Senin, 29 Oktober 2012

Kesehatan : Osteoporosis, Penyakit Pengeroposan Tulang (Bagian 1)

.
Dikemas oleh Isamas54
Osteoporosis merupakan penyakit tak bergejala dan berlangsung lama yang disebabkan oleh hilangnya kepadatan tulang secara perlahan-lahan.

Data dan pengertian
(a).  Osteoporosis adalah penurunan densitas tulang, kerusakan arsitektur tulang dan meluasnya kerapuhan tulang (menurut Badan Kesehatan Dunia WHO).  Dampak dari osteoporosis adalah kekuatan tulang akan menurun dan risiko patah tulang meningkat.
(b).  Disebut osteoporosis karena bentuk tulang yang berlubang – lubang atau berpori – pori, dimana istilah osteoporosis ini  ditemukan oleh seorang ahli patologi Perancis, Jean Georges Lobstein tahun 1929 di Strasbourg.
 (c).  Di seluruh dunia, 1 dari 3 wanita posmenopause dan 1 dari 5 pria berusia di atas 50 tahun, berisiko terkena osteoporosis,  di Indonesia 1 dari 5 orang berusia di atas 60 tahun menderita osteoporosis.
(d).  Hari Osteoporosis Sedunia jatuh pada setiap tanggal 20 Oktober

SELINGAN (boleh dibaca boleh tidak)
(1).  Data : Kejadian patah tulang, konsumsi kalsium dan susu
(a).  Angka kejadian patah tulang
Data Puslitbang Gizi Kemen­kes mengungkapkan, dua dari lima orang Indonesia berisiko tinggi terkena pengeroposan tulang, jumlah itu tertinggi daripada prevalensi dunia yakni satu dari tiga orang.
Sedangkan angka patah tulang pada penderita osteoropsis akan meningkat menjadi satu dari dua perempuan di atas 60 tahun, sedangkan pada laki-laki 1 dari 5 la­ki-laki osteoporosis berusia di atas 50 tahun, mening­kat pada laki-laki berusia di atas 60 tahun menjadi 1 dari 3 laki-laki osteoporosis. Lokasi yang paling sering pa­tah tulang adalah tulang belakang (46 persen), tulang panggul (19 persen), dan tulang pergelangan tangan (15 persen).
Tahun 2005, Health Techno­logy Assessment melaporkan, di Indonesia tahun 2000 angka kejadian patah tulang pada penderita osteoporosis 227.850 kasus dengan biaya pengobatan 2,7 miliar dollar AS. Tahun 2020 angka kejadian patah tulang pada os­teoporosis meningkat menjadi 426.300 kasus dengan total biaya pengobatan 3,8 miliar dollar AS. Biaya pengobatan patah tulang akibat os­teoporosis hingga tuntas Rp 80 juta-Rp 100 juta. (sumber : Kompas,  25 Juni 2012)
(b).  Konsumsi kalsium
Konsumsi kalsium rata-rata orang Indonesia yang hanya 25,4 mg per hari, jumlah tersebut hanya memenuhi seperempat dari standar minimal asupan kalsium internasional (1.000-1.200 mg per hari).  Sehingga dengan demikian osteoporosis (perngeroposan tulang) menjadi masalah cukup serius bagi Indonesia (Dir. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Kemenkes, 24/10/2010).
Rendahnya asupan kalsium yang antara lain terkandung dalam susu menjadi penyebab tingginya ancaman osteoporosis.  Bahkan, sebagian besar perempuan Indonesia masih kekurangan 50% kalsium harian mereka.
(c).  Konsumsi susu
Indonesia termasuk pengonsumsi susu terendah di dunia de­ngan rata-rata di bawah 10 liter per orang per tahun, coba bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 25 liter, Filipina 22,1 liter, Thai­land 31,7 liter, dan Vietnam 12,1 liter per orang/tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi minimnya tingkat konsumsi susu di Indo­nesia, antara lain rendahnya produk susu nasional, daya beli, dan budaya minum susu yang masih rendah.".  (Sumber : Media Indonesia, 25/10/2010)
Hasil analisa data Puslitbang Gizi Kemenkes dengan jumlah Sampel 65.725 orang (22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) menunjukkan, angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7%, sedangkan preva­lensi osteoporosis 10,3%.   Juga diperoleh data bahwa prevalensi osteopenia dan osteoporosis pada usia kurang dari 55 tahun lebih tinggi pada laki-laki.
Adapun pada usia lebih dari 55 tahun,  peningkatan osteopenia pada perempuan enam kali lebih besar, dan peningkatan osteopo­rosis pada perempuan dua kali lebih tinggi ketimbang pria.

(2).  Operasi dan Tulang
Penelitian mengungkapkan bahwa operasi penurunan berat badan pada kelompok remaja obesitas dapat berpengaruh buruk terhadap kekuatan tulang dan persendian, dimana kandungan mineral dalam tulang turun drastis karena ikut terbuang ketika operasi berlangsung.
"Dua tahun setelah operasi, kandungan mineral tulang pada remaja turun drastis sebesar 7,4%," kata dokter Anne-Marie Kaulfers, ketua penelitian dari Universitas South Alabama, AS.
Para ilmuwan.menganalisis 60 remaja obesitas. "Hasilnya massa tulang turun dan itu dapat dilihat dari performa mereka ketika berkegiatan menggunakan kekuatan dan ketahanan tulang," tandas Kaulfers. (Harian Media Indonesia, 30/2/2011)

(3).  Cangkang untuk Implan
Cangkang telur ayam dapat diolah menjadi bahan biomaterial untuk implantasi tulang. Bila dibandingkan dengan material implantasi tulang, seperti septodont, yang ada di pasaran, bio-material ini lebih ekonomis ka­rena memanfaatkan limbah cangkang telur, kata Idha Aisyah, peneliti dari Departemen Fisika Fakultas MIPA IPB (24/4).  Pembuatan melalui serangkaian proses antara lain kalsinasi dan sintering pada suhu 1.000 derajat Celsius serta pemberian asam fosfat. Uji coba biomate­rial implan yang disebut biphasic calcium phosphate ini dilakukan pada tulang kaki domba. Dalam tiga bulan, tulang telah pulih kembali. (Kompas, 26 April 2012)

Kita lanjutkan ke osteoporosis …

Gejala Osteoropsis
Sering dikatakan sebagai silent disease karena proses hilangnya tulang berlangsung secara progresif selama bertahun – tahun tanpa disadari dan tanpa disertai gejala atau tanda – tanda khusus.  Terkadang kondisi tersebut sering terabaikan karena dianggap merupakan proses alami penuaan.
Gejala yang timbul seperti patah tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan serta nyeri punggung yang seringkali muncul pada tahap osteoporosis lanjut.

Penyebab
(a).  Massa tulang puncak yang memadai tidak tercapai. (b). Ketidakseimbangan pada proses remodeling tulang, (c). Resorpsi/penyerapan tulang Iebih besar dari pembentukan
Hal ini menyebabkan :
(a).  Pergantian (Turnover) tulang meningkat
(b).  Perubahan massa, strukturdan kekuatan tulang
(c).  Osteoporosis

Yang beresiko
Jika Anda : (a).  Wanita posmenopause atau menopause dini, (b). Berusia 65 tahun atau Iebih, (c).  Memiliki riwayat keluarga yang mengalami patah tulang/retak, (c). Menggunakan obat kortikosteroid jangka panjang, (d).  Terlalu kurus atau berat badan rendah, (e).  Kurang asupan kalsium dan vitamin D, (f).  Beraktivitas kurang atau berlebihan, (g).  Mengkonsumsi alkohol atau kafein berlebihan, (h).  Memiliki penyakit lain, seperti gagal ginjal, hipotiroid, dan malabsorpsi,  . 
Pada usia muda mungkin bisa terkena osteoporosis (jarang dijumpai) yang dikenal dengan istilah osteoporosis juvenile, merupakan self limiting disease yang biasanya terjadi pada usia 8 dan 14 tahun dengan gejala nyeri punggung dan kompresi vertebrae. 
Sekitar 30% wanita dengan usia di atas 60 tahun menderita osteoporosis. Risiko perkembangan osteoporosis postmenopause meningkat seiring usia. Mekanisme yang menyebabkan kehilangan tulang hanya dimengerti sebagian. Ketika produksi estrogen menurun setelah menopause, wanita akan mengalami peningkatan kehilangan massa tulang dikombinasi dengan peningkatan resorpsi tulang dengan intensitas yang berbeda. Selain itu, massa tulang puncak wanita yang lebih rendah dibandingkan dengan pria merupakan faktor risiko penting pada perkembangan osteoporosis.

Kasus penderitaan
(a).  Patah tulang mengakibatkan rasa sakit, jernah dan berkurangnya kualitas hidup (b).  Tiga puluh tiga persen orang dewasa yang menderita patah tulang di bagian panggul menjadi terganggu fisiknya dan tidak marnpu hidup mandiri satu tahun setelah patah tulang. (c).  Setidaknya 1 dari 5 akan meninggal dalam setahun setelah patah tulang. (d).  Patah tulang di daerah tulang belakang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat, cacat jangka panjang atau pendek, tulang belakang melengkung serta berkurangnya kualitas hidup secara signifikan. (e).  Tanpa pengobatan, risiko kemungkinan menderita patah tulang yang baru sangatlah tinggi.
Bagaimana pemeriksaan dan pencegahannya? Dapat dilihat di Bagian 2

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber a.l : prodia.co.id, Media Indonesia, 25/10/ 2010, Kompas,  25 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar