipasi dalam kegiatan lain sejak kanak-kanak, remaja, usia pertengahan, hingga usia mereka saat itu.
Setelah mereka meninggal otak mereka diperiksa, terungkap bahwa orang yang kerap merangsang otak memi­liki tingkat lebih lambat dalam penurunan memori jika dibandingkan dengan yang tidak melakukan kegiatan serupa selama hidup mereka.
"Melatih otak dengan membaca sejak kanak-kanak penting untuk kesehatan otak di usia tua," ungkap peneliti Dr Robert Wilson.

(2.2).  Membaca novel
Terdapat hal yang positif dari efek membaca novel terhadap otak. Demikian hasil studi yang menggabungkan bidang sastra dan ilmu saraf dari Universitas Emory-AS (2013)
Untuk menyelidiki kerja alam pikiran pembaca novel, peneliti merekrut 21 mahasiswa, kemudian diperintahkan membaca thriller karya Robert Harris berjudul Pompeii. Mengeksplorasi atau membaca buku ternyata tidak hanya bisa mengubah perspektif seseorang, tetapi juga dapat mengubah pikiran kita.
Setelah itu, mereka diminta kembali membaca selama lima hari dan di sela istirahat dilakukan pemindaian.
Ditemukan adanya peningkatan konektivitas di korteks temporal kiri yang merupakan area otak yang terkait dengan daya penerimaan bahasa.

(3).  Kamar
Kamar yang berantakan dan penuh barang tidak berguna merupakan cerminan kondisi otak penghuninya, juga merupakan refleksi bahwa sang pemilik kamar sulit mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Demikian menurut hasil penelitian Pusat kesehatan jiwa The Institute of Living-AS (2012). 


Peneliti dilakukan dengan menggunakan pemindai (FMRI) untuk memeriksa aktivitas di otak 43 responden yang kesulitan memilah barang yang tidak berguna. Mereka diminta membuat keputusan untuk menjaga ataukah membuangnya. Kelompok yang membuang lebih sedikit sampah ternyata banyak mengalami kecemasan, keraguan, dan kesedihan daripada kelompok lain.  Otak mereka mengalami lonjakan aktivitas di korteks anterior cingulate dan korteks insuler kiri, yang berperan memutuskan relevansi dan signifikansi sebuah keputusan.

(4).  Emosi
Emoticon atau ikon emosi mengubah otak, dimana decoding (pengubahan informasi) bahasa baru itu telah membentuk pola baru dalam aktivitas otak (manusia).  Demikian hasil penelitian akademisi Australia yang melibatkan 20 partisipan dan dipublikasikan lewat jurnal Social Neuroscience (2014).



Penelitian dilakukan dengan menggunakan electrophysiofogy untuk mengetahui pola aktivitas elektrik di otak manusia saat diperlihatkan mimik wajah atau emosi dan menerjemahkannya ke dalam emoticon.
Catatan :  Emoticon adalah bentuk bahasa baru yang diproduksi manusia, yang diperkenalkan ilmuwan komputer Universitas Carnegie Mellon, Scott E Fahlman, pada 1982.  Kini menjadi bagian integral dalam komunikasi teks antar individu seperti lewat surat elektronik atau pesan singkat.

(5).  Lamunan
Orang yang terbiasa menerawang selama bekerja akan memiliki ketajaman dan kapasitas memori otak yang lebih, artinya dia bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu.  Demikian hasil studi Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Science (2012).
Studi dilakukan dengan meminta peserta melakukan dua tugas, yakni menekan tombol ketika melihat huruf tertentu di layar dan menekan dengan menyinkronkannya dengan pernapasan mereka. Peneliti juga mengecek apakah responden melamun sewaktu menyelesaikan dua tugas itu.  Kinerja memori partisipan dengan meminta mereka mengingat huruf alfabet yang dicampur dalam pertanyaan matematika sederhana diuji pula.
Hasilnya diketahui, mereka yang melamun selama mengerjakan tugas memiliki memori lebih besar.  Hal itu memungkinkan seseorang terbiasa berpikir banyak hal melebihi apa yang tengah dilakukan, komentar salah seorang peneliti.

(6).  Berjalan kaki

(6.1).  Alam Bebas
Seseorang yang sedang berjalan kaki di alam bebas akan mengalami pengembangan kemampuan otak sampai 20%.  Demikian hasil pengamatan dari Universitas California (2011)
Berdasarkan hasil pengamatan,  penglihatan, suara, permukaan, aroma, rasa, dan sensasi-sensasi yang didapat dari alam mampu memberi perkembangan positif bagi otak. Selain itu, suara harmonis alami dan udara segar bisa menjadi elemen penting bagi kesehatan tubuh.
"Satu hal yang dapat Anda lakukan ialah pergi ke tempat yang memiliki udara bersih dan segar atau menaruh tanaman hias yang berfungsi sebagai penyegar udara yang indah," tukas Rosenzweig, pakar peneliti. 


(6.2).  Waktu tempuh
Penyakit sistem saraf pusat yang mempengaruhi otak dan sumsum tulang (multiple sclerosis/MS), ternyata dapat dideteksi dan diukur dengan melihat waktu yang dibutuhkan dalam berjalan kaki sejauh 25 kaki (sekitar 7,5 meter).
Penelitian dilakukan (2013) dengan menganalisis 159 pasien MS yang diminta melakukan aktivitas tersebut, mereka juga ditanya tentang pekerjaan, kegiatan sehari-hari, dan apakah membutuhkan tongkat atau bantuan lain dalam mobilitas.
Hasilnya, 43% pasien yang membutuhkan lebih dari 6 detik untuk berjalan sepanjang 25 kaki cenderung dililit berbagai masalah, misalnya pengangguran, perceraian, perubahan pe­kerjaan, serta memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari seperti membersihkan rumah dan memasak. Adapun mere­ka yang membutuhkan waktu lebih cepat dari 6 detik disebut tidak terlilit masalah.

(7).  Organ lain

(7.1).  Otot
Latihan berat ternyata tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan otot, tetapi juga otak. Demikian kesimpulan peneliti dari Laboratorium Neuroscience di National Institute on Aging-AS, yang dimuat dalam jurnal Learning and Memory (2012).
Penelitian dilakukan melalui sejumlah pengujian dan pengamatan terhadap tikus-tikus percobaan, dengan menyuntikkan dua jenis suplemen yang membantu pengembangan otot kepada tikus-tikus percobaan, yakni obat Aicar dan GW1516.
Selanjutnya peneliti dapat mengontrol kondisi otot setiap tikus. Dalam kurun waktu seminggu, tikus-tikus percobaan memiliki kemampuan memori dan belajar lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum disuntik suplemen tersebut. Perkembangan otot juga berpengaruh pada peningkatan neuron di otak yang mendukung memori dan kemampuan belajar.
"Sel-sel pada otot merespons olahraga dengan memompa berbagai substansi untuk membentuk otot yang kuat. Senyawa itu kemudian memasuki aliran darah ke otak dan mengembangkan (kemampuan)-nya.", kata sang peneliti, Henriette van Praag.

(7.2).  Mata
Mata diketahui bisa digunakan untuk diagnosis dini gangguan otak yang menimbulkan autisme, skizofrenia, atau hiperaktif.  Bahkan diagnosis gangguan pada otak melalui mata disebut lebih akurat jika dibandingkan dengan lewat pertanyaan atau diagnosis medis lain.  Demikian menurut hasil studi dari Universitas California (2012), melalui percobaan yang melibatkan bayi berusia 6-12 bulan untuk mendeteksi gejala autisme.
Diagnosa dapat dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan dengan hanya melihat melalui pandangan mata pasien terhadap suatu benda atau tampilan, dimana arah pandangan mata merupakan cara yang terbaik untuk mengetahui tingkat perhatian spontan seseorang.
Itu lebih dini ketimbang diagnosis umum yang biasanya baru dilakukan pada usia dua tahun, selain itu diagnosis melalui mata ini juga sangat murah karena menggunakan alat sederhana (kamera, laptop, dan perangkat tes).

(8).  Kejutan
Otak 'suka' dengan kejutan, dimana stimulasi mental ini ternyata sangat penting untuk gaya hidup sehat. Demikian menurut Teri Koenig, ahli gerontologi (ilmu tentang proses dan gejala penuaan) asal Amerika Serikat, seperti dikutip Thespectrum.com (2012).
Untuk benar-benar menjaga serta meningkatkan kesehatan otak, diperlukan lebih dari sekadar membaca. Aktivitas fisik dan diet juga penting. Pikiran dan tubuh kita merupakan satu paket.

(10).  Kelelahan, santai, dan istirahat

(10.1).  Kelelahan
Energi yang dihabiskan saat menggunakan otak dengan keras lebih memberi efek pada kelelahan mental. Demikian menurut hasil studi dari University of Ottawa-Kanada (2012).
Penelitian didasarkan pada fakta bahwa otak manusia membutuhkan rata-rata energi metabolisme sekitar 20% dari keseluruhan tubuh. Dengan asumsi energi total tubuh ialah 1.300 kilokalori/hari, energi yang diperlukan otak saat berpikir ialah 260 kkal/hari. Energi otak itu setara dengan listrik 12,6 watt.
Namun, dalam otak mesti aktif menjaga fokus yang sesuai dengan beban partikel bermuatan yang melintasi miliaran saraf dalam otak sendiri, yaitu menghindari konsentrasi terus-menerus yang bisa menciptakan beberapa perubahan dan semacam kelelahan di otak.
Jika momen berpikir itu berlanjut, kelelahan psikislah yang timbul.

(10.2).  Serius dan santai
Terlalu serius dalam bekerja dan berpikir tentang hidup membuat rentan depresi, dimana sikap seseorang yang tidak bisa santai itu menyebabkan penyusutan massa otak yang lantas berpengaruh pada daya ingat dan kemampuan perencanaan. Demikian hasil studi dari Yale University (2012).
Penelitian dilakukan dengan membandingkan ukuran otak manusia dan hewan yang sudah meninggal lewat teknik pemindaian otak, mereka dipilih berdasarkan riwayat depresi dalam rekam medis.
Hasil penelitian menunjukkan : (a).  Bagian otak dorsolateral prefrontal cortex para penderita depresi itu ditemukan menyusut, begitu pula dengan jaringan saraf di area itu, yang diketahui lebih kecil dan tidak sepadat saraf yang ada pada individu dan binatang yang sehat. Saraf-saraf di wilayah otak itu bertanggung jawab untuk fungsi memori dan perencanaan tindakan.  (b).  Peningkatan hormon stres yang otomatis melepaskan senyawa GATA1 (sakelar genetik yang menghentikan komunikasi antarsaraf di otak) menjadi biang penurunan massa otak.
(c).  Untuk mencegah semakin menyusutnya otak itu, ia menganjurkan perbanyakan asupan nutrisi otak berupa asam lemak Omega-3.

(10.3).  Istirahat
Beristirahat selama seminggu dari aktivitas mental dan fisik, termasuk menonton televisi, berbicara di telepon, dan mengunjungi teman, dapat meningkatkan performa mental dan lebih sedikit gejala pada orang-orang yang menderita gegar otak.  Demikian hasil penelitian dari New Jersey yang meneliti 49 pasien mulai dari siswa SMA dan mahasiswa hingga orang dewasa, seperti dilaporkan jurnal Pediatrics yang dikutip Reuters (10/6/2012),.
Sindrom pasca gegar otak meliputi sakit kepala, rasa sedih, lelah, sulit berkonsentrasi, dan gejala lain. Peneliti membuat tes ini guna mengetahui manfaat istirahat yang intensif.
Mereka diminta beristirahat se­minggu penuh, tidak ke sekolah atau kerja, berbicara di te­lepon, olahraga, menonton televisi, bersosialisasi, ataupun be­kerja di komputer. Semua pasien gegar otak itu menunjukkan kemajuan setelah seminggu istirahat. Atlet yang mulai istirahat seminggu setelah gegar otak menunjukkan penurunan gejala 22 prin dari skala poin 132, menjadi tujuh poin.

TIP : Agar otak tetap sehat
(a).  Tidurlah selama 7-8 jam sehari, kurangi stress, terus bergerak dan beraktivitas fisik, serta melakukan hal-hal yang disukai.
(b).  Mengonsumsi makanan bernutrisi.
(c).  Apabila merasa pikiran buntu, maka cobalah beristirahat, bersantai, dan mengakrabkan diri dengan alam bebas.


Keterangan gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan : mediaindonesia.com; mediaindonesia.com (2011/11/24; 2012/05/15 & 08/08 &07/07&09/22&09), Media Indonesia (20/9/2012; 9/7, 8/11& 31/12/2013; 24/1&11/2/2014); Kompas 19/6/2012.

1 komentar: