Senin, 19 Maret 2012

Budidaya Kakao/Coklat


Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan, tetapi perlu diperhatikan mengenai teknik penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan hasilnya.  Berbagai macam hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman kakao.

Jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta apabila faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

A. Budidaya tanaman Kakao/Coklat

Batasan
Batasan atau peristilahan yang digunakan dalam budidaya tanaman coklat antara lain  :
(a).  Tanaman penutup tanah (cover crop), terutama jenis polong-polongan yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan gulma (terutama jenis rumputan) seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum
(b).  Tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia,
(c).  Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
(d).  Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm

Teknik budidaya
1. Persiapan Lahan
(a). Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
(b). Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop)  dan tanaman pelindung yang ditanam setahun sebelum penanaman kakao, pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao ( 1 : 3 )
2. Pembibitan
(a).  Biji kakao untuk benih (lihat batasan) sebelum dikecambahkan harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok, karena tidak punya masa istirahat (dormancy) biji harus segera dikecambahkan
(b).  Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dan dilakukan penyiraman 3 kali sehari
(c).  Siapkan polibag dan tempat pembibitan, campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag (30 x 20 cm), sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag. 
Catatan : Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%, naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak.  Dilakukan penyiraman bibit, penyiangan gulma, dan pemupukan
3. Penanaman
b. Lubang Tanam, ukuran 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan, berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk buatan
c. Tanam Bibit,
Saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah berumur 1 tahun dan tumbuh baik, sedangkan kalau dengan system tumpang sari (missal dengan pohon kelapa) tidak perlu naungan.
Catatan : Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan.  Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dipupuk
5. Pemangkasan
Pemangkasan ditujukan untuk pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik, pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.
Pemangkasan ada beberapa macam yaitu : (a).  Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris. (b). Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya. (c). Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk.
Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.  Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.
6. Panen
Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak, pemotongan tangkai buah menyisakan 1/3 bagian tangkai buah karena kalau terlalu pangkal bisa menyebabkan produksi buah menurun.
Buah dipetik setelah berumur 5,5 - 6 bulan dari saat berbunga (warna kuning atau merah).  Pemetikan dilakukan pagi hari dan pemecahan buah - dengan memukulkan pada batu hingga pecah – pada siang hari. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.
7. Pengolahan hasil
Fermentasi tahap awal, bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan.
Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
8. Mutu hasil produksi
Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Hal tersebut tercermin dari harga biji kakao Indonesia yang relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari negara produsen lain. Namun disisi lain kakao Indonesia juga mempunyai keunggulan yaitu mengandung lemak coklat dan dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik.
Faktor penyebab mutu kakao beragam yang dihasilkan adalah : (a). minimnya sarana pengolahan, (b). lemahnya pengawasan mutu (c). penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu.

B.  Hama dan Penyakit Tanaman Kakao
Beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman budidaya kakao, yaitu :
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, atau dengan racun.
c. Ulat Srangenge (Parasa lepida dan Ploneta diducta), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta.
d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci.
e. Serangga (Helopeltis antonii, H theobromae-'gambar'), menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati.
f. Ngengat Buah (Cacao Mot), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis
g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur.
h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.

Catatan :
(a).  Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%.
(b).  Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum belum dapat mengatasi maka dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan (konsultasi dengan ahlinya atau instansi yang berwenang).

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber editing bacaan : teknisbudidaya.blogspot.com/2008/07, disbun.jabarprov.go.id 21/6/2010.

Bacaan terkait :
Daftar perusahaan pengolah coklat di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar