Film porno adalah merupakan
film yang mengeksploitasi pornografi yang penyuguhannya dibuat menarik bagi
penonton, efeknya bisa menyenangkan atau bisa juga menimbulkan kegalauan.
Film porno adalah
film yang dikategorikan mengandung unsur yang mengeksploitasi hubungan
seksual dan aurat manusia, yang bisa
dijadikan sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan terutama di dunia timur (id.wikipedia.org).
Dalam tulisan ini
terkadang bisa diasosiasikan film atau gambar.
Sejarah
Film porno muncul tidak lama setelah ditemukannya film pada
tahun 1900-an, yang paling awal dibuat adalah di Prancis pada 1908 berjudul “A
L'Ecu d'Or ou la bonne auberge", yang jalan ceritanya menggambarkan
seorang tentara yang kelelahan yang selanjutnya menjalin HS dengan seorang
perempuan pelayan di sebuah penginapan.
El Satario dari Argentina adalah yang mungkin dibuat lebih
tua lagi dengan pembuatannya kemungkinan antara tahun 1907 dan 1912. Selain itu film Jerman Am Abend (sekitar
1910), merupakan salah satu film porno yang tercatat tertua yang masih tersimpan
dalam Kinsey Collection di Amerika.
Dalam dasawarsa-dasawarsa berikutnya semakin banyak film
porno yang dibuat namun karena sifat pembuatan dan distribusi yang biasanya
sembunyi-sembunyi maka keterangan dari film-film seperti itu seringkali sulit
diperoleh.
Mona, yang dibuat tahun 1970 umumnya diakui sebagai film porno pertama yang eksplisit dan yang diedarkan di bioskop-bioskop di AS.
Mona, yang dibuat tahun 1970 umumnya diakui sebagai film porno pertama yang eksplisit dan yang diedarkan di bioskop-bioskop di AS.
Film-film porno awal tahun 1900-an biasanya diputar dengan
tangan, dan para pemerannya biasanya tidak ingin dikenal karena tekanan sosial.
Banyak bintang
film yang diam-diam popular melalui industri film hiburan dewasa seperti
dilansir cnbc.com antara lain: Alexis
Texas, Sunny Leone, Jesse Jane, Allie Haze, dan Asa Akira
(mediaindonesia.com, 2012/03/30)
Bisnis
yang kuat
Film porno adalah merupakan
bisnis yang tumbuh subur dan sangat menguntungkan, yaitu berdasarkan sebuah
artikel Reuters tahun 2004 menyebutkan bahwa “industry multi-miliaran dolar ini
memproduksi sekitar 11.000 judul DVD tiap tahun, sehingga hal ini menjadikannya
sebagai industry yang sangat kuat …”. (id.wikipedia.org)
Kesehatan para bintang
Film porno tidak
terlepas dari gonti-ganti pasangan, sehingga dengan maraknya epidemic virus
HIV/AIDS maka tidak sedikit kasus bintang film porno yang terinfeksi penyakit
karena virus ini. Untuk melindungi
kesehatan para bintang film porno tersebut di Los Angeles (AS), diwajibkan kepada
para pemain untuk menggunakan kondom saat berakting. Peraturan
ini sudah diperjuangkan sejak lama oleh organisasi AIDS Healthcare
Foundation yang bermarkas di Los Angeles yang akhirnya peraturan tersebut
disepakati oleh Dewan Kota Los Angeles. (detiknews.com/read/2012/01/18)
Segi
positif dan negatif
Ketagihan film
porno mungkin dapat dikatakan sebagai penyakit
social, tetapi bagi mereka yang berpasangan justru film porno bisa memberikan pengaruh positif untuk
keharmonisan hubungan. Menurut sebuah studi yang diterbitkan 'The Archives of
Sexual Behavior', menonton film porno bersama pasangan dapat memperkuat ikatan
cinta. (kaskus.us 03/08/2010)
Tetapi mungkin bagi
sebagian kalangan ada yang kurang sependapat atau setidak-tidaknya dari
beberapa hasil penelitian (terutama yang berlebihan) seperti berikut ini…
(1). Pengaruh terhadap pasangan dan konsumen
Sebuah penelitian
baru menemukan bahwa menonton film porno dapat memberi pengaruh negatif
terhadap hubungan dan kehidupan seks suatu pasangan, pasalnya orang jadi
mengidealkan individu yang dilihat dalam film porno tersebut dan mencoba meniru
perilaku mereka. Temuan tersebut
dipresentasikan beberapa peneliti Australia dalam konferensi Women's World di
University of Ottawa, dimana lelaki digambarkan ramping berotot dan perempuan
memperlihatkan kelebihannya walaupun disuntik botox dan menjalani bedah plastic,
lebih buruk lagi kalau seks dibangun di sekitar gagasan tentang penyerahan dan
dominasi di mana perempuan dijadikan objek untuk melayani kebutuhan seksual
lelaki.
Walaupun hal ini
ditentang namun gagasan bahwa pornografi dapat memberdayakan perempuan di layar
(bukan hanya citra penyerahan dan dominasi), juga mereka mengimbuhkan bahwa pornografi
bisa menjadi kian berbahaya dikarenakan konsumen akan menginginkan sesuatu yang
lebih berani.(mediaindonesia.com , 2011/07/10)
(2). Pecandu dan kekhawatiran.
Hasil dari sebuah
survei yang dilakukan BBC Radio One Newsbeat, seperti dikutip situs
dailymail.co.uk, (22/4) bahwa kaum lelaki rata-rata menghabiskan dua jam
seminggu untuk melihat pornografi di internet, sementara kaum perempuan hanya
melihat konten dewasa itu selama 15 menit setiap minggu.
Jajak pendapat itu dilakukan terhadap lebih dari 1.000 orang lelaki dan perempuan berusia antara 18-24 tahun.
Jajak pendapat itu dilakukan terhadap lebih dari 1.000 orang lelaki dan perempuan berusia antara 18-24 tahun.
Satu dari empat
lelaki mengaku, mereka merasa takut telah menonton terlalu banyak konten
X-rated itu secara online. Persentase lelaki yang sama juga mengungkapkan
kekhawatiran mereka terhadap jenis gambar yang dilihat.
Satu dari tiga orang yang menghabiskan kurang dari satu jam melihat konten porno perminggu mengatakan (pengguna ringan), mereka melewatkan sebuah deadline atau janji temu sebagai akibatnya.
Satu dari tiga orang yang menghabiskan kurang dari satu jam melihat konten porno perminggu mengatakan (pengguna ringan), mereka melewatkan sebuah deadline atau janji temu sebagai akibatnya.
Tetapi, angka ini
meningkat menjadi empat atau lima kali lipat, di antara empat persen orang yang
melihat konten porno lebih dari 10 jam perminggu (pengguna berat). Kelompok terakhir ini disebut para dokter
sebagai 'bermasalah dan berpotensi kompulsif'.
Satu dari tiga pengguna ringan merasa, kecanduan mereka terhadap pornografi telah membuat kesal pasangannya atau menyebabkan masalah hubungan, angka ini naik menjadi tujuh dari sepuluh orang pada pengguna berat.
Di sisi lain, satu dari empat orang mengatakan pornografi membuat mereka kurang tertarik terhadap seks dengan pasangannya, fenomena itu meningkat menjadi tiga dari lima orang pada pengguna berat.
Dr. Heather Wood dari Portman Clinic mengatakan, orang-orang yang menghabiskan banyak waktu untuk mengakses pornografi tidak mendapatkan lebih banyak kesenangan. “Mereka lebih khawatir tentang diri mereka sendiri, lebih khawatir tentang apa yang mereka lihat, dan melaporkan lebih banyak masalah dalam hubungan,'' ujarnya. (mediaindonesia.com 2011/04/24)
Satu dari tiga pengguna ringan merasa, kecanduan mereka terhadap pornografi telah membuat kesal pasangannya atau menyebabkan masalah hubungan, angka ini naik menjadi tujuh dari sepuluh orang pada pengguna berat.
Di sisi lain, satu dari empat orang mengatakan pornografi membuat mereka kurang tertarik terhadap seks dengan pasangannya, fenomena itu meningkat menjadi tiga dari lima orang pada pengguna berat.
Dr. Heather Wood dari Portman Clinic mengatakan, orang-orang yang menghabiskan banyak waktu untuk mengakses pornografi tidak mendapatkan lebih banyak kesenangan. “Mereka lebih khawatir tentang diri mereka sendiri, lebih khawatir tentang apa yang mereka lihat, dan melaporkan lebih banyak masalah dalam hubungan,'' ujarnya. (mediaindonesia.com 2011/04/24)
(3).
Pornografi dan Kegalauan
Berdasarkan hasil penelitian dari
University of Groningen, Belanda, menunjukkan bahwa terlalu sering menonton
film biru akan mengakibatkan kegundahan dan kecemasan, dimana saat menonton
film ini darah akan lebih dialihkan ke pusat otak yang memicu gairah. Hal inilah
yang menyebabkan tumpulnya bagian otak dan kebalnya rangsangan seks visual.
Efeknya orang akan semakin sulit bergairah, dengan makin rendahnya gairah maka tingkat
kecemasan akan adanya ancaman semakin tinggi.(mediaindonesia.com/read/2012/04/04)
(4). Bagi Anak & Remaja
Perlu diketahui
bahwa anak dan remaja adalah rentan untuk terlibat dalam segala macam perilaku
berbahaya.
Berdasarkan sebuah hasil
penelitian kembali menguak bahwa akibat buruk jika anak dan remaja - di bawah
usia 17 tahun - menonton film dewasa (adegan kekerasan dan vulgar) bisa memiliki
keinginan lebih besar untuk melakukan hal yang berisiko tinggi.
James Sargent, pediatrik dari Dartmouth Medical School mengatakan, menonton film semacam itu membuat remaja ingin mencari risiko lebih menantang, bukan hanya mencoba-coba minum alcohol tetapi juga mendongkrak sisi kepribadian yang mencari sensasi sehingga remaja lebih rentan untuk terlibat dalam segala macam perilaku berbahaya.
Ia berpesan kepada para orangtua agar mengawasi perilaku menonton anak dan tidak mengizinkan anak dibawah 17 tahun menyaksikan film-film tersebut. (kosmo.vivanews.com 2010/3/2010)
James Sargent, pediatrik dari Dartmouth Medical School mengatakan, menonton film semacam itu membuat remaja ingin mencari risiko lebih menantang, bukan hanya mencoba-coba minum alcohol tetapi juga mendongkrak sisi kepribadian yang mencari sensasi sehingga remaja lebih rentan untuk terlibat dalam segala macam perilaku berbahaya.
Ia berpesan kepada para orangtua agar mengawasi perilaku menonton anak dan tidak mengizinkan anak dibawah 17 tahun menyaksikan film-film tersebut. (kosmo.vivanews.com 2010/3/2010)
Masih ingin melihat
konten film atau gambar porno?, yang jelas konten pornografi di internet (khususnya
Indonesia) saat ini sudah berkurang, dimana sekarang peminat harus mencari
dulu, lain halnya dengan dahulu dimana konten akan ‘muncul tanpa diundang’.
Sekian sini dulu.
Keterangan gambar : sebagai
ilustrasi yang diambil dari internet
Disusun
dari berbagai sumber (a,l tercantum dalam bacaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar