Kamis, 06 Agustus 2015

Kegemukan dan Permasalahannya



Dikemas oleh : Isamas54
Kegemukan atau obesitas dapat memicu berbagai penyakit, mengurangi usia harapan hidup dan meningkatkan biaya kesehatan.

Data
Negara yang warganya kegemukan, yaitu : AS, Meksiko, Selandia Baru, Cile, dan Australia  (OECD, 2012).
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development ) adalah lembaga yang bergerak dalam bidang kebijakan untuk meningkatkan ekonomi dan kualitas hidup.
Negara yang populasi kegemukannya terus bertambah adalah AS, Australia dan Inggris, sedangkan negara maju lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan Swiss hanya 3 dari 10 orang yang kegemukan dan kurang dari 1 dari 10 orang yang tergolong obesitas. 
Di Indonesia yang mempunyai berat badan berlebih dan obese adalah sebanyak 21,7% orang dewasa /> 18 tahun (Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, 2010).

Permasalahan
Kegemukan atau obesitas kerap kali dikeluhkan karena mengganggu penampilan dan juga mengakibatkan berbagai macam penyakit degenerative, seperti diabetes melitus, jantung koroner, stroke, dan kanker. Dulu, penyakit-penyakit tersebut muncul pada usia-usia tua, ntetapi sekarang ini merambah ke usia muda, sehingga dengan demikian mengurangi usia harapan hidup dan meningkatkan biaya kesehatan.  Sehingga dengan demikian negara-negara maju harus mencari cara yang paling efektif dan efisien untuk melawan pandemi obesitas ini, tiap negara bisa saling belajar satu sama lain. 
Akibat buruk dari obesitas adalah menelan biaya yang tidak sedikit, dimana semula biaya kesehatan sebagian besar bersumber dari kocek sendiri (out of pocket) sehingga dapat membuat orang jatuh miskin.

Di Indonesia, meskipun UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS sudah ada, bukan berarti beban akan hilang, karena beban dari perorangan akan berpindah ke pemerintah. Untuk hal ini diperlukan adanya tindakan pencegahan untuk menekan biaya kesehatan yang diakibatkan dari penyakit degenerative ini.

Lemak di Perut
Kelebihan asupan kalori disimpan tubuh dalam bentuk lemak di bawah kulit dan di perut. Lemak di perut paling berbahaya karena menutup beberapa organ tubuh penting, seperti usus dan hati, sedangkan lemak di bawah kulit mengurangi estetika.
Lemak di perut meningkatkan kadar kolesterol jahat, memicu penambahan lemak dalam aliran darah sehingga meningkatkan tekanan darah dan kadar gula, yang akan memicu berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker.
Lemak di perut ini tidak bisa dihilangkan dengan sedot lemak, karena cara sedot lemak hanya mengurangi timbunan lemak di bawah kulit. Le­mak di perut hanya dapat di­hilangkan dengan meningkatkan metaholisme tubuh, dimana metabolisme tubuh hanya bi­sa ditingkatkan dengan aktivitas fisik.

SELINGAN :Gemuk

Seorang pasien gangguan kegemukan (obesitas), berhasil menjalani operasi bypass lambung melalui mulut di San Diego Medical Center/SDMC (3/8/2012).  Pasien yang tidak disebutkan namanya tersebut menjalani operasi yang disebut sleeve gastrectomy ini untuk mengecilkan ukuran lambungnya sebesar 20% dari ukuran normal. Dengan ukuran lambung yang lebih kecil, sang pasien diharapkan dapat mengonsumsi kalori yang lebih sedikit akibat mudah kenyang

Kita lanjutkan ….

Struktur tubuh
Biasanya orang dewasa yang gemuk (big bone) ketika bayi 1-3 tahun terlihat gemuk (chubby) atau kalau saat balitanya tidak gemuk tetap saja tulang tangan dan kakinya besar. Sementara orang dewasa yang kurus (thin bone, istilah saja) ketika bayi 1-5 tahun terlihat slim/langsing.
Kegemukan terjadi ketika energi yang masuk ke tubuh lebih besar daripada energi yang keluar, gaya hidup merupakan salah satu penyebabnya seperti, pola makan tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik.
Perkiraan/dugaan: orang bertulang besar (big bone) dari bayi mempunyai jaringan penyimpan lemak (dan juga alat pencernaan yang lebih efisien) yang lebih banyak dari orang bertulang kecil (thin).

Faktor pemicu
(a).  Kebiasaan kurang baik, seperti : merokok, minum minuman keras, dsb.
(b).  Kurangnya aktivitas fisik, yaitu tidak aktif bergerak (untuk masyarakat In­donesia sekitar 50%).  Termasuk adanya perkebangan teknologi antara lain : mobil, handphone, computer, remote tv, dsb.
(c).  Faktor sosial, pertumbuhan ekonomi membuat banyak orang sibuk bekerja, pola makan tidak teratur, pendapatan meningkat, kumpul-kumpul di tempat makan, stress atau tidak ada waktu untuk menyiapkan atau memilih makanan yang sehat..
(d).  Konsumsi makanan berlebih dengan kadar gizi tidak berimbang (berlebih lemak, karbohidrat, dan gula), seperti jenis junk food dan gorengan.  Sebagai gambaran, banyaknya ditemui anak-anak, remaja, dan orang dewasa di restoran siap saji,  dimana tempat ini nyaman dengan pelayanan yang cepat. 
Makanan siap saji ini sebenarnya bergizi, namun zat gizinya tidak seimbang, dan jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan. 

Cara menghitung

(a).  Indeks massa tubuh (IMT)
Pada orang dewasa, status gizi diukur berdasarkan IMT, yakni berat badan (kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter). Kementerian Kesehatan RI mengategorikan IMT 25 sampai 27 sebagai berat badan lebih dan IMT lebih dari 27 dikategorikan sebagai obese.
Bila tinggi 170 cm tapi berat kurang dari 60 kg berarti kurus, secara rumus sederhananya (untuk lelaki) yaitu : tinggi (dalam cm) - 100 = berat badan yang seharusnya atau 170 – 100 = 70!.  
(b).  Indeks Broca (Broca Index)
Dengan metoda ini sedikit rumit yaitu :
1. Berat Badan Normal.  Berat Badan Normal = Tinggi Badan – 100.  Contoh : Jika tinggi kita dari ujung kaki hingga ujung kepala adalah 160 cm maka berat badan normal kita adalah 160 - 100 = 60 kg.
2. Berat Badan Ideal.  Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - ( 10% tinggi badan -100).  Contohnya : Jika tinggi badan kita adalah setinggi 150 cm, maka berat badan ideal kita adalah (150 - 100) - (10% x (150 - 100) = 50 - 5 = 45 kg.
Dari hasil tersebut dapat kita ketahui apa yang terjadi dengan diri kita dengan membandingkan hasilnya berikut di bawah ini :
- Kelebihan Berat Badan / Overweight = Hasilnya 10% s/d 20% lebih besar
- Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang seharusnya
- Kurus = Hasilnya 10% kurang dari yang seharusnya.
(c).   Lingkar pinggang
Timbunan lemak di perut menjadi salah satu penanda kelebihan berat badan, dimana jika lingkar pinggang pria lebih dari 94 sentimeter, ditandai ukuran nomor celana lebih dari 37, artinya ada timbunan lemak berlebih.  Sedangkan pada perempuan, kelebihan le­mak di perut ditandai dengan lingkar pinggang lebih dari 80 sentimeter (ukuran celana XL).

SELINGAN :  Kemajuan dan Obesitas

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa epidemi obesitas dan munculnya diabetes tipe-2 yang terjadi di negara maju segera akan mempengaruhi negara-negara berpenghasilan rendah, karena makin banyak orang yang mampu memiliki televisi, komputer, dan mobil.  Demikian hasil penelitian Prof. Scott Lear dari Si­mon Fraser University-Kanada, yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal (2014)

Bersama timnya telah menganalisis lebih dari 150.000 orang dewasa dari 17 negara yang ber­penghasilan rendah, menengah, dan tinggi. Hasilnya menemukan bahwa di antara pemilik televisi, mobil, dan komputer, terdapat peningkatan 400% masalah obesitas dan 250% peningkatan risiko diabetes. (Sumber bacaan : Media Indonesia 14/2/2014)
Kita lanjutkan ....
 
Berbagai Negara
Obesitas merupakan malnutrisi yang dikategorikan sebagai kelebihan gizi (overnutrition), prevalensinya terus meningkat di hampir semua negara, termasuk di Indonesia.
Amerika
Sepertiga penduduk AS mengalami kegemukan atau obesitas, diperkirakan memakan biaya 147 juta dollar AS dalam anggaran kesehatan tahun 2008.
Australia
Australia berada pada urutan ke-5 negara-negara yang warganya kegemukan.  Sekitar 63,4% populasi orang dewasa di Australia dikategorikan kelebihan berat badan, naik lebih dari 2%  dibandingkan tahun 2011,  porsi ini terus naik dari 56,3% (1995) dan 61,2%  (2007), seperempat populasi anak-anak kini masuk kategori kegemukan  (Biro Statistik Australia/ABS, 2012)
Selain kegemukan, ABS mengungkapkan jumlah perokok Australia menurun 3% menjadi 16,3%  atau 2,8 juta penduduk. Perlu diketahui bahwa  Australia berupaya keras untuk menekan jumlah perokok dengan aturan ketat, namun apa yang terjadi? Ternyata berhenti merokok, malahan gendut!
Indonesia
Jumlah orang gemuk di Indonesia semakin bertambah.  
Menurut Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas (2010).
(a).  Kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk usia 18 tahun (orang dewasa) tercatat sebanyak 21,7%, 11,7% di antaranya obesitas.  (b).  Anak balita gemuk ada 14,2% (2010), mening­kat 2% dibandingkan tahun 2007, sedangkan jumlah orang dewasa ge­muk mencapai 21,7% (2010), meningkat 2,6% di­bandingkan tahun 2007.  
(c).  Jika jumlah penduduk Indonesia 240 juta jiwa, prevalensi itu sama dengan 52 juta orang atau setara dengan jumlah gabungan pen­duduk Malaysia dan Australia.
(d).  Kasus berat badan lebih ba­nyak terjadi pada perempuan (26,9%) dibandingkan laki-laki (16,3%). Pada semua jenis kelamin, jumlah kegemuk-an cenderung meningkat pada usia 35 tahun ke atas dan berkurang pada usia 60 tahun.
Di negara-negara maju, obesitas terjadi pada mereka yang berstatus sosial rendah, berpendidikan rendah, dan tinggal di daerah perdesaan. Hal itu terkait dengan kurangnya fasilitas untuk aktivitas fisik seperti berjalan dan bermain, sulitnya akses ter­hadap makanan sehat dengan harga terjangkau, dan tingginya paparan iklan tentang junkfood.
Di Indonesia yang merupakan negara berkembang, obesitas lebih banyak terjadi pada masyarakat berstatus ekonomi tinggi dan tinggal di perkotaan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, bukan tidak mungkin risiko obesitas bergeser seperti yang terjadi di negara maju.
Namun kini ‘kea rah Negara maju’ sudah tampak seperti maraknya iklan pro duk junkfood, tumbuhnya restoran fast-food, kurangnya trotoar untuk pejalan kaki, dan langkanya taman kota sudah terjadi di negara kita.
Kasus kegemukan di Indonesia lebih banyak ditemui di perkotaan dari­pada di perdesaan, juga lebih sering ditemui pada kelompok yang berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai PNS, TNI, Polri, dan pegawai kantoran.  Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga maka akan semakin tinggi risiko terkena obesitas (Riskesdas, 2010).
Jum­lah orang gemuk di Indonesia makin meningkat. Jika dibiarkan, hal itu akan menjadi ancaman baru bagi gizi nasional.

SELINGAN :  Pelari terberat

Berat badan rata-rata pelari maraton putra adalah sekitar 55 kg, sedangkan pelari terberat yang pernah menyelesaikan lari maraton adalah berbobot 125 kg.

Kelly Gneiting, juara nasional sumo AS tiga kali, memiliki bobot 181,5 kg saat mengikuti Maraton Los Angeles (20/3/2011). Setelah berjuang selama 9 jam 48 menit 52 detik, dia mencapai finis dan mencatatkan diri dalam Guinness World Record sebagai pelari terberat yang menyelesai­kan maraton sejauh 42,195 km.

Gneiting berlari-lari kecil di 12 km pertama dan menye­lesaikan sisanya dengan jalan kaki. Dia kerap berhenti di perempatan dan lampu merah karena tertinggal jauh dari kecepatan standar yang ditetapkan panitia, yaitu 8 menit per km. Dia mengaku kelelahan setelah 16 km dan baru sadar melewati 24 km ketika temannya membawakan kaus kaki pengganti.   "Aku benar-benar berjuang di 8 km terakhir. Tetapi, kalaupun harus merangkak, akan kulakukan," ujar Gneiting kepada Los Angeles Times (2011).

Dia memperbaiki catatan waktunya sendiri lebih dari dua jam.

Berat badan Gneiting masih sekitar 90 kg saat kuliah dan melonjak setelah menikah. Dia menjadi pesumo11 tahun lalu dan menjadi juara nasional 4 tahun kemudian.

Meski bobot tubuhnya berlebih, dia mengatakan kondisinya fit dan siap membuktikannya di kompetisi lain. Target berikutnya? Berenang menyeberan Selat Inggris. Hmmm....  (sumber bacaan : Kompas, 23/3/2011)

Kita lanjutkan ….

Pencegahan
Mengingat obesitas merupakan masalah yang kompleks, maka perlu pendekatan komprehensif dan berkesinambungan untuk mengatasinya, kebijakan yang mendukung pola hidup sehat harus ada di semua sektor terkait.
Sektor perhubungan harus mewujudkan transportasi massal yang nyaman sehingga mendorong masyarakat untuk beraktivitas dengan transportasi umum daripada duduk manis dalam mobil pribadi dengan ditemani jajanan. Sektor pekerjaan umum, tata kota, dan lingkungan harus merapikan trotoar dan taman kota sebagai upaya mendekatkan sarana aktivitas fisik ke masyarakat.
Masyarakat tentu akan nyaman bila bisa berjalan di trotoar yang bersih dan aman. Masyarakat pasti juga bisa beraktivitas fisik lebih sering bila taman kota diperbanyak. Marilah kita pikirkan dan upayakan bersama!

TIP :  Saran dan pengalaman
(a).  Hindari segala sesuatu yang digoreng, perbanyak makan buah-buahan, hindari makan camilan, dan perbanyak minum air putih”  ujar Yoke yang berhasil menurunkan berat badan dari 83 kg menjadi 61 kg, sebagai pemenang kontes penurunan berat badan yang diadakan FT Roche Indonesia pada 2011.
Yang dilakukannya semasa dalam program penurunan berat badan "Pagi saya rutin sarapan dua putih telur dengan buah-buahan. Lalu makan siang sewajarnya. Saya juga makan malam." Lanjutnya.
Adapun olahraga yang rutin dijalankannya ialah jenis aerobik dengan frekuensi lima kali dalam seminggu, masing-masing selama 30 menit.Diakuinya, tantangan terbesar yang ia rasakan dalam menurunkan dan mempertahankan berat badan ialah mengubah kebiasaan makan.( Sumber : 12/9/2012)
(b).  Masyarakat diharapkan dapat mendidik anak-anaknya untuk memilih makanan bergizi seimbang, mengandung sayur dan buah.  Untuk hal ini pemerintah wajib menyosialisasikan pola hidup sehat, termasuk gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.  Hal ini karena belum semua orang paham akan gizi berimbang. (Ali Khomsan/Guru Besar Dep Gizi Masyarakat IPB, 2012 )

Selamat Mengatur Pola dan Gaya Hidup …….. Demi Kesehatan!

Keterangan gambar : diambil dari internet.
Sumber bacaan a.l ; Kompas (7/5/2012, 7/11/2013); Media Indonesia (4/7& 12/9 &30/10/2012

Bacaan terkait : Kegemukan dan Aktifitas Militer

1 komentar: