Dikemas oleh : Isamas54
Betulkah cinta adalah perbedaan? Apakah pasangan Anda normal apabila
tidak terjadi pertengkaran?. Jawabannya
ada di sini.
Bertengkar atau ‘Cekcok’ dengan pasangan merupakan hal yang dianggap
wajar sehingga ada istilah ada pasangan tanpa perbedaan selisih (kata halus
dari cekcok) maka pasangan tersebut dianggap tidak wajar. Tentu saja apabila bertenggkar tersebut ke
arah yang positif tentu sangat baik – bahkan
ada pasangan suami istri yang untuk meningkatkan gairahnya harus cekcok
dahulu. Tetapi kalau permasalahan
tersebut sudah mengarah kepada adanya UFO (piring terbang), atau sudah adanya
‘make up lain’ alias salah satu lebam, tentu sudah di luar kewajaran, apalagi
kalau sering mungkin untuk hal ini orang hanya bilang ‘hobi ngkali!’
Kita mulai ke inti persoalan …
Kata-kata apa yang paling banyak keluar dari seorang suami pada
istrinya? Jawabannya ternyata adalah “makan-mandi-tidur!”. Karena hal tersebut maka sebuah pasangan
hidup bisa bertengkar sebanyak 7 kali dalam sehari?. Bukan itu saja, karena tidak tahan dengan
omelan istrinya maka dia nekad mencuri agar dipenjara ‘ternyata omelan seorang
istri lebih keras dari teralis besi atau lebih menyiksa dari kehidupan di penjara’.
Tidak cukup sampai di sana, si Pria coba melirik wanita lain yang ada
dihadapannya ternyata hal ini juga mengakibatkan petaka, ditambah dengan dengkuran pasangannya sehingga
menurunkan mood-nya.
Bagaimana kelanjutannya apabila Anda dengan pasangan sudah siap-siap di
tempat tidur untuk menciptakan ‘gempa
lokal’ tetapi gara-gara seekor nyamuk bisa berantakan dan menjadi ‘kiamat’ sehingga
hanya punggung yang berhadapan atau salah satu pindah tempat.
Adakah cerita tersebut? Ikuti tulisan berikut.
(1). 7 Kali
dalam sehari
Sebuah survei yang
dilakukan perusahaan asuransi Inggris mencatat, rata-rata pasangan bertengkar
2.455 kali dalam satu tahun, atau kalau dihitung setara dengan hampir tujuh
kali sehari.
The Sun (2011) mengungkapkan angka-angka
pertengkaran dari berbagai jenis pertengkaran yang didasarkan atas hasil survei
perusahaan asuransi rumah Esure terhadap dari 3.000 orang, baik pasangan
menikah maupun yang masih berpacaran.
Adapun jenis
pertengkaran dan frekuensinya per tahun : (a).
pertengkaran kecil atau seseorang tidak mendengarkan apa yang dikatakan
oleh pasangannya (112 pertengkaran pertahun. (b). Kejengkelan mengenai belanja yang berlebihan
terutama pada pembelian yang impulsif atau tidak penting (108). (c). Rasa
malas (105), (d). mendengkur saat tidur
(102). (e). Perselisihan atau perbedaan apa yang akan
dimakan untuk makan malam (92). (f). Masuk
ke rumah dengan alas kaki kotor atau terkena lumpur (80). (g). Menyetir
terlalu kencang, dan apa yang akan ditonton di televisi (>1 kali seminggu). (h). Seks,
terutama karena kurang atau waktunya, (88).
(i). berbeda pendapat mengenai
mendisiplinkan anak-anak (88), memanjakan
mereka (79). (j). Yang paling menarik adalah karena seseorang
diantara pasangan tidak cukup mengatakan "Aku mencintaimu." (69)
Jadi bertengkar setiap hari merupakan hal yang normal dan sehat?.
Jadi bertengkar setiap hari merupakan hal yang normal dan sehat?.
(2). Cekcok dan merawat anak
Menurut hasil penelitian
psikologi dipimpin Mark E Feinberg di Pennsylvania-AS yang menyurvei 156
orangtua dalam tiga waktu yang berbeda yaitu ketika bayi mereka baru lahir lalu
pada usia enam bulan dan 13 bulan,
menyimpulkan bahwa pasangan suami-istri yang sering cekcok sejak bayi
mereka masih dalam kandungan akan mengalami kesulitan sebagai tim kala merawat
anak.
"Penemuan ini
sangat menolong untuk membuktikan harmonisasi orangtua akan berpengaruh penting
pada emosi anak dan hubungan sosialnya," kata Feinberg yang laporan
penelitiannya dipublikasikan lewat Journal of Family Issues (2012).
Hati-hati yakh, bagi orang tua atau calon orang tua.
(3). Keluarga di Jepang
Apa yang keluar
dari mulut seorang suami Jepang sehari-hari pada istrinya, "meshi-furo-neru"
(makan-mandi-tidur). Tapi, stereotipe itu agak berubah sekarang. Paling
tidak pasangan di Jepang lebih banyak bercakap-cakap.
Menurut sebuah
survai yang dilakukan oleh perusahaan asuransi, rata-rata setiap pasangan (usia
40 tahunan) berbincang-bincang selama satu jam 51 menit sehari, sedangkan
pasangan muda masih kerap bicara dengan rata-rata dua jam 21 menit. Kendati demikian. menurut juru bicara
perusahaan itu hari (28/12/1993) para istri masih mengeluh bahwa dirinya lebih
banyak bicara ketimbang suaminya. Para suami lebih banyak bergumam atau
mengangguk untuk memberi persetujuan. Topik yang paling banyak dibicarakan
adalah soal anak dan menyusul kemudian soal kejadian sehari-hari.
Tidak tahu kalau perkembangannya sekarang ini?
(4). Tak Tahan Diomeli
Karena tidak tahan
mendengar omelan istrinya setiap hari, seorang pria Taiwan bernama Bai (36),
lebih memilih hidup di dalam penjara yaitu dengan sengaja melakukan perampokan
agar dipenjara. Demikian seperti diberitakan Nanyang Siang Pau dan
dilansir The Star (22/11/2012).
Pria ini berniat
melakukan perampokan di sebuah toko kelontong yang ada di kawasan Taichung-Taiwan,
padahal pria ini memiliki penghasilan sendiri yaitu sebagai pemilik sebuah restoran.
Namun Bai nekat
mendatangi toko tersebut bersikeras agar si penjaga toko memanggil polisi dan
langsung berteriak: “Saya di sini untuk merampok. Tolong panggil polisi!”
Dia kemudian
membeli sebungkus rokok dan merokok di luar toko, sembari menunggu kedatangan
polisi. Beberapa saat kemudian polisi
pun datang dan menangkap Bai, namun dia kemudian dilepaskan kembali karena
polisi menyatakan bahwa Bai tidak berniat serius untuk melakukan tindak
kriminal.
Diketahui kemudian
bahwa motif Bai melakukan hal ini adalah demi semata-mata untuk menghindari
sang istri yang kerap mengomel dan marah-marah pada dirinya.
Rupanya omelan
lebih keras daripada teralis besi.
(5). Ingin Rekonsiliasi dengan Istri?
Ingin Rekonsiliasi
dengan Istri? Maka bermainlah dengan
Anak-anak Anda
Hasil penelitian (2011)
yang telah dilakukan The Ohio State University, menyimpulkan bahwa dalam
keluarga di mana ayah bermain lebih banyak dengan anak-anak mereka, hubungan
orang tua akan lebih berkualitas. Tapi pasangan yang merawat anak-anak
prasekolah mereka bersama-sama mungkin memiliki perbedaan pendapat lebih sering
dari pasangan di mana ibu adalah pengasuh utama.
Metode penelitian :
Penelitian dilakukan
melalui studi terhadap 112 pasangan di Midwestern dengan seorang
anak berusia 4 tahun. Pasangan menyelesaikan kuesioner yang menanyakan seberapa
sering orang tua masing-masing bermain dengan anak dan seberapa sering orang
tua masing-masing terlibat dalam kegiatan perawatan, seperti memandikan anak. Para peneliti kemudian mengamati setiap
pasangan selama 20 menit sementara mereka membantu anak mereka menyelesaikan
dua tugas: menggambar gambar keluarga dan yang menggunakan suatu jenis mainan
yang ditetapkan untuk membuat rumah.
Hasil penelitian :
Studi ini menemukan
bahwa pasangan memiliki hubungan yang lebih kuat dan lebih mendukung
ketika ayah menghabiskan lebih banyak waktu bermain dengan anak mereka. Namun
pasangan cenderung untuk tidak saling mendukung jika ayah berpartisipasi
lebih dalam memberikan kasih sayang.
Penelitian ini
membuka secara ilmiah satu cara untuk berbagi tugas orangtua dalam keluarga
mereka.
Penulis studi Sarah
Schoppe-Sullivan, seorang profesor perkembangan manusia dan ilmu pengetahuan
keluarga, menyatakan : "Temuan ini mengejutkan para peneliti
dan mungkin mengecewakan bagi orang yang percaya pengasuhan harus dibagi sama
rata oleh ibu dan ayah,"
SELINGAN (sebelum
baca yang berikutnya!)
Anda semakin jarang
tertawa?
http://banjarmasinpost.co.id/photo/2010/10/9a569a2fc5978325a29e6b8489f7bb11.jpg
Tertawa
adalah ungkapan kebahagiaan yang bisa membuat kita lebih rileks, tertawa juga
diyakini punya kekuatan menyembuhkan. Tapi tahukah Anda bahwa makin
bertambahnya usia, makin jarang kita tertawa?
"Setiap periode usia memiliki skala tertawa sendiri. Kelompok usia yang paling jarang tertawa adalah di usia 50-an," kata Dr.Lesley Harbidge, peneliti dari Universitas Glamorgan.
Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan Harbidge, balita dan anak-anak pada umumnya tertawa 300 kali dalam sehari karena hidup bagi mereka sangatlah menyenangkan. Sementara itu kelompok remaja rata-rata tertawa 6 kali dalam sehari, dimana hal yang bisa memicu mereka tertawa adalah kesialan orang lain.
Di usia dewasa, jumlah kita tertawa makin sedikit lagi yakni tinggal 4 kali dalam sehari. Namun di usia 30-an jumlahnya akan meningkat menjadi 5 kali sehari dan terus bertambah ketika memiliki anak. Ketika kita memasuki usia 50-an, para peneliti dari Inggris menemukan paling banyak mereka tertawa 3 kali dalam sehari dan jumlahnya menyusut menjadi 2,5 kali di usia 60 tahun. Mereka juga jarang menceritakan lelucon.
Padahal, tertawa adalah obat stres yang paling manjur. "Saat tertawa tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin. Hari-hari yang dilengkapi dengan tawa akan membuat kita jarang terkena stres," kata Harbidge.
Para ahli juga menemukan, sifat suka marah dan mengeluh yang dialami orang tua, atau disebut Sindrom Victor Meldrew ini lebih sering dialami pria dibanding wanita.
"Setiap periode usia memiliki skala tertawa sendiri. Kelompok usia yang paling jarang tertawa adalah di usia 50-an," kata Dr.Lesley Harbidge, peneliti dari Universitas Glamorgan.
Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan Harbidge, balita dan anak-anak pada umumnya tertawa 300 kali dalam sehari karena hidup bagi mereka sangatlah menyenangkan. Sementara itu kelompok remaja rata-rata tertawa 6 kali dalam sehari, dimana hal yang bisa memicu mereka tertawa adalah kesialan orang lain.
Di usia dewasa, jumlah kita tertawa makin sedikit lagi yakni tinggal 4 kali dalam sehari. Namun di usia 30-an jumlahnya akan meningkat menjadi 5 kali sehari dan terus bertambah ketika memiliki anak. Ketika kita memasuki usia 50-an, para peneliti dari Inggris menemukan paling banyak mereka tertawa 3 kali dalam sehari dan jumlahnya menyusut menjadi 2,5 kali di usia 60 tahun. Mereka juga jarang menceritakan lelucon.
Padahal, tertawa adalah obat stres yang paling manjur. "Saat tertawa tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin. Hari-hari yang dilengkapi dengan tawa akan membuat kita jarang terkena stres," kata Harbidge.
Para ahli juga menemukan, sifat suka marah dan mengeluh yang dialami orang tua, atau disebut Sindrom Victor Meldrew ini lebih sering dialami pria dibanding wanita.
Kita lanjutkan …
(6). Saat liburan
Liburan seharusnya
menjadi saat paling santai, terutama bagi pasangan suami istri yang sibuk
dengan pekerjaan kantor, merupakan momen untuk menemukan kembali kemesraan di
antara suami istri, dimana semua orang memiliki bayangan mereka sendiri tentang
liburan yang sempurna. Tetapi apabila
dalam liburan tersebut terjadi perdebatan maka semua ‘keindahan’ yang
dibayangkan tadi bisa berubah menjadi petaka, yang tentunya membutuhkan rekonsiliasi.
Penelitian :
Penelitian :
Sebuah hasil survei
(2012) yang melibatkan seribu warga Inggris menunjukkan bahwa penyebab yang
dapat memicu pertengkaran suami istri saat liburan yaitu dari mulai suami yang
memperhatikan perempuan lain secara tak sengaja sampai adanya perbedaan
keinginan.
Hasil penelitian :
Sebanyak 79% pasangan mengaku mengalami dua kali pertengkaran besar saat liburan, 62% mengaku berselisih setiap hari selama liburan bahkan 6%-nya dari pasangan itu memilih pindah kamar karena bersitegang dengan pasangan.
adapun pemicu umumnya seperti suami kesal dengan kebiasaan perempuan yang terlalu lama berdandan untuk makan malam, menghabiskan banyak uang, hingga perjalanan ke bandara yang tepat waktu.
Berikut adalah 10 daftar teratas penyebab pertengkaran suami-istri saat liburan yang menjadi 'Petaka' : (1). Pria melirik perempuan lain. (2). Satu pihak ingin melakukan kegiatan, satunya lagi ingin santai. (3). Di mana dan apa yang dimakan (4). Minum alkohol terlalu banyak (5). Membaca peta dan mengemudi (6). Mengepak (suami membawa barang terlalu sedikit, istri terlalu banyak) (7). Perempuan terlalu lama bersiap-siap untuk makan malam (8). Menghabiskan terlalu banyak uang (9). Tiba di bandara tepat waktu (10). Mata uang (berapa banyak dan di mana mendapatkannya).
mudah-mudahan ini sangat bermanfaat bagi yang saat ini akan atau sedang berlibur dengan pasangan?
Hasil penelitian :
Sebanyak 79% pasangan mengaku mengalami dua kali pertengkaran besar saat liburan, 62% mengaku berselisih setiap hari selama liburan bahkan 6%-nya dari pasangan itu memilih pindah kamar karena bersitegang dengan pasangan.
adapun pemicu umumnya seperti suami kesal dengan kebiasaan perempuan yang terlalu lama berdandan untuk makan malam, menghabiskan banyak uang, hingga perjalanan ke bandara yang tepat waktu.
Berikut adalah 10 daftar teratas penyebab pertengkaran suami-istri saat liburan yang menjadi 'Petaka' : (1). Pria melirik perempuan lain. (2). Satu pihak ingin melakukan kegiatan, satunya lagi ingin santai. (3). Di mana dan apa yang dimakan (4). Minum alkohol terlalu banyak (5). Membaca peta dan mengemudi (6). Mengepak (suami membawa barang terlalu sedikit, istri terlalu banyak) (7). Perempuan terlalu lama bersiap-siap untuk makan malam (8). Menghabiskan terlalu banyak uang (9). Tiba di bandara tepat waktu (10). Mata uang (berapa banyak dan di mana mendapatkannya).
mudah-mudahan ini sangat bermanfaat bagi yang saat ini akan atau sedang berlibur dengan pasangan?
(7). Bagaimana kalau di Tempat
Tidur?
Tempat tidur
seharusnya adalah tempat yang paling romantis bagi pasangan untuk menghabiskan
malam. Apa jadinya jika tempat ini dinodai oleh konflik-konflik kecil yang
justru membuat pasangan jadi berseteru.
Penelitian
:
Sebuah penelitian yang dilakukan dalam rangka menyambut Pekan Nasional Berhenti Mendengkur di Inggris telah dilakukan terhadap 2.000 orang yang sedang menjalin hubungan dengan komitmen. Rata-rata pasangan bertengkar di kamar tidur sebanyak 167 kali dalam setahun, adapun penyebab yang paling banyak adalah karena berebut selimut dan mendengkur, sebanyak 1 dari 10 pasangan tersebut mengaku bertengkar setidaknya 2 kali dalam seminggu.
Hasil penelitian
Sebuah penelitian yang dilakukan dalam rangka menyambut Pekan Nasional Berhenti Mendengkur di Inggris telah dilakukan terhadap 2.000 orang yang sedang menjalin hubungan dengan komitmen. Rata-rata pasangan bertengkar di kamar tidur sebanyak 167 kali dalam setahun, adapun penyebab yang paling banyak adalah karena berebut selimut dan mendengkur, sebanyak 1 dari 10 pasangan tersebut mengaku bertengkar setidaknya 2 kali dalam seminggu.
Hasil penelitian
Hasil penelitian
menunjukkan : (a). Banyak orang yang
sangat terpengaruh akibat pasangannya yang mendengkur dan memonopoli selimut di
tempat tidur.
(e). Pertengkaran lainnya adalah mengeluh tentang
suhu kamar yang terlalu panas, mengijinkan anak-anak ikut tidur di ranjang, dan
karena masalah suasana hati saja.
"Penelitian kami menunjukkan sebagian besar pertengkaran pasangan yang terjadi di kamar tidur berasal dari kebiasaan yang mudah diatasi seiring berkembangnya hubungan," kata Claire Haigh dari hotel Premiere Inn yang melakukan penelitian seperti dilansir Daily Mail (20/11/2012).
Masalah lain yang menyebabkan perseteruan di kamar tidur adalah pasangan yang terlalu banyak mengambil tempat di atas ranjang. Tersentuh kaki pasangan yang dingin juga dapat menyulut pertengkaran. Lucunya, berpelukan terlalu lama juga dapat menyebabkan perselisihan.
"Penelitian kami menunjukkan sebagian besar pertengkaran pasangan yang terjadi di kamar tidur berasal dari kebiasaan yang mudah diatasi seiring berkembangnya hubungan," kata Claire Haigh dari hotel Premiere Inn yang melakukan penelitian seperti dilansir Daily Mail (20/11/2012).
Masalah lain yang menyebabkan perseteruan di kamar tidur adalah pasangan yang terlalu banyak mengambil tempat di atas ranjang. Tersentuh kaki pasangan yang dingin juga dapat menyulut pertengkaran. Lucunya, berpelukan terlalu lama juga dapat menyebabkan perselisihan.
SELINGAN
Dengkuran
Masih
dari hasil penelitian tersebut, tapi diutamakan tentang masalah dengkuran :
(a). Sebanyak separuh di antara seluruh
peserta mengaku bahwa pasangannya mendengkur,
(b). lebih dari setengah
responden menyalahkan pria sebagai pihak yang sering mendengkur. (c). 39% responden mengaku baik pria ataupun
wanita sama-sama harus disalahkan.
Jajak pendapat juga mengungkapkan bahwa rata-rata responden terganggu sebanyak hampir 2 kali dalam seminggu oleh dengkuran pasangannya, tapi pendengkur ini juga rata-rata terbangun dari tidurnya dengan napas berat hampir sekali dalam seminggu.
"Orang-orang menderita karena dengkuran dalam tingkatan yang bervariasi. Penelitian menunjukkan bagaimana sesuatu hal seperti mendengkur dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, terutama jika salah seorang pasangan sedang amat membutuhkan tidur," kata Haigh.
Jajak pendapat juga mengungkapkan bahwa rata-rata responden terganggu sebanyak hampir 2 kali dalam seminggu oleh dengkuran pasangannya, tapi pendengkur ini juga rata-rata terbangun dari tidurnya dengan napas berat hampir sekali dalam seminggu.
"Orang-orang menderita karena dengkuran dalam tingkatan yang bervariasi. Penelitian menunjukkan bagaimana sesuatu hal seperti mendengkur dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, terutama jika salah seorang pasangan sedang amat membutuhkan tidur," kata Haigh.
Kita lanjutkan …
10 Hal yang Paling Sering Membuat Pasangan Bertengkar di tempat tidur adalah : (1). Memonopoli selimut (2). Mendengkur (3). Kamar terlalu panas (4). Tidak 'mood' (5). Membiarkan anak-anak tidur seranjang (6). Tidur di sisi ranjang yang salah (7). Kamar terlalu dingin (8). Tersentuh oleh kaki pasangan yang dingin (9). Waktu tidur yang tidak kompak (10). Menyalakan lampu untuk membaca.
Catatan penulis :
Memang cinta adalah
perbedaan, tetapi mempunyai komitmen
yang tulus untuk saling mengisi atas segala kelebihan dan kekurangan, sehingga cekcok
atau bertengkar adalah merupakan ‘bumbu’ untuk mengarah pada keseimbangan komitmen, asal dalam batas kewajaran. (milsafat, nikh ye!)
Mudah-mudahan
sangat bermanfaat bagi Anda.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber
editing bacaan : health.detik.com
2012/11/20, metrotvnews.com 2012/08/14,
id.news.yahoo.com 2011/2/4, gayahidup.liputan6.com 2011/5/21, Kompas 29/12/1993,
hariansib.info 22/11/12,mediaindonesia.com 2012/03/06, banjarmasinpost.co.id
2010/10/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar