Jumat, 19 April 2013

Sosial Ekonomi : Dampak Kenaikan Harga Bawang


Dikemas oleh : Isamas54
Kenaikan tajam harga bawang merah dan putih di beberapa daerah di Indonesia tahun 2013 ini berdampak besar terhadap beberapa aspek kehidupan produsen, konsumen, dan sektor kegiatan yang terkait.

Kenaikan tajam harga bawang di beberapa daerah di Indonesia berdampak besar bagi sejumlah industri rumahan, bahkan bisa mengakibatkan beberapa perusahaan menurunkan produksinya atau berhenti beroperasi.

Industri kerupuk
Industri kerupuk di wilayah Kabupaten Gunungkidul-DI Yogyakarta (DIY) terpaksa menghentikan produksinya akibat harga bawang putih yang tidak terjangkau.  Pada awalnya industri rumahan yang mengandalkan bahan baku bawang ini terpaksa mengurangi penggunaan bawang, namun saat harga bawang mencapai Rp60.000 per kg --diperparah dengan minimnya stok bawang di pasaran-- maka industri krupuk yang berada di Desa Papringan ini terpaksa menghentikan produksi karena harga bawang tidak terjangkau. 
Hal ini karena hasil penjualan produknya tidak sebanding dengan harga bahan baku, selain itu juga terpaksa merumahkan sementara karyawannya untuk menekan ongkos produksi.

Bawang goreng dan warung makan
Kabupaten Kuningan memang dikenal sebagai penyuplai bawang goreng ke sejumlah perusahaan makanan instan di Jakarta, dimana pengiriman bawang goreng pun mencapai ratusan ton dalam sekali order.
Sejak harga bawang merah naik menjadi Rp50 ribu per kilogram, satu per satu industri bawang goreng (sudah sekitar 40 industri bawang goreng) di Kuningan yang selama ini yang mendapat pasokan bahan baku dari Sumenep, berhenti beroperasi.
Tidak hanya industri bawang goreng yang terkena dampak naiknya harga, tetapi pengelola warung makan juga mengeluh karena keuntungan mereka turun 20-30%  karena ongkos produksi meningkat, tetapi tidak mudah menaikkan harga makanan karena khawatir sepi pembeli.
Kenaikan tertinggi bawang yaitu tahun 2012 hanya Rp35 ribu per kg, atau tidak separah sekarang ini sampai Rp60 ribu per kg, sehingga dengan demikian keuntungan berkurang sekitar 20% per hari.

Penyortir bawang/ Butik
Dalam proses pengolahan bawang sampai menjadi hasil industri yang cukup besar dan dapat dikonsumsi tentunya tidak terlepas dari jasa pembutik/butik, yang biasanya diistilahkan kepada para perempuan yang merupakan buruh pemetik dan pembersih bawang merah.
Dengan adanya kenaikan harga bawang dan kelangkaan stik bawang merah mengakibatkan ribuan penyortir bawang di Kabupaten Brebes-Jawa Tengah ini kehilangan pekerjaan, mereka menganggur karena tidak ada pengusaha yang memakai tenaga mereka.

Panen Dini
Tingginya harga membuat petani di sentra bawang Kabupaten Brebes-Jawa Tengah, mereka tergiur dan tidak tahan menanti 10 hari ke depan untuk panen.
"Bawang kami masih berumur 40 hari, tapi kami panen supaya bisa segera dijual dengan harga saat ini yang tinggi. Seharusnya bawang yang bagus dipanen setelah berumur 50 hari," la berdalih harga bawang merah yang tinggi biasanya hanya bertahan paling lama 10 hari. "Kami khawatir sebentar lagi ada guyuran bawang impor sehingga harganya anjlok lagi. Kami ingin dapat untung juga dengan harga sekarang ini," kata salah seorang petani di Desa Klampok, Kecamatan Wanasri (15/3).
yang bisa menjual bawangnya dengan harga Rp40 ribu per kilogram (15/3/13).

Marak pencurian
Ketika masih tidak menentunya Harga bawang merah dan bawang putih yang tetap tinggi, maka di sentra produksi bawang di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pencurian marak terjadi.
“Setiap malam, kami terus menjaga lahan tanaman bawang.  Tapi, malam tadi saya pulang pikul 10.000 WIB dan mendapati sawah sudah kosong paginya”.  kata seorang petani di Desa Pebatan Kecamatan Wanasari.  :”Enam kotak tanaman bawang yang sudah siap panen digasak pencuri .  saya yakin pencurian marak karena harga bawang merah lagi bagus-bagusnya”,  sambungnya.  Dia mengalami kerugian mencapai 1 juta rupiah, dimana harga bawang di tingkat petani Rp35 ribu per kg.  (Media Indonesia, 5/4/2013)

Harga naik dan stok berkurang
Periode Maret 2013, harga komoditas bawang merah yang naik dari harga sebulan sebelumnya dari Rp35 ribu menjadi Rp50 ribu per kilogram, disamping itu stok di pasaran berkurang.  "Stok bawang merah di  petani sudah menipis. Pedagang sulit mendapat pasokan," kata seorang petugas Pasar Singosari.
"Naiknya mencapai 100%. Bulan lalu, kami bisa membeli Rp25 ribu, hari ini sudah harus Rp52 ribu," kata Seheni, 34, warga Jalan Salak.
Kenaikan harga bawang merah juga terjadi di Kota Madiun. Pedagang di pasar tradisional mematok harga Rp52 ribu per kilogram.
Biasanya, kenaikan hanya berlangsung paling lama satu bulan dan turun lagi ke harga normal. Kali ini, kenaikan bertahan lebih dari satu bu­lan dan terus merambat.

Beberapa komentar
Di sejumlah daerah harga bawang putih dan merah tinggi, kenaikan mulai terjadi sejak dua pekan lalu, hingga harga bawang merah dan putih kompak bertengger di harga Rp70 s/d Rp80 ribu.
Berikut beberapa komentar …
"Banyak pedagang beralih jualan sayuran untuk sementara, Kami sengaja tidak mengambil bawang putih dari distributor karena har­ganya tinggi," kata seorang pedagang di Kota Bandung-Jawa Barat yang harga bawang putihnya mencapai Rp70 ribu per kilogram.
"Sudah tujuh tahun saya berdagang bawang, dan baru kali ini harganya melonjak tinggi seperti sekarang," kata seorang pedagang di Pasar Induk Caringin yang harga bawang putihnya mencapai Rp60 ribu per kg.
Di Banyumas dan Purbalingga-Jawa Tengah, dika­renakan keuntungan semakin menipis, pelaku usaha kuliner terpaksa mengurangi belanja.
"Setiap hari saya biasa belanja bawang putih 1 kilogram, seka­rang terpaksa saya kurangi setengahnya. Keuntungan makin tipis, karena kami belum berani menaikkan harga makanan," kata seorang pengusaha kuliner di Purwokerto yang harga bawang putihnya sudah mencapai Rp80 ribu.
"Biasanya, per hari saya bisa menjual bawang merah dan putih di atas 200 kg. Namun, sekarang di bawah 100 kg," ujar seorang penjual bawang di Pasar Tradisional Kosambi-Kota Bandung (12/3) yang omzet penjualannya menurun hingga di bawah 40% per hari. "Masa orang kecil ini jadi dimakan bumbu'," ujar seorang penjual nasi di pasar tersebut yang terpaksa harus mengatur strategi agar tidak merugi.
"Kebijakan impor ini bukti pemerintah gagal dalam membangun kedaulatan pangan na­sional," kata ketua salah satu organisasi dalam bidang penggalangan tani.

Harga mulai menurun
Di awal April 2013, konsumen agak bernapas lega karena harga bawang putih yang sebelumnya bertengger di Rp80 ribu per kilogram sudah turun hingga Rp20 ribu.  Di Madiun, harga bawang putih dan cabai rawit mulai turun. Harga bawang putih kating yang semula Rp50 ribu turun hingga Rp22 ribu per kilogram.
Kondisi harga bawang merah dan bawang putih turun di Surabaya juga mulai menurun.  Pasokan bawang merah yang terhambat akibat kontainer yang tertahan (4/4/2012)  di Pelabuhan Tanjung Perak-Surabaya, sudah lancar kembali dan sejumlah pedagang mengaku stok kembali melimpah.
Di Jatim, sejumlah sentra penghasil bawang merah juga sudah mulai panen. Di Surabaya, harga bawang merah turun dari Rp50 ribu menjadi Rp35 ribu.
"Pasokan sudah lancar. Harga bawang putih dan bawang merah terus turun setiap hari," kata seorang pedagang di Pasar Wonokromo.
"Pasokan sudah lancar. Harga bawang putih dan bawang merah terus turun setiap hari," kata seorang pedagang di Pasar Wonokromo.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : Media Indonesia 13&16/3 dan 3/4/2013.

Bacaan terkait :
Upaya pengendalian harga bawang
Nasib produsen dan konsumen bawang
Nasib Para Perempuan Butik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar