Minggu, 08 Januari 2012

Jerman Bertekad Selamatkan Euro

Eropa harus mempererat kerja sama untuk mempertahankan kelangsungan euro sebagai mata uang bersama, di samping terus mengatasi krisis utang.

Oleh : Windy Dyah Indriantari
Demikian pernyataan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam sambutannya pada malam Tahun Baru lalu, di Berlin, Jerman.
Merkel mengatakan akan mengerahkan segenap kekuatan untuk menyelamatkan euro. Namun, ia menambahkan hal itu hanya akan berhasil jika Eropa bekerja sama dan belajar dari kesalahannya.
"Mata uang tunggal hanya akan sukses jika kita di Eropa lebih bekerja sama dari sebelumnya. Eropa tumbuh bersama di dalam krisis," ujarnya seperti dikutip Reu­ters.
Merkel mengatakan jalan untuk melewati krisis masih panjang dan tidak terbebas dari hambatan. Tetapi, ia optimistis Eropa akan keluar dari krisis dan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.
Dari Madrid, pemerintah Spanyol Jumat lalu mengatakan defisit anggaran tahun ini akan melampaui perkiraan. Pemerintah Spa­nyol juga mengumumkan keputusan untuk menaikkan pajak dan mempertahankan tingkat upah. Keputusan itu dinilai akan menyeret Spa­nyol kembali ke pusat pusaran krisis utang zona euro.
Pemerintahan mengatakan defisit 2011 akan mencapai 8% dari produk domestic bruto, di atas target pemerin­tah yang sebesar 6%.

Apa sebenarnya penyebab krisis zona euro?
Para pemimpin dunia mungkin menghabiskan banyak waktu mengkhawatirkan krisis zona euro daripada yang lain selama 2011.
Dan di tahun itu juga terjadi gerakan Arab Spring, gempa dan tsunami di Jepang, serta kematian Osama bin Laden. Kondisi di 2012 diperkirakan tidak akan berbeda jauh. Namun, dengan pemerintah zona euro yang sepakat membuat aturan untuk membatasi jumlah pinjaman, apakah mereka telah mengatasi inti penyebab krisis itu?

(1).  Zona euro menyepakati kekompakan fiscal baru
Dengan dorongan kuat dari Jerman, para pemimpin zona euro telah menyepakati peraturan baru yang lebih tegas. Aturan tersebut akan membatasi pinjaman pemerintah sebesar 3% per tahun dari hasil ekonomi mereka. Langkah itu diambil untuk menghentikan penumpukan utang dan mencegah krisis finansial terjadi lagi.

 (2).  Namun, bukankah mereka telah menyepakati hal itu pada 90-an
Sebelumnya mereka telah menyepakati hal serupa, batas pinjaman 3% pada 1997, ketika euro tengah dibentuk. Pakta Stabilitas dan Pertumbuhan tersebut diajukan Menteri Keuangan Jerman Theo Waigel.

(3).  Siapa yang menaati peraturan?
Italia adalah pelanggar yang paling buruk. Italia terus melanggar batas pinjaman 3%. Namun sebenarnya Jerman, bersama Italia, adalah negara-negara pertama yang melanggar batas tersebut. Prancis kemudian mengikuti keduanya. Dari ekonomi-ekonomi besar di zona euro, hanya Spanyol yang teguh mematuhi aturan tersebut hingga krisis pecah pada 2008. Madrid selalu mematuhi aturan 3% sejak euro dibentuk pada 1999 hingga 2007. Bukan itu saja, di antara empat negara tersebut, Spanyol memiliki rasio utang yang paling kecil jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi mereka. Dalam hal ini Yunani punya kelas tersendiri. Yunani tidak pernah mematuhi target 3%, tapi selalu memanipulasi siatistik pinjamannya hingga selalu terlihat bagus. Praktik Yunani itu akhirnya terbongkar dua tahun lalu.

Total utang dengan persentase atas hasil ekonomi
Jerman : Tahun 2000 (utang pemerintah 61%, utang swasta 165%). Tahun 2010 (utang pemerintah 71%, utang swasta 164%).  
Prancis : Tahun 2000 (utang pemerintah 73%, utang swasta 170%). Tahun 2010 (utang pemerintah 97%, utang swasta 224%).   
Italia : Tahun 2000 (utang pemerintah 126%, utang swasta 126%). Tahun 2010 (utang pemerintah 129%, utang swasta 181%).  
Spanyol : Tahun 2000 (utang pemerintah 71%, utang swasta 187%). Tahun 2010 (utang pemerintah 72%, utang swasta 283%).

(4).  Pasar memiliki pandangan berbeda
Maka seharusnya Jerman, Francis, dan Italia berada dalam masalah dengan tindakan mereka tersebut. Di lain hal, Spanyol seharusnya menuai hasil dari kepatuhan mereka selama ini. Namun, ternyata tidak. Kini Jerman justru menjadi safe haven. Pasar rela memberi Jerman pinjaman dengan suku bunga terendah sejak krisis timbul, Di sisi lain, pasar melihat Spanyol memiliki risiko yang setara dengan Italia. Jadi apa yang terjadi?

(5).  Jadi apa yang menyebabkan krisis?
Terjadi penumpukan utang besar-besaran di Spanyol dan Italia sebelum 2008. Namun, bukan disebabkan pemerintah. Utang tersebut dilakukan sektor swasta, yaitu perusahaan dan sektor properti. Suku bunga telah jatuh ke tingkat yang amat rendah di Eropa Selatan ketika mereka bergabung dengan euro. Hal itu mendorong terjadinya 'ledakan' utang.

(6).  Berita baik untuk Jerman
Semua utang itu mendanai impor-impor dari Spanyol, Italia, bahkan Prancis. Adapun Jerman menjadi sumber utama ekspor setelah zona euro dibentuk pada 1999. "Tingkat ekspor Jerman ke seluruh dunia lebih banyak daripada impor mereka. Itu artinya Jerman mendapat banyak dari surplus perdagangan mereka. Dan sebagian besar uang-uang itu akhirnya dipinjamkan lagi ke negara-negara di Eropa Selatan.

(7).  Berita buruk untuk wilayah selatan Eropa.
Utang hanyalah bagian dari masalah di Italia dan Spanyol. Di masa ledakan utang, tingkat gaji terus meningkat di selatan Eropa (termasuk Prancis). Namun, serikat pekerja di Jerman setuju untuk mempertahankan tingkat gaji mereka saat itu. Maka pekerja-pekerja di Italia dan Spanyol sekarang menghadapi masalah daya saing. Masalah daya saing itu juga menjadi alasan utama negara di selatan Eropa kesulitan di sektor ekspor kelimbang Jerman.

(8). Dilematis :
(a). Jika memotong anggaran.
Resesi akan makin dalam. Pengangguran, yang kini telah mencapai 20% di Spanyol, dapat meningkat lagi. Itu juga akan berdampak pada penurunan tingkat upah ke tingkat yang lebih kompetitif, meski hal itu terbukti sulit dilakukan. Kondisi itu dapat menimbulkan banyak demonstrasi serikat kerja dan menimbulkan kekhawatiran suatu negara akan keluar dari zona euro.
(b). Jika tidak memotong anggaran.
Finansial akan ambruk. Jumlah pinjaman tiap tahun terus membengkak sejak 2008 akibat stagnasi ekonomi dan tingginya tingkat pengangguran. Ekonomi akan terlihat semakin tidak kompetitif. Pasar akan kehilangan kepercayaan. Mereka akan berpikir suatu negara tidak akan mampu menopang tingkat utang mereka sendiri. Di sisi lain, pemerintah Eropa lainnya mungkin tidak memiliki cukup uang untuk mem-bail out.  Adapun Bank Sentral Eropa tidak diizinkan melakukan itu.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi (tambahan) yang diambil dari internet
Sumber: Media Indonesia tgl 2 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar